tag:blogger.com,1999:blog-32764333243951554572024-03-12T15:53:00.223-07:00paparayaNersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-42525134720109131042009-03-05T01:26:00.000-08:002009-03-05T01:28:31.458-08:00komunikasi terapeutikA.Tinjauan Umum tentang Komunikasi<br /><br />1.Pengertian<br /><br />Ada beberapa pengertian tentang komunikasi :<br />a.Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau ide/gagasan (Oxford Dictionary)<br />b.Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku<br />c.Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi abstrak.<br />Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.<br />Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.<br /><br />2.Unsur-unsur Komunikasi<br /><br />Unsur-unsur komunikasi adalah ; komunikator, pesan, komunikan, media, dan respon atau umpan balik.<br />a.Komunikator.<br />Komunikator atau orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus empati, jelas. Kejelasan kalimat dan kemudahan bahasa akan sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan.<br /><br />b.Pesan<br />Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa dinyatakan baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan intonasi suara. Lambang gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, sedangkan lambang warna berkaitan dengan pesan yang disampaikan melalui warna tertentu yang mempunyai makna, yang sudah diketahui secara umum, misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu lalu lintas.<br /><br />c.Komunikan<br />Komunikan adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang diterimanya. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsii komunikan terhadap pesan harus sama dengan persepsi komunikator yang menyampaikan pesan.<br /><br />d.Media<br />Media adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio, visual dan audio-visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan mempengaruhi penerimaan pesan dari komunikan.<br /><br />e.Respon/umpan balik.<br />Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu dengan kalimat yang diucapkan langsung dan nonverbal melalui ekspresi wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik secara tidak langsung dapat berupa perubahan perilaku setelah proses komunikasi berlangsung, bisa dalam waktu yang relative singkat atau bahkan memerlukan waktu cukup lama.<br /><br />3.Faktor yang mempengaruhi komunikasi<br /><br />a.Situasi/suasana<br />Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.<br />Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.<br /><br />b.Kejelasan pesan<br />Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.<br />4.Tehnik Komunikasi yang efektif<br /><br />a.Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Hal yang berkaitan dengan kejelasan pesan yang ingin disampaikan.<br />b.Gunakan bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Seringkali perawat menemui pesan yang tidak dapat berbahasa Indonesia, sedangkan perawat itu sendiri tidak dapat berbahasa seperti pasien. Dalam kondisi seperti ini, orang ketiga diperlukan untuk menjembatani proses komunikasi tersebut.<br />c.Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat. Media tertentu tepat digunakan untuk komunikasi tertentu. Perawat yang sedang memberi penyuluhan pada satu orang pasien tidak perlu menggunakan flip chart, tetapi cukup dengan brosur atau leaflet. Sebaliknya dalam satu kegiatan penyuluhan pada 25 orang tidak cukup hanya dengan brosur saja, tetapi diperlukan media yang tepat seperti flip chart atau film.<br />d.Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat. Untuk berlangsungnya proses komunikasi yang efektif diperlukan suasana tenang dan tidak bising. Akan lebih baik lagi apabila disertai dengan udara yang nyaman dan tidak terlalu panas.<br />e.Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan karena apa yang diutarakan komunikan adalah umpan balik terhadap pesan yang diberikan komunikator.<br />f.Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang dijalankan hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengan berencana.<br />g.Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjadi umpan balik antara komunikator dan komunikan.<br />h.Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang diucapkan. Dengan kata lain ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non verbal. Hindari mengatakan saya turut berbahagia tetapi dengan ekspresi wajah yang datar dan tidak menunjukkan rasa bahagia.<br />B.Tinjauan Umum tentang Komunikasi Terapeutik.<br /><br />A.Pengertian <br /><br />Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.<br />Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.<br />Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :<br />a.Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.<br />b.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.<br />c.Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.<br />d.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.<br />Tujuan komunikasi terapeutik adalah :<br />a.Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.<br />b.Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.<br />c.Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.<br />Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid, 1998) :<br />a.Kesadaran diri.<br />b.Klarifikasi nilai.<br />c.Eksplorasi perasaan.<br />d.Kemampuan untuk menjadi model peran.<br />e.Motivasi altruistik.<br />f.Rasa tanggung jawab dan etik.<br /><br />B.Komponen Komunikasi Terapeutik<br /><br />Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut (Hamid, 1998) :<br />a.Pengirim : yang menjadi asal dari pesan.<br />b.Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima.<br />c.Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan.<br />d.Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.<br />e.Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi.<br />Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi.<br />Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.Karakteristik tersebut antara lain : (Suryani,2005).<br />a.Kejujuran (trustworthy). Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.<br />b.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.<br />c.Bersikap positif. Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.<br />d.Empati bukan simpati. Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.<br />e.Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien.Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien, (Taylor, dkk ,1997) dalam Suryani 2005. Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.<br />f.Menerima klien apa adanya.Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya.<br />g.Sensitif terhadap perasaan klien. Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien.<br />h.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya.<br />C.Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.<br /><br />Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri dari empat fase yaitu: (1) fase preinteraksi; (2) fase perkenalan atau orientasi; (3) fase kerja; dan (4) fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat tugas atau kegiatan perawat yang harus terselesaikan. <br /><br />a.Fase preinteraksi<br />Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu :<br />1)Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;<br />2)Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok;<br />3)Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi;<br />4)Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien. <br /><br />b.Fase orientasi<br />Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :<br />1)Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;<br />2)Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan;<br />3)Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka;<br />4)Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)<br />Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :<br />1)Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan<br />2)Memperkenalkan diri perawat<br />3)Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.<br />4)Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.<br />5)Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.<br />6)Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.<br />Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.<br /><br />c.Fase kerja.<br />Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).<br /><br />d.Fase terminasi<br />Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:<br />1)Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;<br />2)Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu :<br />a)Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005);<br />b)Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;<br />c)Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam;<br />d)Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.<br />C.Sikap Komunikasi Terapeutik.<br /><br />Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :<br />1.Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.<br />2.Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.<br />3.Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.<br />4.Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.<br />5.Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.<br />Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui perilaku non verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non verbal, yaitu :<br />1.Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan bicara.<br />2. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.<br />3.Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.<br />4.Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.<br />5.Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.<br /><br />D.Teknik Komunikasi Terapeutik.<br /><br />Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif (Stuart dan Sundeen, 1998) yaitu :<br />1.Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.<br />2.Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.<br />Stuart dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :<br /><br />1.Mendengarkan dengan penuh perhatian.<br />Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.<br />2.Menunjukkan penerimaan.<br />Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.<br /><br />3.Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.<br />Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.<br /><br />4.Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.<br />Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.<br /><br />5.Mengklasifikasi.<br />Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.<br /><br />6.Memfokuskan.<br />Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.<br /><br />7.Menyatakan hasil observasi.<br />Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.<br />8.Menawarkan informasi.<br />Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.<br /><br />9.Diam.<br />Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.<br /><br />10.Meringkas.<br />Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.<br /><br />11.Memberi penghargaan.<br />Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.<br /><br />12.Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.<br />Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.<br /><br />13.Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.<br />Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.<br /><br />14.Menempatkan kejadian secara berurutan.<br />Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.<br /><br />15.Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya<br />Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.<br /><br />16.Refleksi.<br />Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.<br />E.Hambatan Komunikasi Terapeutik.<br /><br />Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu. <br /><br />1.Resisten.<br />Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah. <br /><br />2.Transferens.<br />Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.<br /><br />3.Kontertransferens.<br />Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.<br />Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik. <br /><br />SUMBER:<br /><br />Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta<br />Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.<br />Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.<br />Notoatmodjo, S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta<br />Purwanto, H. (1998). Komunikasi untuk Perawat. EGC, Jakarta.<br />Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta.<br />Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta, EGC<br />Suryani. (2005). Komunikasi TerapNersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-12323840549311509632009-02-20T03:07:00.000-08:002009-02-20T03:08:38.602-08:00sirkulasi darah janin SIRKULASI DARAH JANIN<br /><br /><br /> Pada janin masih terdapat fungsi foramen ovale,duktus arteriosus botali,duktus venosus arantii dan arteri umbilikalis<br />Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena umbilikalis masuk ke dalam tubuh janin.Sebagian besar darah tersebut melalui duktus venosus arantii,di dalam atrium dekstra sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra melalui foramen ovaleyang terletak diantara dekstra dan atrium sinistra,dari atrium sinistra selanjutnya darah ini mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan ke aorta.Hanya sebagian kecil darah dari atrium dekstra mengalir ke ventrikel dekstra bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena cava superior.Karena terdapat tekanan dari paru-paru yang belum berkembang,sebagian besar darah dari ventrikel dekstra ini yang seyogianya mengalir melalui arteri pulmonaliske paru-paru akan mengalir melalui duktus arteriosus botali ke aorta,sebagian kecil akan menuju ke paru-paru dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis.Darah dari aorta akan mengalir keseluruh tubuh janin untuk memberi nutrisi oksigenasi pada sel-sel tubuh.Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis,seterusnya diteruskan ke peredaran darah dikotiledon dan jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis demikian seterusnya,sirkulasi janin ini berlangsung ketika janin berada di dalam uterus.Ketika janin dilahirkan,segera bayi menghisap udara dan menangis kuat,dengan demikian paru-parunya akan berkembang,tekanan dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru,dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,demikian pula karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat foramen ovale akan tertutup sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi .Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan mengalami obiliterasi,dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri.<br /><br /><br />KONSEPSI ,PERTUMBUHAN EMBRIO DAN JANIN<br /><br /> KONSEPSI adalah bersatunya ovum dan sperma ,namun demikian untuk .terjadinya suatu konsepsi dua kejadian lain harus terjadi terlebih dahulu yaitu ovulasi dan inseminasi.<br /> OVULASI adalah runtuhnya ovum dari folikel dalam ovarium,ovum yang dibebaskan biasanya masuk kedalam tuba uterus,undulasi tuba dan gerakan silia men ggerakan ovum sepanjang tuba.Bila ovum gagal bertemu sperma dalam waktu 48 jam maka ovum akan mati dan hancur<br /> <br /> <br /><br /><br /> INSEMINASI adalah ekspulsi semen dari uretra pria kedalam vagina wanita.Beberapa juta sperma masuk kedalam vagina sebagai saluran reproduksi setiap kali ejakulasi semen.Dengan menggerakan ekornya dan dengan bantuan kontraksi muskuleryang mengelilinginya,sperma bergerak melalui uterus dan kedalam tuba falopi dengan kecepatan 1 kaki/jam.Sperma hidup selama beberapa hari .Bila ovulasi terjadi maka ovum akan dibuahi segera setelah meninggalkan ovarium<br /> PEMBENTUKAN ZIGOT<br /> Begitu sperma memasuki ovum ekornya dilepaskan dan kepalanya membesar untuk membentuk pronukleus laki-laki .Nukleous ovum merupakan pronukleus wanita .Kedua nukleus yang masing-masing mempunyai 23 kromosom bersatu dan membentuk sel pertama yang kemudian akan membelah menjadi jutaan ,setiap sel ini mengandung 46 kromosom,seluruh sel ini membentuk sel baru .Sel baru yang pertama disebut ZIGOT<br /> PEMBELAHAN SEL<br />Sekitar 24 jam setelah konsepsi zigot mengalami pembelahan dengan proses menarik yang disebut mitosis<br />Ovum membelah dan membelah lagi setiap 12 sampai 15 jam mengikuti gerakan perlahan menuju tuba fallopii,segera ovum berbentuk seperti kelereng atau morula,sekitar 6 hari kemudian ketika ovum mencapai rongga uterus terjadi perubahan terbesar di dalamnya. Sel-sel membentuk dirinya sendiri menjadi lapisan luar dan kelompok sel-sel bagian dalam yang menonjol ke dalam rongga,cairan memenuhi ruang diantara lapisan dan kelompok ini sekarang disebut blastoderm atau blastula<br /> IMPLANTASI ATAU NIDASI<br />Sebagaimana blastula bergulir ke dalam rongga uterus,ia kehilangan membran luarnya yang disebut zona pelusida,blastula kemudian bersiap untuk menjalani implantasi atau nidasi dalam endometrium,dengan berjalannya waktu nidasi terjadi<br /><br /> TAHAP EMBRIONIK (HARI KE 10 SAMPAI MINGGU KE 8)<br />Dengan berakhirnya minggu kedua masa gestasi,ovum terbenam seluruhnya dan tropoblas yang mengelilinginya mulai membentuk korion atau kantung bagian luar.Korion menjalarkan ratusan sel-sel yang menonjol yang disebut vili yang menembus desidua dan mewmberikan bentuk groundwork untuk plasenta,sel-sel sitotropoblastik pada korion menghasilkan hormon korionik gonadotropin,hormon ini diekresikan dalam urine wanita dan digunakan sebagai dasar pemeriksaan kehamilan<br />Embrio berkembang dari stalk body di dalam rongga amnion,membran amnion melapisi rongga yang secara normal mengandung cairan yang disebut cairan amnion,didalamnya embrio terapung dengan aman,korion ditutupi seluruhnya oleh lapisan luar vili,semua struktur ini terpendam dibawah desidua dan disebut vesikel korionik.Vili korionik akan menghilang,dan hanya meninggalkan vili pada tempat implantasi kemudian area ini akan menjadi plasenta<br />Dengan berakhirnya minggu ketujuh masa gestasi semua sistem tubuh esensial telah terbentuk <br /><br /><br /><br /><br />CIRI-CIRI TUA FETUS<br /><br />Tua kehamilan 8 minggu,panjang fetus 2,5 cm dengan ciri-ciri hidung,kuping,jari-jari mulai dibentuk,kepala membungkuk ke dada,mata,hidung dan mulut dapat dikenal<br /><br />Umur kehamilan 12 minggu,panjang fetus 9 cm,daun kuping lebih jelas,kelopak-kelopak mata masih melekat,leher mulai dibentuk,alat genitalia eksterna terbentuk,kuku terbentuk,kepala tegak tetapi besarnya tidak sebanding,kulit merah muda,lembut<br />Sistem pencernaan : empedu disekresi,penyatuan langit-langit selesai,usus halus terpisah dari medula spinalis dan mulai menempati tempat yang khusus<br />Sistem muskuloskeletal : beberapa tulang mulai dibentuk,lengkung servikal dan sakral bagian bawah dan tubuh mulai menjadi tulang,lapisan otot polos mulai terdapat di rongga visera<br />Sistem sirkulasi : pembentukan darah di sumsum tulang<br />Sistem pernafasan : paru-paru mendapatkan bentuk yang tetap,muncul pita suara<br />Sistem ginjal : ginjal dapat mensekresi urine,kandung kemih menggembung seperti kantung<br />Sistem syaraf : konmfigurasi struktural otak secara garis besar selesai,medula spinalis menunjukkan pembesaran di daerah servikal dan lumbal<br /><br /><br /><br />Umur kehamilan 16 minggu,panjang fetus 16-18 cm,berat 100 gram,kepala masih dominan,wajah menyerupai manusia,mata, telinga dan hidung mulai menyerupai bentuk sebenarnya,perbandingan lengan dengan kaki sesuai,muncul rambut kepala<br />Sistem pencernaan : mekonium di dalam usus,mulai menyekresi beberapa enzim,anus terbuka<br />Sistem muskuloskeletal : kebanyakan tulang dapat dibedakan diseluruh tubuh,muncul rongga sendi,pergerakan otot dapat dideteksi<br />Sistem sirkulasi : otot jantung telah berkembang dengan bai,pembentukan darah secara aktif terjadi di limpa<br />Sistem pernafasan : serabut elastis muncul pada paru-paru,muncul bronkilus terminalis dan respiratirius<br />Sistem ginjal : ginjal menempati tempat yang tetap,mulai mempunyai bentuk dan fungsi yang khas<br />Sistem syaraf : lobus-lobus terbentuk,serebelum mulsi menonjol<br />Sistem genital : testis dalam posisi turun ke dalam skrotum,vagina terbuka<br /><br /><br />Umur kehamilan 20 minggu,panjang fetus 25 cm, berat 300 gram,kulit lebih tebal,rambut halus atau lanugo mulai terbentuk,tungkai sangat bertambah panjang,mulai terlihat kelenjar sebasea<br />Sistem pencernaan : kolon asenden dapat dikenal<br />Sistem moskuloskeletal : sternum mengalami osifikasi,gerakan janin cukup kuat untuk dapat dirasakan oleh ibu<br />Sistem pernafasan : lubang hidung terbuka,gerakan primitif mirip pernafasan dimulai<br />Sistem syaraf : secara kasar otak terbentuk<br /><br /><br />Umur kehamilan 24 minggu,panjang fetus 30-32cm,berat 600 gram,tubuh menjadi langsing tetapi dengan perbandingan sesuai,kulit menjadi merah dan berkeriput,terdapat vernix kaseosa,pembentukan kelenjar keringat.<br />Sistem sirkulasi : pembentukandarah meningkat dalam sumsum tulang <br />Sistem pernafasan : terdapat duktus dan sakus alveolaris<br />Sistem syaraf : kortex serebri dilapisi secara khas,proliferasi neuron pada kortex serebri berakhir<br />Sistem genital : testis pada cincin inguinalis dalam proses turun ke dalam skrotum<br /><br />Pada masa trimester kedua disebut masa fetal <br /><br />Umur kehamilan 28 minggu,panjang 27 cm,berat 1100 gram,badan langsing,keriput berkurang dan berwarna merah,terbentuk kuku<br />Sistem syaraf : tampak fisura serebralis,pembentukan lipatan otak dengan cepat,dapat menangis lemah atau belum sama sekali,refleks menghisap lemah<br />Organ-organ sensoris : kelopak mata terbuka,lapisan retina selesai dibentuk,dapat menerima cahaya,pupil dapat bereaksi terhadap cahaya<br /><br />Umur kehamilan 30-31 minggu,panjang 31 cm,berat 2100 gram,lemak subkutan mulai terkumpul,tampak lebih bulat,kulit merah muda dan licin,mengambil posisi persalinan<br />Sistem genital : testis turun ke dalam skrotum<br />Organ-organ sensoris : terdapat rasa kecap,sadar akan suara di luar tubuh ibu<br /><br />Umur kehamilan 36 minggu,panjang 35 cm,berat 2200-2900 gram,kulit merah muda,tubuh bulat,lanugo menghilang diseluruh tubuh<br />Sistem muskuloskeletal : gerakan pasti dan dapat bertahan,tonus cukup kuat,dapat membalik dan mengangkat kepala<br />Sistem syaraf : ujung medula spinalis L-3,siklus tidur bangun tetap<br /><br />Umur kehamilan 40 minggu,panjang 40 cm,berat 3200 gram,kulit halus dan berwarna merah muda,vernix kaseosa sedikit,rambut sedang atau banyak,lanugo hanya pada bahudan tubuh bagian atas saja,tampak tulang rawan hidung dan kuping<br />Sistem muskuloskeletal : gerakan aktif dan bertahan,tonus baik,dapat mengangkat kepala<br />Sistem syaraf : siklus tidur bangun teratur diselingi periode bangun,menangis jika lapar dan merasa tidak nyaman,refleks menghisap kuat<br />Sistem genital : testis di dalam skrotum,labia mayora berkembang baik<br /><br />Pada masa trimester ketiga disebut masa perinatal<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SISTEM SIRKULASI JANIN<br />Sistem kardiovaskuler ialah sistem organ pertama yang berfungsi dalam perkembangan manusia.Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai pada minggu ketiga dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.Pada akhir minggu ketiga tabung jantung mulai berdenyut dan sistem kardiovaskuler primitif berhubungan dengan embrio,korion dan yolk sac,selam minggu keempat dan kelimajantung berkembang menjadi empat serambi,pada tahap akhir masa embrio perkembangan jantung lengkap<br />Paru-paru janin tidak berfungsi untuk pertukaran udara pernafasan,sehingga jalur sirkulasi khusus dibentuk untuk menggantikan fungsi paru-paru.<br />Darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi mengalir dari plasenta dengan cepat melalui vena umbilikalis ke dalam abdomen janin,ketika vena umbilikalis mencapai hati,vena ini bercabang dua,satu vena mengalirkan darah yang mengandung oksigen melalui hati,kebanyakan darah melalui duktus venosus arantii menuju ke vena kava inferior.Di vena kava inferior darah bercampur dengan darah yang tidak mengandung oksigen yang berasal dari kaki dan abdomen janin,dalam perjalanannya menuju atrium kanan sebagian besar darah ini mengalir langsung melalui atrium kanan dan melalui foramen ovale,satu muara menuju ke atrium kiri.<br />Di atrium kiri darah bercampur dengan sejumlah kecil darah yang tidak mengandung oksigen dari paru janin melalui vena pulmoner,darah mengalir ke dalam ventrikel kiri dan dipompa masuk ke dalam aorta.Di aorta,arteri yang menyuplai jantung,kepala,leher dan lengan menerima sebagian besar darah yang kaya oksigen.Pola yang mengalirkan oksigen dan nutrien berkadar tertinggi ke kepala,leher dan lengan ini membantu perkembangan sefalokaudal embrio-janin<br />Darh terdeoksigenasi yang kembali dari kepala dan lengan masuk ke atrium kanan menuju vena kava superior.Darah ini langsung dialirkan ke bawah menuju ventrikel kanan.Sejumlah kecil darah bersirkulasi melalui jaringan paru yang memiliki tahanan,tetapi sebagian besar mengalir melalui jalur yang dengan tahanan yang lebih kecil menuju duktus arteriosus kemudian ke aorta dan terus menuju arteri keluar yang memperdarahi kepala dan lengan dengan darah yang mengandung oksigen.Darah yang miskin oksigen mengalir melalui aorta abdominalis dan masuk ke dalam arteri iliaka interna,tempat arteri umbilikalis secara langsung mengembalikan sebagian besar darah ke plasenta melalui tali pusatNersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-36467283301441011312009-02-20T03:06:00.000-08:002009-02-20T03:07:05.037-08:00adaptasi selMekanisme adaptasi sel :<br />a. Organisasi sel<br />b. Modalitas cedera sel<br />c. Sel yang diserang<br />d. Perubahan morfologis pada sel yang cedera sub letal<br />e. Kalsifikasi patologik<br /><br />MEKANISME ADAPTASI SEL<br />A. ORGANISASI SEL<br />The cell is the basic structural and fungsinal unit of all living things.<br />Yaitu unit kehidupan , kesatuan lahirliah yang terkecil yang menunjukan bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan hidup.<br /><br />Kharakteristik mahluk hidup :<br />- bereproduksi<br />- tumbuh<br />- melakukan metabolisme<br />- beradaptasi terhdp perubahan internal dan eksternal<br /><br />Aktivitas sel : sesuai dgn proses kehidupan, meliputi :<br />- ingesti - mengekskresikan sisa metabolisme<br />- asimilasi - bernafas - bergerak <br />- mencerna - mensintesis - berespon , dll.<br /><br /><br /><br />Struktur Sel<br />Sel mengandung struktur fisik yang terorganisir yg dinamakan organel. <br />Sel terdiri dari dua bagian utama : inti dan sitoplasma keduanya dipisahkan oleh membrane inti. Sitoplasma dipisahkan dgn cairan sekitarnya oleh membran sel .<br />Berbagai zat yg membentuk sel secara keseluruhan disebut protoplasma<br /><br />1. Membran Sel, merupakan struktur elastis yg sangat tipis, penyaring selektif zat-zat tertentu.<br />2. Membran inti, merupakan dua membrane yang saling mengelilingi. Pada kedua membrane yg bersatu merupakan tempat yang permiabel sehingga hamper semua zat yg larut dapat bergerak antara cairn inti dan sitoplasma.<br />3. Retikulum endoplasma, tdd<br />- RE granular yang pd permukaannya melekat ribosom yg terutama mengandung RNA yg berfungsi dalam mensintesa protein.<br />- RE agranular, tidak ada ribosom. Berfungsi untuk sintesa lipid dan enzimatik sel.<br />4. Komplek golgi.<br />Berhubungan dgn RE berfungsi memproses senyawa yg ditransfer RE kemudian disekresikan.<br />5. Sitoplasma, yaitu suatu medium cair banyak mengandung struktur organel sel..<br />6. Mitokondria, adalah organel yg disediakan untuk produksi energi dalam sel. Di sini dioksidasi berbagai zat makanan.<br /> katabolisme / pernafasan sel<br />7. Lisosom, adalagh bungkusan enzim pencernaan yg terikat membrane. Dan merupakan organ pencernaan sel.<br />8. Sentriol, merupakan struktur silindris kecil yg berperan penting pada pembelahan sel.<br />9. Inti, adalah pusat pengawasan atau pengaturan sel. Mengandung DNA yg disebut gen.<br />10. Nukleoli, merupakan struktur protein sederhana mengandung RNA. Jumlah dapat satu atau lebih,<br /><br />B. system Fungsional Sel.<br />1. Penelanan dan pencernaan oleh sel.<br /> Zat-zat dpat melewati membrane dengan cara :<br />- difusi<br />- transfor aktif melalui membrane<br />- endositosis , yaitu mekanisme membrane menelan cairan ekstra sel dan isinya. Tdd : fagositosis dan pinositosis.<br />Fagositosis penelanan partekil besar oleh sel seperti bakteri, partikel2 degenatif jaringan.<br />Pinositosis menelan sediit cairan ekstra sel dan senyawa yg larut dalam bentuk vesikel kecil.<br />2. Ekstrasi energi dari zat gizi. (fungsi mitokondria)<br />Oksigen dan zat gizi masuk dalam sel dioksidasi menghasilkan energi yg digunakan untuk membentuk ATP. 1 ATP menghasilkan 8000 kalori.<br /><br />B. MODALITAS CIDERA SEL<br /><br /> Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang selalu berubah dan potensial terhadap rangsangan yang merusak sel akan bereaksi :<br />- Beradaptasi, <br />- Jejas / cidera reversible <br />- Kematian <br /><br />Sebab-sebab Jejas, Kematian dan Adaptasi sel :<br />1. Hipoksia, akibat dari :<br />- hilangnya perbekalan darah karena gangguan aliran darah serta <br />- gangguan kardiorespirasi<br />- Hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen. : anemia dan keracunan.<br />Respon sel terhadap hipoksia tergantung pada tingkat keparahan hipoksia: sel-sel dapat menyesuaikan , terkena jejas, kematian.<br />Contoh :<br />Penyempitan arteri femoralis huipoksia otot-otot skelet akan atropi. Atropi ini mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolic dan perbekalan oksigen yg tersedia.<br />Hipoksia yg lebih berat jejas atau kematian sel.<br />2. Bahan kimia (termasuk obat-obatan)<br />Bahan kimia menyebabkan perubahan pd beberapa fungsi sel : permiabelitas selaput, homeostatis osmosa, keutuhan enzim atau kofaktor<br />Racun menyebabkan kerusakan hebat pd sel dan kematian individu.<br />3. Agen fisik <br />- Traumamekanik, yg dapat menyebabkan pergeseran organisasi organel intra sel dpt merusak sel .<br />- Suhu rendah.<br /> Suhu rendah vasokontriksi ggn suplai darah.<br />- Suhu tinggi membakar jaringan<br />- Perubahan medadak tekanan atmosfir, menyebabkan ggn perbekalan darah untuk sel-sel.<br /> Individu yg berada dibawah tek. Atm tingginya gas-gas atmosfir terlarut dlm darah . jika mendadak kembali ke tekanan normal zat-zat tersebut akan keluar dari larutan secara cepat dan membentuk gelembung2 terjebak dalam sirkulasi mikro menyumbat alran darah jejas hipoksia .<br />- Tenaga radiasi, jejas akibat ionisasi langsung senyawa kimia yg ada di dalam sel atau karena ionisasi sel yg menghasilkan radikal “panas” yg secara sekunder bereaksi dgn komponen intra sel <br />- Tenaga listrik, jika melewati tubuh akan menyebabkan :<br /> luka bakar. Serta ggn jalur konduksi saraf aritmi jantung<br />4. Agen mikrobiologi : Bakteri, virus, mikoplasma, klamidia , jamur dan protozoa.<br />Bateri mengeluarkan eksotoksin merusak sel-sel penjamu.<br />atau mengeluarkan endotoksin merangsang respon peradangan.<br /><br />Timbul reaksi hipersensitivitas tehadap agen reaksi immunologi yg merusak sel.<br /><br />Contoh penyakit : infeksi stafilokokus atau streptococcus, gonore, sifilis, kolera dll.<br />Virus setelah berada dalam sel DNA virus menyatu dgn DNA sel mewariskan gen-gen pada sel baru virus akan mengambil alih fungsi sel. RNA virus akan mengontrol fungsi sel.:<br />Contoh penyakit : ensefalitis, , campak jerman, rubella, poliomyelitis, hepatitis , dll<br /> 5. Mekanisme Imun<br /> Reaksi imun sering dikenal sebagai penyebab kerusakan dan penyakit pada sel. <br /> Antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.<br /> Antigen endogen ( missal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.<br />6. Gagngguan genetik <br /> Mutasi, dapat menyebabkan: mengurangi suatu enzim,<br />kelangsugan hidup sel tidak sesuai, atau tanpa dampak yg diketahui.<br />7. Ketidakseimbangan Nutrisi<br />- defisiensi protein-kalori<br />- avitaminosis<br />- kelebihan kalori aterosklerosis, ibesitas<br /> 8. Penuaan <br /><br /><br /><br />C. ADAPTASI SEL<br />Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :<br />1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang kompleks).<br />2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit)<br />3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi<br /><br />Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya. <br /><br />1. Atropi<br />o Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna dengan ukuran normal.<br />o Merupakan bentuk reaksi adaptasi. Bila jumlah sel yg terlibat cukup, seluruh jaringan dan alat tubuh berkurang atau mengalami atropi.<br />o Sifat :<br /> - fisiologik misalnya aging proses seluruh bagian tubuh tampak mengecil secara bertahap.<br /> - patologik (pasca peradangan), misal keadaan kurus kering akibat marasmus dan kwashiorkor, emasiasi / inanisi (menderita penyakit berat), melemahnya fungsi pencernaan atau hilangnya nafsu makan<br /> - umum atau local.penurunan aktivitas endokrin dan pengaruhnya atas target sel dan target organ.<br /><br /> Penyebab atropi :<br />- berkurangnya beban kerja<br />- hilangnya persarafan<br />- berkuranhnya perbekalan darah<br />- hilangnya rangsangan hormone<br />2. Hipertropi<br /> Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh <br /> Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari ukuran normalnya.<br /> Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau lokal<br /> Hipertropi dapat memberi variasi fungsional : <br />- meningkat jika yang sel parenkim yg membesar<br />- menurun jika hipertropi akibat proliferasi unsure stroma atau substansi antar sel sel parenkim terdesak penurunan fungsi.<br />- Normal -- > hipertropi murni jika terjadi pada jaringan atas sel permanent dan dipicu oleh pengngkatan fungsi.missal otot rangka pada binaragawan <br />3. Hiperplasia<br /> Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel terkai.<br /> Hanya dapat tetrjadi pada populasi sel labil ( dalam kehidupan ada siklus sel periodic, sel epidermis, sel darah) . atau sel stabil (dalam keadaan tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel hati sel epitel kelenjar.<br /> Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf dan jantung)<br /><br />5. Metaplasia<br />Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lain :<br />Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel epitel bronchus perokok.<br /><br />6. Displasia<br />• Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.<br />• Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat<br />• Jika jejas atau iritan dpt diatasi seluruh bentuk adaptasi dan displasia dapat noemal kembali.<br />• Tetapi jika keadaan displasia berat dan tdk ditanggulangi keganasan intra epithelial/insitu<br /><br />7. Degenarasi <br />o Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.<br />o Dalam sel jaringan terjadi :<br />o Storage (penimbunan) akumulasi cairan atau zat dalam organel sel perubahan morfologik terurama dlm sitoplasma sel mengembung/bengkak.<br />o Sitoplasma keruh atau granuler kasar disebut degenerasi bengkak keru (claude swelling). <br />- Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan filament mitokondria <br />- Terbentuk fragmen-partikel yg mengandung unsur lipid dan protein (albumin) peningkatan tekanan osmosis edema intrasel, disebut degenerasi albumin.<br />- Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi pembengkakan vesikel , akan tampak vakaula intra sel kemunduran ini disebut degenarasi vakuoler atau hidrofik<br />o Kedua proses degenerasi tersebut masih reversible.<br />o Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut degenerasi<br />o Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian disebut nekrosis<br /><br />8. Infiltrasi <br /> Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk mengalami jejas langsung seperti pd degenerasi) jika melampaui batas maka sel akan pecah. Dan debris el akan ditanggulangi oleh system makrofag.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />D. KALSIFIKASI PATOLOGIK<br />Kalsifikasi : proses diletakannya (pengendapan) kalsium dalam jaringan <br /><br /> Kalsifikasi fisiologi pembentukan tulang<br /><br />Kalsifikasi patologi merupakan proses yg serimg, juga menyatakan pengendapan abnormal garam-garam kalsium, disertai sedikit besi, magnesium dan garam-garam mineral lainnya dalam jaringan, tdd :<br /><br />1. Kalsifikasi metastatik Terjadi pada hiperkalsemi akibat hipertiroid, tumor tulang, atrofi tulang, hipervitaminosis D, dll. Tanpa didahului kerusakan jaringan.<br /><br />2. Kalsifikasi distropik proses kalsifikasi pada jaringan yg telah mengalami kerusakan terlebih dahulu.<br />Kerusakan dapat bersifat degenerasi atau nekrosis.<br />Contoh lithopedion, bayi membatu pada janin yang mati dalam kandungan.<br /><br />3. Kalsinosis, terjadi kalsifikasi pd jaringan yang tampak normal atau yang menunjukan kerusakan sitemik<br /><br />4. Pembentukan tulang heterotropik, meliputi 3 proses diatas disertai pergantian proses, dari kalsifikasi menjadi pembentukan tulang.pembentukan tulang. Terjadi akibat depo kalsium abnormal yg dapat merangsang sel fibroblast metaplasi kearah osteoblastik dan membentuk tulang.<br /><br />5. Kalsifikasi pada pembuluh darah arteri, terjadi pada arteiosklerosis, ini termasuk kalsifikasi distrropik.<br /><br /><br />E. SEL YANG DISERANG<br />Pengaruh stimulus yang menyebabkan cidera sel pada sel :<br />1. Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih di dalam sel<br />2. Kelainan fungsi, ( missal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya) <br />Cidera kerusakan biokimia pada sel kelainan fungsi. Tetapi tidak semua, jika sel banyak cidera, memiliki cadangan yg cukup sel tidak akan mengalami gangguan fungsi yg berarti.<br />3. Perubahan morfologis sel.yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi. <br />Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan. <br /><br /><br />4. Pengurangan massa atau penyusutan<br />Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut atropi.lebih kecil dari normal. <br /><br />F. PERUBAHAN MORFOLOGI PADA SEL YG CIDERA SUBLETAL.<br /><br />Sel cidera perubahan morfologis.<br />Perubahan pada sel cidera sub letal bersifat reversible. Yaitu jika rangsangan dihentikan, maka sel kembali sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak dihentikan kematian sel.<br /><br />Perubahan sub letal pada sel disebut degenerasi atau perubahan degeneratif. <br /><br />Perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nucleus mempertahankan integritas sel selama sel tdk mengalami cidera letal.<br /><br /> Bentuk perubahan degeneratif sel :<br />1. pembengkakan sel <br />Gangguan metabolisme pembentukan energi dan Kerusakan membrane sel kemampuan memompa ion Na menurun peningkatan konsentrasi Na influk air ke dalam sel pembengkakan sel.<br /><br />Bengkak keruh, menggambarkan perubahan sel yang menunjukan keadaan setengah matang dan secara mikroskopik terlihat sitoplasmanya granular.<br /><br />Organel sel juga menyerap air yg tertibun dalam sitoplasma pembengkakan mitokondria., pembesaran RE dll.<br />Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak sitoplasma bervakuola. Ini disebut perubahan hidropik atau perubahan vacuolar.<br /><br />2. Penimbunan lipid intra sel<br />Secara mikroskopis, sitoplasma dari sel-sel yg terkena tampak bervakuola, vakaoula berisi lipid.<br /><br />Misal : pada hati banyak lipid yg tertibun di dalam sel inti sel terdesak ke satu sisidan sitoplasma diduduki oleh satu vakuola besar yg berisi lipid.<br />Hati yang terserang hebat akanber warna kuning cerah, jika disentuh terasa berlemak. Jenis perubahan ini disebut perubahan berlemak atau degenerasi lemak.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DEGENERASI DAN NEKROTIK SEL <br /><br />a. degenerisi dan infiltrasi <br />b. nekrosis/kematian sel<br />- perubahan morfologi pada nekrosis<br />- perkembangan jaringan nekrotik<br />- ganggren<br />c. kematian somatic dan perubahan post morfem.<br /><br />REAKSI SEL TERHADAP JEJAS<br />A. Sel Yg Diserang <br /> Pengaruh stimulus penyebab cidera sel terhadap sel :<br />5. Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih di dalam sel<br />6. Kelainan fungsi, ( missal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya) <br /> Cidera kerusakan biokimia pada sel kelainan fungsi. Jika sel cidera, memiliki cadangan yg cukup, sel tidak akan mengalami gangguan fungsi yg berarti.<br />7. Perubahan morfologis sel.yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi. <br /> Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan. <br />8. Pengurangan massa atau penyusutan<br /> Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut atropi.lebih kecil dari normal. <br />Bentuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas : berdasarkan perubahan fungsi atau struktur sel :<br />4. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang kompleks).<br />5. Progresif, (berkelanjutan, berjalan terus keadaan yang lebih buruk untuk penyakit)<br />6. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi<br /><br />B. Morfologi Jejas:<br /> 1. Pada jejas reversible :<br />- Membran sel menggelembung<br />- Pembengkakan umum (sitoplasma)<br />- Penggumpalan kromatin inti<br />- Autofagi oleh lisosom<br />- Penggumpalan partikel intramembran<br />- Pembengkakan ER<br />- Kebocoran ribosom<br />- Pembengkakan mitokondria<br />- Pemadatan kecil-kecil pada mitokondria<br /> <br />2. Pada jejas irreversible<br /> - Kelainan (defek) membrane sel <br /> - Gambaran myelin pada membrane sel<br /> - Inti mengalami : piknosis atau kariolisis atau karioreksis<br /> - Lisosom pecah dan autolisis<br /> - Lisis ER<br /> - Pembengkakan mitokondria menurun<br /> - pemadatan besar pada mitokondria.<br /><br />Sel cidera perubahan morfologis.<br />Perubahan pada sel cidera sub letal bersifat reversible. Yaitu jika rangsangan dihentikan, maka sel kembali sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak dihentikan kematian sel.<br /><br />Degenerasi<br />Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraselular yang disertai perubahan morfologik akibat jejas non fatal pada sel.<br />“Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible” <br /><br />Pada degenerasi terjadi proses:<br />Penimbunan (storage) atau akumulasi cairan atau zat dalam organel sel.<br /><br />Secara mikroskopik akan tampak :<br />- Pembengkakan sel, jika sel tidak mampu mempertahankan homeostatis ion dan cairan.<br />- Perubahan berlemak ( terutama pada sel-sel yg terlibat dan tergantung pd metabolisme lemak : hepatosit dan sel-sel miokardium)<br /><br />Bentuk perubahan degeneratif sel :<br />3. Pembengkakan sel <br /> Gangguan metabolisme pembentukan energi dan Kerusakan membrane sel kemampuan memompa ion Na menurun peningkatan konsentrasi Na influk air ke dalam sel pembengkakan sel.<br />Sel membengkak, sitoplasma keruh atau granuler kasar disebut juga degenerasi bengkak keruh (claude swelling). kelainan metabolisme tahap ini sering dijumpai pada sel tubulus proksimal ginjal, hati dan jantung, dalam prodorma infeksi.<br /><br />Pada sel ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan filament mitokondria dan terbentuk fragmen-partikel yg mengandung unsur lipid dan protein (albumin) peningkatan tekanan osmosis edema intrasel. Komponen dominant pada proses ini adalah albumin, sehingga kemunduran sel yg terjadi disebut degenerasi albumin.<br /><br />Degenerasi bengkak keruh dan degenersi albumin tersebut masih reversible.<br /><br />Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi pembengkakan vesikel , akan tampak vakaula intra sel kemunduran ini disebut degenarasi vakuoler atau degenerasi hidrofik. Umumnya masih bersifar reversible.<br /><br />Gambaran makroskopik pembengkakan sel tampak pembesaran jaringan atau organ. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />4. Penimbunan lipid intra sel<br />Secara mikroskopis, sitoplasma dari sel-sel yg terkena tampak bervakuola, vakaoula berisi lipid.<br /><br />Misal : pada hati banyak lipid yg tertibun di dalam sel inti sel terdesak ke satu sisi dan sitoplasma diduduki oleh satu vakuola besar yg berisi lipid.<br />Hati yang terserang hebat akan berwarna kuning cerah, jika disentuh terasa berlemak. Jenis perubahan ini disebut perubahan berlemak atau degenerasi lemak. Atau infiltrasi lemak <br /><br /> Penyebab penimbunan lemak pada hati : <br />- lipid berlebihan melampau kemampuan metabolisme lemak oleh hati.<br />- Malnutrisi, mengganggu sintesis lipoprotein . <br />- Hipoksia sel<br />- Alcohol. Meracuni sel hati<br /><br /><br />Perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nucleus mempertahankan integritas sel selama sel tdk mengalami cidera letal.<br /><br /><br /><br /><br /><br /> Infiltrasi <br />Bentuk retrogresi dgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk mengalami jejas langsung seperti pd degenerasi).<br /><br />Dalam keadaan normal zat metabolit (glukosa, lipid, asam amino) berada dal sitoplasma, jika zat metabolit tersebut melampaui batas maka sel akan pecah. <br /><br />Nekrosis/kematian sel<br />“Sebuah atau sekelompok sel atau jaringan mati pada hospes yang hidup. Merupakan kematian sel local.”<br />“ Perubahan morfologi sebagai akibat tindakan degradasi progresif oleh enzim-enzim sel yg terjejas letal.”<br /><br />Jika cedera cukup hebat maka sel akan mencapai suatu titik “ point of no renturn” sel tidak lagi mampu mengkompensasi dan tidak dapat melangsungkan metabolisme sel mati.<br /><br />Dua proses penting yg menunjukan perubahan nekrosis : yaitu :<br />a. Digestif enzimatik sel, baik autolisis (dimana enzim berasal dari sel mati) atau heterolysis ( enzim berasal dari leukosit). Sel mati dicerna dan sering meninggalkan cacat jaringan yg diisi oleh leukosit imigran dan menimbulkan abses. <br />b. Denaturasi protein, jejas atau asidosis intrasel menyebabkan denaturasi protein struktur dan protein enzim sehingga menghambat proteolisis sel sehingga untuk sementara morfologi sel dipertahankan. <br />Dua bentuk nekrosis<br /> Jika proses digestif enzimatik sel lebih menyolok pada sel nekrotik akan terjadi nekrosis lekuefaktif.<br /> Jika denaturasi protein lebih menyolok akan terjadi nekrosis koagulatif<br /><br />c. Perubahan yg terjadi pada jaringan yg mati.<br /> Dari sel/jaringanyg mati keluar diantaranya enzim bersifat litik melarutkan berbagai unsur sel. <br /> Jaringan sekitar memberikan respon terhadap peruabahan terserbut timbul reaksi peradangan<br /> Pengiriman sel darah putih ke jaringan yg mati membantu pencernaan sel-sel yg mati<br /><br /><br /><br />Perubahan sel dan jaringan nekrotik<br /><br /><br />Perubahan morfologis pada sel nekrosis. :<br />1. Piknosis (selnya disebut piknotik) : gumpalan kecil yg hiperkromatik, inti sel menyusut dan batasnya tidak teratur dan warnanya gelap.<br />2. Karioreksis: inti sel hancur, serta terdapat pecahan2 zat kromatin di sitoplasma. <br />3. Kariolisis sel hilang .<br /><br /><br />Penampilan morfologis jaringan nekrotik:<br />1. Nekrosis Koagulatif ( pada nekrosis akibat hilangnya suplai darah): Jika enzim litik sel mati dihambat oleh keadaan local maka sel nekrotik akan mempertahankan bentuknya selam beberapa waktu. paling sering dijumpai.<br /> Contoh : pada infark miokardium<br /><br />2. Nekrosis liquefaktiva: jaringan nekrotik sedikit demi sedikit mencair oleh enzim. Sering terjadi pada otak yang nekrotik<br /> tampak seperti lobang berisi cairan <br /> Contoh pada sel mati hipoksia pada susunan saraf pusat.<br /><br />3. Nekrosis kaseosa, Sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahan-pecahan sel nya tetap ada selam betahun-tahun. . missal pada tuberculosis.<br /><br />4. Nekrosis lemak , akibat trauma langsung pd jaringan lemak. Sering pada payu dara.<br /><br />5. Nekrosis fibrinoid., (bukan proses nekrosis sejati) pengendapan fibrin pd jaringan . Misal masa fibrin pd dinding atriol akbat rembesan plasma darah ke dalam lapisan media.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Perkembangan Jaringan Nekrotik <br />Nekrosis jaringan timbul respon peradangan <br />jaringan nekrotik hancur dan hilang.<br /><br /><br /><br />Proses perbaikan dgn regenerasi sel-sel yg hilang <br /> atau dgn pembentukan jaringan parut<br /><br />Misal : nekrotik epitel sal cerna timbul tukak , jika jar nekrotik tidak dibuang maka ditutup oleh kapsula jaringan fibrosa dan diisi oleh garam2 kalsium yg diendapkan dari darah (kalsifikasi) <br /> pengerasan<br />.<br />Akibat nekrosis<br />1. Kehilangan fungsi : missal :deficit neurologis<br />2. Menjadi fous infeksi, medium pembiakan mikroorganisme tertentu penyebaran<br />3. Perubahan2 sistemik tertentu : demam, leukositosis<br />4. pengeluaran enzim-enzim yg dikandungnya ke dalam darah akibat sel mati dan peningkatan permiabelitas membhran.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Ganggren <br />Yaitu :Nekrosis koagulatif, biasanya disebabkan oleh tdk adanya suplai darah, disertai pertumbuhan bakteri saprofit.<br /> Timbul pada jaringan terbuka terhadap bakteri yg hidup.<br /> Sering dijumpai pada ektremitas atau segmen usus<br /><br />Klasifikasi :<br />1. G. Kering, bila lebih menggambarkan nekrosis koagulatif sering pada ektremitas, kadang2 jaringan berwarna hitam dan mengkerut dari suatu daerah ganggren, biasa ditemukan pada jari 2 penderita DM<br /><br />2. G. Basah, jika ada invasi kuman yg mengakibatkan lekuefaksi<br /> Suatu daerah diamana terdapat jar yg mati yg cepat perluasannya. <br /> Sering ditemukan pd organ2 dalam lambung, paru atau tungkai<br /> Berkaitan dgn invasi bakteri pd jar tersebut<br /> Menimbulkan bau yg tdk sedap<br /> Dapat timbul dari ganggren kering.<br /><br />3. G. Gas<br />Jenis gangren khusus terjadi sebagai respon terhadap infeksi bateri clostridium. <br />Sering terjadi setelah trauma, cepat meluas dan mematikan.<br /><br /><br />Kematian somatic dan perubahan post mortem<br />• Mati “ terhentinya kehidupan , seluruh organ vital berhenti bekerja.”<br />• Berbeda dgn mati suri dan koma<br />• Kematian somatik “ keadaan dimana seluruh aktivitas sel vital berhenti”<br /><br />Perubahan postmortem , yaitu perubahan – perubahan tertentu yg terjadi setelah kematian. sbb<br />1. Algor mortis suhu bandan mendekati suhu lingkugan, akbat terhentinya metbolisme tubuh<br />2. Rigor mortis (kaku mayat) <br /> Akibat proses aglutinasi dan presipitasi protein otot. Dimulai dari otot volunter atas.<br />Terjadi 2 – 3 jam setelah kematian<br />3. Livor mortis (lembam mayat), <br /> warna merah tua keunguan akbat proses haemolisis darah yg terkumpul di bag bawah posisi mayat pertama terletak atau otolisis postmortem akibat ezim local yg dikeluarkan jaringan.<br /><br />Note : pada saat ini kematian somatic menyangkut kegiatan SSP, Jika otak mati maka keg listrik berhenti dan elektroensfalogram nya menjadi datar sehingga dr dpt menganggap klien mati walaupun jantung dan paru dapat dijalankan terus secara buatan.<br /><br /><br />Kepustakaan : <br />1. Pringgoutomu, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi I (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.<br />2. Robbins, 1995 Buku Ajar Patologi I, Edisi 4. Jakarta. EGC<br />3. Price SA dan Wilson LM, 1995 Patofisiologi, Konsep Klinik Proses- Proses Penyakit, Jakarta. EGC<br />4. Ramali A, 1990. Kamus kedokteran, Jakarta, Jtambatan.<br /><br /><br />Susunan jaringan /populasi berbagai organ tubuh , tdd :<br />a. Parenkim, yaitu polpulasi sel organ tubuh yg berdeferensiasi menjadi unsure penting.<br />b. Stroma , yaitu jaringan yg merupakan zat dasar yang bersifat sebagai penyangka (kerangka)<br />c. Matrik, yaitu substansi interseluler dalam jaringan – organ.<br /><br />Berdasarkan fungsi, sel digolongkan sbb:<br />a. Sel epitel<br />b. Sel jaringan penghubung<br />Prekursor sel jaringan penghubung yaitu ; fibroblast yg dapat bereferensiasi menjadi sel mesenkim jenis lain seperti sel lemak, sel otot polos, sel tulang dan sel tulang rawan.<br />Sel darah juga beasal dari jaringan penghubung yg berada dlm jaringan myeloid sum-sum tulang.<br />c. Sel jaringan otot<br />d. Sel jaringan saraf.<br /><br /><br /><br /><br />R A D A N G<br /><br /> REAKSI PERADANGAN<br /> GAMBARAN MAKROSKOPIS PERADANGAN AKUT<br /> ASPEK CAIRAN PERADANGAN <br /> ASPEK SELULAR PERADANGAN<br /> JENIS DAN FUNGSI LEUKOSIT<br /> BENTUK PERADANGAN<br /> PEMULIHAN JARINGAN <br /><br /><br />A. Reaksi Peradangan <br />Peradangan adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas.<br />Dlm peradangan ikut berperan : pembuluh darah, saraf, cairan dan sel –sel tubuh dutempat jejas.<br /><br />Tujuan : memusnahkan, melarutkan atau membatasi agen penyebab jejas dan merintis jalan untuk pemulihan jaringan yg rusak pada tempat itu.<br /><br />Terdiri dari :<br />Radang akut “merupakan respon langsung dan dini terhadap agen jejas, hanya berlangsung beberapa jam atau hari.” Dgn gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma serta emigrasi sel leukoset terutama netrofil.<br /><br />Radang Kronik berlangsung lebih lama dan ditandai adanya sel limfosit dan makrofag serta proliferasi pembuluh darah dan jaringan ikat.<br /><br />Tiga komponen penting radang :<br />1. Perubahan penampang pembuluh darah yg berakibat meningkat aliran darah<br />2. Perubahan struktur pemb. darah mikro sehingga protein dan leukosit keluar meninggalkan sirkulasi darah<br />3. Agregasi leukosit di lokasi jejas. <br /><br />B. Gambaran Makroskopis Peradang Akut<br /> R. akut dapat terbatas hanya pada tempat jejas dan menimbulkan tanda dan gejala local Tanda cardinal yaitu :<br />• Rubor (merah) akibat pelebaran pemb. darah <br />• Kalor (panas) akibat darah bertambah pd jaringan tsb<br />• Tumor (bengkak atau tonjolan) edema cairan dan ekstravaskular serta sel-sel yg bermigrasi<br />• Dolor (sakit) akibat adanya penekanan dan mediator kimia misal : bradikinin dan prostaglandin.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambaran Mikroskopis <br />1. Perubahan Vascular pd Radang Akut : <br />Akibat adanya zat kimia menyerupai histamine dan prostaglandin terjadi :<br />1) Kontriksi arteriolar sementara<br />2) Dilatasi arteriol, kapiler dan venula<br />3) Peningkatan permibelitas dinding pembuluh darah<br />4) Eksudasi dari cairan peradangan kaya protein – eksudat<br />5) Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan kedalam jaringan, tetapi retensi intravascular dari eritrosit.<br />6) Marjinasi leukosit, leukosit mendekati dinding vascular dan melekat pd sel endotel<br /><br /> 2. Reaksi seluler pd radang akut<br /> Salah satu tanda radang akut yaitu terjadinya emigrasi sel radang dari darah, paling banyak yaitu sel netrofil atau leukosit polimorfonuklear (pmn) kemudian terjadi reaksi sel makrofag dan sel pertahanan tubuh : limfosit dan sel plasma<br /> <br /> Urutan kejadian yg dialami leukosit :<br />1) Margination, penepian, ke tepi pemb. darah <br />2) Sticking, pelekatan pd dinding pemb darah, <br />3) Emigrasi leukosit dan diapedesis, keluar dr pemb. darah.<br />4) Fagositosis, leukosit menelan bakteri dan debris jaringan.<br /><br />ASPEK CAIRAN PERADANGAN<br />Jenis Eksudat yg terjadi pada radang :<br />Dipengaruhi oleh Beratnya reaksi , Penyebab dan Lokasi lesi.<br />1. Eksudat serosa eksudat jernih, sedikit protein, akibat radang ringan. Eksudat ini berasal dari serum atau hasil sekresi sel mesotel yg melapisi peritoneum, pleura, pericardium. Contoh : luka bakar, efusi pleura.<br />2. Eksudat Supuratifa / purulenta, mengandung pus yaitu campuran leukosit rusak, jar. Nekrotik dan mikroorganisme yg mati. Kuman piogenik mengakibatkan supurasi<br />3. Eksudat fibrinosa, mengandung banyak fibrin sehingga mudah membeku, terjadi pada jejas berat, sehingga fibrin banyak keluar.<br />4. Eksudat hemoragika, mengandung darah.<br /><br /><br />ASPEK SELULAR PERADANGAN<br />Sel yg ditemukan pada tempat peradangan:<br /> Leukosit Polimorfonuklear :<br />- Neutrofil, sel pertama dan yg paling banyak ditemukan pada radang akut, sel ini motil, amuboid, fagositosis aktif dan memberikan respon terhadap kemotaksis.<br /> Fungsi utama neutofil : fagositosis bakteri dan destruksi sel dengan enzim lisosomal.<br /> Pengeluaran enzim lisosomal pd jar. Ekstraseluler akan menyebabkan reaksi radang local.<br /><br />- Basofil, <br /> Sitoplasmanya mengandung granula yg mengandung histamine dan heparin, sel ini berperan dalam reaksi hipersensitifitas.<br />- Eusinofil, beremigrasi dari aliran darah pd stadium lanjut dan penyembuhan, jumlahnya meningkat pada infeksi parasit dan keadaan alergik. Mengandung antihistamin dan mencegah untuk reaksi hipersensitif. Jumlah <br />- Sel Mast<br /> Fungsi mirip basofil, merupakan sel jar. Ikat , menghasilkan histamine dan heparin<br /> Limfosit dan sel Plasma, fungsi utamanya yaitu pd imunitas selular dan humoral..<br /> Monosit, sel fagosit, bersifat motil.<br /> Dari jaringan :<br />- Histoisit atau makrofag, berfungsi sama dengan monosit , merupkan sel fagositik aktif dan motil.<br />- Fibroblas, ditemukan pd stadium penyembuhan.<br />- Sel datia, sel besar berinti banyak. Secara aktif fagositik dan menelan partikel asing yg terlalu besar untuk makrofag.<br /> <br />JENIS DAN FUNGSI LEUKOSIT<br />1. Bentuk dan sifat leukosit<br />Bentuk berubah-ubah, Dapat bergerak (dgn pseudopodia), berinti, bening, jml 6000 – 9000 /mm3<br />2. Fungsi fagositosis dan membentuk antibody<br />3. Tipe / jenis :<br />a. Granulosit ( Lekosit granular), tdd : <br />1) Netrofil / polimorfonuklear leukosit<br />- Dapat melalui pori-pori pemb. darah kecil dgn proses diapedesi ukuran dapat mengecil sementara. <br />- Bergerak mll jaringan dengan gerak amuboid<br />- bergerak mendekati zat kimia : kemotaksis pd peradangan.<br /> FUNGSI : Fagositosis bankteri, jar mati, partikel2 asing.<br /><br /> 2) Eosinofil<br /> - Merupakan fagosit yg lemah<br /> - Menunjukan kemotaksis<br /> - meningkat selama reaksi alergi<br /><br /> 3) Basofil<br /> - lebih kecil dari eosinofil<br /> - Bentuk inti teratur<br /> - dalam sitoplasma banyak granular2 besar<br /> Fungsi : (belum diketahui) mengeluarkan heparin, histamine, sedikit bradikinin dan serotonin. <br />b. Limfosit, <br />Berfungsi membunuh dan memakan bakteri yg masuk dlm jar tubuh, serta terlibat dalam proses kekebalan.<br /><br />c. Monosit, berfungsi sebagai fagosit.<br /><br /><br />BENTUK PERADANGAN<br />Berbagai bentuk radang akut :<br />1. radang katartal, ditandai pembentukan mucus yg berlebihan, pada mukosa : misal mukosa hidung, mata.<br />2. Radang supuratif ditandai dgn eksudat purulenta, biasa terjadi pada infeksi kuman piogenik.<br />3. Radang fibrinosa , biasa terjadi pd permukaan yg dilapisi lap serosa (pleura, pericardium, peritoneum). Misal : pneumonia, karditis rhumatik<br />4. Radang Psedomembranosa, ditandai pembentukan psedomembranosa pada permukaan mukosa yaitu nekrosis permukaan mukosa diserati fibrin, leukosit. Misal pada radang akibat difteri.<br />5. Radang serosa, ditandai dgn pembentukan eksudat serosa <br /><br /><br />RADANG KRONIK<br />Radang kronik disebabkan oleh rangsang yg menetap selama beberapa minggu atau bulan, menyebabkan infiltrasi mononuclear dan proliferasi fibrobblas. <br /><br />Leukosit yg tertibun sebagian besar tdd sel makrofag dan lmfosit dan kadang 2 sel plasma.<br />Maka eksudat leukosit pd radang kronik disebut monomorfonuklear<br /><br /><br /><br /><br />Terjadi melalui 2 cara <br />1. Menyusul (dari) radang akut, <br /> terjadi jika respon radang akut tdk dapat reda, agen penyebab jejas menetap, adanya gangguan pada penyembuhan normal.<br /> Contoh pneumonia abses paru kronik., ulkus peptikum duodenum atau lambung.<br /> <br />2. Respon sejak awal (proses primer)<br />Penyebab jejas memiliki tosisitas rendah. Dikenal sbb:<br />a. Infeksi persisten oleh mikroorganisme tertentu : T palidum, jamur.<br /><br />b. Kontak lama dengan bahan yg tidak dapat hancur, termasuk silica penyebab silicosis paru bila dihirup dlm waktu lama<br /> pecahan kaca, benang dpt menimbulkan iritasi fisika dan kimia dikenal “ reaksi benda asing” disertai pembntukan sel datia.<br /><br />c. Reaksi immu trehadap jaringan individu sendiri dan menyebabkan penyakit autoimun. Auto-antigen menimbulkan reaksi imun yg berlangsung dengan sendiriya secara terus menerus dan mengakibatkan radang kronik seperti arthritis remathoid.<br /> <br /> <br /><br />Proses pada radang kronik , ditandai dgn :<br />- infiltrasi sel mononuclear, yaitu makrofag monosit, lmfosit dan sel plasma.<br />- Kerusakan jaringan, dan<br />- Terbentuk jaringan granulasi dengan proliferasi fibroblast dan pengendapan kolagen.<br /> <br />Penyembuhan radang kronik melalui pembentukan jaringan fibrosis. <br />Gambaran adanya kerusakan jar yg persisten, mengenai sel parenkim, dan kerangka stroma merupakan tanda radang kronik. Akibatnya tidak terjadi penyembuhan dgn regenerasi , walaupun yg terkena adalah jenis sel labil.<br /><br />Berbagai Radang Kronik Granulomatosa :<br />Merupakan reaksi radang kronik yg khusus dimana sel makrofag berubah menyerupai sel epitel yg disebut sel epiteloid.<br />Granuloma merupakan suatu daerah pd radang granulomatosa yg menunjukan kumpulan sel epiteloid, sel datia, limfosit dan sel plasma<br /> <br /> Contoh radang granulomatosa:<br /> Akibat infeksi : tbc, lepra, virus, sifilis dll<br /> Akibat benda asing : benangoperasi, asbes<br /> Penyakit autoimun : arthritis rheumatika<br /> Idiopatik : colitis ulseratif.<br /> <br /><br />PEMULIHAN JARINGAN <br /><br />Pemulihan ialah proses dimana sel-sel yg hilang atau rusak diganti dengan sel-sel hidup (sel-sel parenkim asal atau fibroblast). <br />1. Regenerasi sel –parenkim yg rusak.<br />Kemampuan regenerasi tergantung pada jenis sel :<br />- sel labil, dapat berproliferasi secara terus menerus dan mengganti sel yg lepas atau mati melaui proses dfaali.<br />Contoh : sel epitel permukaan tubuh : epidermis, eptel traktus digestivus, urinarius, sel limfa, dll<br /> Pemulihan terjadi bilamana terdapat sel labil yg cukup.<br /><br />- Sel stabil, mempunyai kapasitas regenerasi terbatas, mengganti sel yg mati. Sel berada pada fase istirahat yg lam tetapi mampu bermitosis jika dibutuhkan.<br /> Contoh sel hati, pancreas, ginjal, pembuluh darah, dll.<br /><br />- Sel permanent, tidak dapat diganti jika rusak. <br /> Contoh neuron saraf pusat dan saraf tepi, otot jantung.<br /> Pemulihan hanya melalui pembentukan jar ikat jiak kerusakan luas akan menin\mbulkan gangguan fungsional permanent. <br /><br /> 2. Pemulihan dengan pembentukan jar granulasi<br /> Jaringan yg rusak akan diganti oleh jar. granulasi<br /> <br /><br /><br />Mekanisme Perbaikan :<br />1. Penyatuan Primer <br />Penyembuahan sbg tujuan utama<br />Terjadi pada tempat dimana hanya kehilangan jaringan, misal pd insisi bedah.<br /><br />Stadium :<br />1) Eksudasi darah ke dalam ruang diantara sayatan, tetapi dgn jar yang berhadapan dengan erat.<br />2) Koagulasi dari cairan dgn pembentukan fibrin.<br />3) Invasi dari koagulum oleh ansa kapiler dan fibroblast yg berasal dari jaringan marginal.<br />4) Proliferasi sel epitel yg berdekatan dan migrasi kearah cacat untuk pemulihan kontinuitas.<br />5) Pematangan dari fibroblast yg fibril – fibrilnya melekatkan kolagen.<br />6) Pematangan progresifdari kolagen dan penurunan vaskularitasyg menimbulkan jar parut avaskular. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />2. Penyatuan sekunder penhyembuhan sekunder / dgn granulasi<br />1) Jika penyebab infeksi diatasi dgn respon peradangan dan debris harus dibuang oleh makrofag. Jika karena trauma, cacat akan diisi oleh bekuan darah.<br />2) Perbaikan dimulai pada dasar dari cacatdgn invasi dari permukaan koagulum oleh ansa kapiler dan fibroblast.<br /> Jaringan ini berwarna merah dan granular yg disebabkan ansa-ansa kapiler jar granulasi<br />3) sel-sel epitel berproliferasi dan migrasi menutupi permukaan jaringan granulasi.<br />4) Pematangan jaringan granulasi vascular sehingga menjadi jar fibrosa.<br />5) Pengecilan parut dari cacat semula akibat konntraksi luka selama penyembuhan.<br /><br />Pemulihan dilakukan dgn cara : pemusnahan dan pembuangan jar rusak, regnerasi sel atau pembentukan jar granulasi.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PENYAKIT INFEKSI<br /><br /> FAKTOR-FAKTOR JASAD RENIK PADA INFEKSI<br /> FAKTOR-FAKTOR HOSPES PADA INFEKSI<br /> REAKSI HOSPES DENGAN JASAD RENIK<br /> SIFAT-SIFAT UMUM PENYAKIT KARENA INFEKSI<br /> JENIS-JENIS PENYAKIT INFEKSI<br /><br />Infeksi : <br />“peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme (agen) di dalam tubuh penjamu (host)”<br /><br />Penyakit infeksi “penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti : bakteri, virus, riketsia, jamur, cacing dsb”<br />Atau <br />Merupakan manifestasi klinis bila terjadi kerusakan jaringan dan atau fungsi bila reaksi radang / imun penjamu terpanggil.<br /><br />A. Faktor2 Mircrooganisma pada Infeksi<br />1. Trasmisibilitas<br /> Kemampuan transpor agen menular yang hidup ke hospes.<br />• Secara langsung Batuk, bersin dan ciuman dsb.<br />• Secara tidak langsung <br /> individu yg terinfeksi mengeluarkan organisme ke lingkungan diendapkan kemudan ke hospes lain, dpt melalui udara, air, makanan, serangga, transfusi, dll.<br /><br /><br />Trasmisibilitas dipengaruhi oleh sifat instrinsik organisme, misal:<br />- Organisme berbentuk spora tahan terhadap kering <br />- Spirosaeta sifilis sangat sensitf thdp kekeringan dan perubahan suhu<br />- Daya tahan terhadap antibiotika<br /><br />Masuknya agen infeksi melalui :<br />1) kontak langsung, misal peny. Kelamin<br />2) Kontaminasi dan luka, misal infeksi luka dan rabies<br />3) Inokulasi, misal gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis)<br />4) Menelan makan dan minuman yg terkontaminasi (Hepatitis A, poliomielits, kolera)<br />5) Menghirup debu dan droplet, misal influenza, tbc<br /><br /> 2. Daya invasi<br /> Kemampuan agent menular untuk bertahan atau di dalam hospes untuk dapat menimbulkan infeksi.<br /> Contoh :<br />o Vibrio cholerae hanya melekat pada mukosa usus.<br />o Shigella dysentriae hanya dapat memasuki lapisan superficial usus.<br />o Salmonella typhy mampu menembus sampai aliran darah dan menyebar.<br /><br /><br /><br /><br />3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit atau “ pathogenitas”<br /> Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan perubahan patologik atau penyakit.<br /><br /> Akibat pengaruh :<br />o Eksotoksin yg dikeluarkan mikroorganisme<br />o Endotoksin yg dikeluarkan saat mikroorganisme lisis<br />o Proses imunologis, misal basil tuberkulosa. Dimana penderita alergi dan mengalami nekrosis kasesiosa.<br />o Pembentukan antigen-antibody yg dapat menyebabkan kelainan. <br />o Informasi genetic baru yg diwujudkan pd fungsi sel yg berubah. Misal pd infeksi virus<br /> <br />B. Faktor2 Hospes pada Infeksi :<br /> Mekanisme pertahanan tubuh terhadap agen menular :<br /> 1.Barier mekanis tubuh (pertahanan mekanik):<br />a. Kulit dan mukosa orofaring<br />- Kulit dan mukosa urofaring yg utuh merupakan barier mekanis sederahana yg baik terhadap infeksi<br />- Dekontaminasi fisik, kulit dapat melepaskan mikroorganisme yg menempel ketika lapisan kulit mengelupas. <br />Atau oleh aliran saliva yg menghanyutkan partikel secara mekanis pada mukosa urofaring.<br />- Dekontaminasi kimiawi, sekresi kelenjar sebasea dan zat-zat yg terdapat pada saliva akan membersihkan kulit dan mokosa urofaring dari mikroorganisme penyebab infeksi<br />- Dekontaminasi biologis, kulit dan mukosa urofaring memiliki flora normal yg dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.<br /><br />b. Salutan Pencernaan<br />- tingkat Keasaman yg tinggi pada lambung merupakan kondisi yg tidak menguntungkan bagi kuman.<br />- Gerakan peristaltic usus dapat mempertahankan jumlah populasi bakteri tetap sedikit.<br />- Adanya mucus yg disekresi lapisan usus dapat sebagai pelindung yg viskus pd permukaan usus kemudian didorong olh peristaltic usus.<br />- Secret usus mengandung antibody yg mengambat bakteri.<br />- lapisan dalam usus besar banyak flora normal sebagai pesaing makteri dalam mendapat makanan serta mengeluarkan substansi antibakteri.<br /><br />c. Saluran pernafasan<br />- Beberapa epitel saluran pernafasan menghasilkan mucus dan sebagian besar memiliki silia pada permukaan lumen yang mampu menangkap dan mengeluarkan bakteri. bakteri yang terhirup dilkeluarkan dengan cara digerakan keluar, dibatukan atau ditelan.<br />- Adanya antibody di dalam secret <br />- Adanya makrofag dalam alveolus.<br /><br /> d. Sawar pertahanan lain : <br />Permukaan tubuh lain juga memiliki mekanisme pertahanan : saluran kemih yairu dengan lapisan epitel berlapis banyak dan adanya aliran urin. Konjungtiva secara mekanis dan dengan air mata. Pada vagina epitelnya kuat dan berlapis banyak serta banyak mengandung flora normal serta adaya sekresi mucus.<br /><br />2. Radang sebagai pertahanan<br />Mekanisme petahanan berikutnya setelah barier mekanis yaitu reaksi peradangan akut. Dimana aspek humoral (antibody) dan aspek selular pertahanan tubuh bersatu.<br />(dibahas kusus pada bab peradangan dan sistem imun)<br /><br />3. Fagositosis oleh makrofag pada kelenjar limfe<br /><br />4. Makrofag dari sistem monosit-makrofag (jika masuk aliran darah.)<br /> <br />C. REAKSI HOSPES DENGAN JASAD RENIK<br /> Cara interaksi hospes dengan mikroorganisma :<br />- Komensalisme, antara hospes dan agen menular tidak saling menyerang atau menguntungkan bagi yg satu tanpa menimbulkan cidera pada yang lain.<br />- Mutualisme, interaksi hospes dan mikroorganis me saling menguntungkan.<br />- Parasitisma, Menguntungkan bagi yg satu tetapi merugikan bagi yang lain.<br /><br />Klasifikasi Agen infeksi <br />1. Berdasarkan bangunan/Struktur :<br /> Virus DNA, virus RNA, bakteri kokus atau batang dll<br />2. Berdasarkan Patogenitas, kemampuan menimbulkan penyakit :<br /> Patogen rendah dan tinggi (virulensi)<br />3. Letak penggandaan, baik di dalam maupun diluar sel dibagi menjadi :<br />- Organisme intrasel obligat., hanya dapat tumbuh dan berkembang di dalam sel penjamu.<br />- Organisme intrasel fakultatif, mampu tumbuh baik di dalam maupun di luar sel.<br />- Organisme Ekstrasel, tumbuh dan berkembang di luar sel.<br /><br />Perubahan Jaringan Pada Infeksi: Disebabkan oleh 3 hal :<br />o Kerusakan yg diinduksi agen<br />o Reaksi radang pejamu<br />o reaksi imun pejamu<br />Perubahan patologik kerusakan jaringan akibat infeksi tergantung pada sifat agen.<br /><br />1. Organisme Intrasel obligat, dapat mengakibatkan:<br />1) Nekrosis sel, nekrosis akut terjadi jika penggandaan agen di dalam sel disertai perubahan yang menghentikan fungsi sel . Misalnya poliomyelitis, hepatitis. <br />Penyembuhan terjadi bila reaksi imun pejamu efektif sehingga menetralisasi agen.<br /><br />2) Pembengkakan sel, misal pada sel hati yang bertahan hidup saat terjadi hepatitis virus akut.<br />3) Pembentukan inclusion Body, terbentuk pada saat replikasi virus dan chlamidia dalam sel. Tampak dengan mikroskop cahaya pada inti atau sitoplasma.<br />4) Pembentukan sel datia, terjadi pada beberapa infeksi virus. Misal virus measles (campak)<br />5) Infeksi virus laten<br />• Reaktivitas akibat stress, immunodefisiensi misal pada Virus herves simplek dan varicella zoster<br />• Onkogenesis, beberapa virus diduga menyebabkan neoplasma.<br /><br />2. Organisme Intrasel fakultatif.<br />Misalnya mycobacterium dan fungi sering menyebabkan kerusakan jaringan dan sel. Pengaruh agen terhadap jaringan mengambarkan peradangan (granulomatosa) reaksi imun (nekrosis kaseosa) dan fibrosis yg merupakan proses penyembuhan.<br /><br />3. Organisme Ekstrasel<br />Beberapa mekanisme yang menyebabkan Kerusakan jaringan oleh organisme ini :<br />1) Pelepasan enzim yg bekerja local. Misal streptococcus pyogenes menghasilkan hialurodinase sehingga infeksi mudah menyebar, streptokinase yg menyebabkan eritrosit lisis.<br />2) Menghasilkan vaskulitis local misal bacillus antracis.<br />3) Menghasilkan toksin dan merusak sel yang jauh dari infeksi : endotoksin, eksotoksin dan enterotoksin.<br />- endotoksin yang menyebabkan vasodilatasi perifer syok, kerusakan sel endotel dan mengaktifkan rangkaian koagulase (DIC), juga menimbulkan demam.<br />- Eksotoksin, misal pada tetanus <br />- Enterotoksin, misal pada vibrio cholerae.<br /><br /> Perubahan jaringan akibat respon pejamu terhadap infeksi <br /> Penggandaan agen infeksi menyababkan reaksi imun dan peradangan , reaksi peradangan yg berfungsi membuat agen infeksi tidak aktif. : radang akut, radang supuratif dan radang kronik, radang gabungan supuratif dan granulomatosa.<br /><br />E. JENIS-JENIS PENYAKIT INFEKSI<br />1. Bakteri :<br />o organisme ber sel tunggal<br />o mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai penjamu.<br />o Tidak memiliki inti sel<br />o Memiliki sitoplasma dan dikelilingi dinding sel (peptidoglikan)<br />o Mengandung DNA maupun RNA<br />o Bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sederhana.<br />o Sebagian membentuk kapsul sehingga mampu bertahan pada sistem imun penjamu.<br />o Dapat bersifat aerob dan anaerob.<br />o Sebagian mengeluarkan toksin<br />o Bakteri Gram positif mengeluarkan eksotoksin, pada pewarnaan akan berwarna ungu.<br />o Gram negative pada pewarnaan berwarna merah.<br /><br /> Beberapa contoh penyakit : Infeksi stfilokokus atau streptokokus, gonore, sipilis, kolera, sampar, salmonelosis, sigelosis, demam tifoid, difteri, haemofilus influenza, pertusis, tetanus, tuberculosis, lepra. Dll.<br /><br />a. Infeksi bakteri non-spesifik.<br /> - mengenai banyak tempat , <br /> - dapat menimbulkan peradangan : fokal, supuratif dan nekrotikan. Misalnya bakteri stafilokokus, streptokokus, koliform, , golongan haemofilus, B proteus.<br /><br />b. Infeksi bakteri spesifik<br /> - kolera, disentri, demam enteric<br /> - Gonore, granuloma inguinale<br /> - Tuberkulusis<br /> - sipilis<br /> - Difteri.<br /><br /> 2. Virus <br />o Memerlukan penjamu untuk bereproduksi<br />o Terdiri dari satu RNA atau DNA yang terkandung dalam selubung protein : Kapsid<br />o Virus harus berikatan dengan membrane sel penjamu masuk dan bergerak ke inti DNA virus menyatu dgn DNA pejamu gen-gen virus diwariskan pada sel-sel baru selama mitosis Virus mengambil alih fungsi sel dan dan mengontrol sel.<br /><br />Contoh penyakit : ensefalitis, , demam kuning, campak jerman, rubella, gondongan, poliomyelitis, hepatitis, AID dll.<br /><br />3. Mikoplasma :<br />o Mikroorganisme unisel mirip bakteri tetapi lebih kecil dan tidak mengandung peptidoglikan<br /> Contoh penyakit : pneumonia mikoplasma.<br /><br />4. Riketsia<br />o Memerlukan penjamu untuk bereproduksi secara seksual<br />o Mengandung DNA dan RNA<br />o Memilikidinding petidoglikan<br />o Ditularkan memlaui gigitan kutu <br /> Contoh penyakit : Tifus dan Rocky Mountain fever.<br /><br />5, Klamidia<br />o Organisme unisel<br />o Bereproduksi secara aseksual dlm penjamu dan mengalami siklus replikasi <br />Contoh : infeksi urogenital <br /><br /><br />6. Jamur<br /> Mencakup ragi (yeast) dan kapang (mold)<br /> Memiliki inti sel dan dinding sel<br /> Contoh : kandidiasi mulut, vagina, kurap<br /><br />7. Parasit : protozoa, cacing, dan arthropoda.<br /><br />E. GAMBARAN KLINIS :<br />Tergantung vector, tempat infeksi dan keadaan kesehatan awal penjamu.;<br />1. Infeksi oleh Virus, Bakteri dan Mikoplasma seing menimbulkan :<br />o Pembesaran KGB regional<br />o Demam ( biasanya ringan pada infeksi virus)<br />o Nyeri tubuh<br />o Ruam atau erupsi kulit, terutama infeksi virus<br /><br />2. Infeksi oleh klamidia<br />o Uretritis<br />o Servisitis, diserta pengeluaran mukopurulen, gatal dan rasa terbakar saat berkemih.<br /><br />3. Riketsia<br />o Ruam kulit<br />o Demam menggigil<br />o Mialgia<br />o Pembntukan trombusdi organ-organ<br /><br />4. Infeksi Jamur:<br />o Gatal dikulit atau kepala (superficial)<br />o Ruam atau perubahan warna kuku<br />o Plak putih pada rongga mulut<br />o Tanda-tanda pneumonia<br /><br />5. Infeksi Parasit;<br />o Diare oleh parasit sal cerna<br />o Demam disertai malaria<br />o Gatal dan ruanm pada infeksi kulit<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh (air dan elektrolit)<br />- kongesti dan perdarahan<br />- edema trombosis, Emboli<br />- Dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basa<br /><br />A. Kongesti atau Hiperemia <br /> “Adalah keadaan dimana terdapat darah sebara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu.”<br /><br />“keadaan yang menunjukan adanya peningkatan volume darah karena pelebaran pembuluh darah kecil.”<br /> <br /> Dua menanisme proses timbulnya kongesti :<br />(1) kenaikan jumlah darah yg mengalir ke suatu daerah atau<br />(2) Penurunan jumlah darah yang mengalir dari suatu daerah<br /><br />1. Hiperemi aktif / Kongesti Aktif<br />Kongesti / hyperemi yang disebabkan karena aliran darah ke dalam suatu daerah bertambah. Atau lebih banyak dari biasanya.<br /><br /> Pelebaran pembuluh darah tersebut akibat adanya rangsangan saraf vasodilator akibat dilepaskannya zat-zat vasoaktif. atau hambatan vasokontriktor<br /> <br /><br /><br /> Contoh:<br />o pada organ tubuh yg bergerak aktif atau selama latihan disebut juga hyperemia fungsional<br />o kemerahan kulit wajah akibat rasa malu (blussing) akibat respon neurogenik<br />o keadaan panas / hyperthermia<br />o hipereia pada peradangan akut yang disebut sebagai eritema<br />.<br /> Umunya terjadi dalam waktu singkat, jika rangsangan arteriol berhenti maka akan normal kembali. <br /><br /> 2. Kongesti Pasif<br />Hiperemi yg terjadi akibat pengurangan/penurunan aliran keluar dari vena, seperti pada kegagalan jantung atau penyakit bendungan vena.<br /><br />Penyebabnya:<br />o Lokal, seperti tumor diluar lumen, trombosis, dll<br />o Sentral atau sistemik :<br /> gagal jantung kiri kongesti pasif pembuluh darah paru-paru.<br /> Gagal jantung kanan kongesti pasif seluruh tubuh.<br /><br />(1) Kongestif pasif akut, jika berlangsung relative singkat sehingga tidak menyebabkan perubahan jaringan.<br />(2) Kongestif pasif kronik, jika berlangsung lama. Hal ini dapat menyebabkan perubahan permanen pd jaringan.<br /><br /> 3. Perubahan Organ yg mengalami kongesti<br /> Kongesti ringan akan menyebabkan perubahan sebatas hiperemia<br /> Kongesti berat dan lama menimbulkan anoksia jaringan yg dapat menyebabkan degenerasi parenkimal. Dan Penggantian jaringan oleh jar fibrosa pada anoksia yg disertai perdarahan.<br /><br />(1) Paru-paru<br />o Hiperemia makro, anoksia stagnasi dlm pembuluh alveolar yang edematosa.<br />o Adaya Eritorit dan cairan dalam alveoli<br />o Penebalan fibros dinding alveolar<br />o Terdapat sel “kegagalan jantung” yg mengandung haemosiderin dari fagositosis eritrosit yg masuk alveoli oleh histiosit.<br />Sehingga paru-paru menjadi padat, coklat dan fibrosa – indurasi coklat<br /><br />(2) Hepar<br /> Dini : Dilatasi vena sentralis<br /> Kongesti sinusoid yg menyebabkan kongesti hepar<br /> Kemudian : kerusakan sel hepar setrilobuler, kongesti hepar, dan burik hepar (nutmeg)<br /> Lanjut : nekrosis<br /><br /> (3) Ginjal : agakmembesar, tegang dan berwarna merah tua, dapat terlihat glomeruli sbg bintik-bintik hemoragik merah pd permukaan sayatan.<br /> <br /> Mikroskopik : glomerulus membengkak dan dapat tampak degeneratif anoksik tubulus.<br /><br />(3) Organ lain : usus, lambung dan visera abdomen memperlihatkan pembengkakan dengan darah., tungaki mengandung darah berlebih dan menunjukan edema<br /> <br /> Akibat kongesti vena lama :<br />(1) pembesaran akibat pembengkakan<br />(2) anoksia stagnasi dgn degenerasi sel parenkhimal dan pengkatan fibrosis<br />(3) erdema<br /><br /> Note : Kongesti dan edema umunya terjadi bersama-sama.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />B. Perdarahan<br /> Adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskular, disertai penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh.<br /><br /> 1. Bentuk-bentuk perdarahan <br /> a. . Perdarahan internal : Perdarahan dalam tubuh : <br /> 1). kulit dan mukosa : <br /> - peteki : peradarahan kecil, titik-titik peradarahan dibawah kulit<br /> - ekimosis : lebih besar dari peteki<br /> - purpura: bercak-bercak perdarahan tersebar luas.<br /> - hematoma penimbunan darah pada jaringan<br /> 2). Rongga tubuh hemothorak, hemoperitonium, hematoperikardium.<br /> 3). Uterus; hematometrium, vagina ;hematokolpos, testis ; hematokel, rongga sendi ; hemartrosis.<br /><br /> b. Perdarahan eksternal <br /> Saluran nafas : epitaksis, hemoptisis, hematemesis<br /> Saluran cerna : hematosezia (perdarahan segar dari usus), melena.<br /> Uterus : menoragi, metroragi.<br /><br /><br /><br /> 2. Etiologi <br /> a. Trauma, integritas pembuluh darah hilang<br /> b. Kelainan mekanisme hemostatis, misal perdarahan yg menyertai trombositopenia, defesiensi salah satu factor pembekuan misal pd hemofilia, <br /><br /> 3. Akibat Perdarahan :<br /> Dibedakan menjadi dua : <br />1) Lokal , bergantung pada besar dan lokasi umunya akibat adanya efek penekanan.<br />2) Sistemik, ergantung pada lamnya, ukuran dan jenisnya.<br /> Misal pada : anemia diakibatkan perdarahan kecil tapi lama.<br /> Syok hivopolemik, akibat dari perdarahan besar dan cepat.<br /><br />Efek local <br />o Perdarahan kecil dan cepat menyebabkan kontraksi dan retraksi pembuluh darah yg robek, disertai pembentukan zat oleh trombosit agar terjadi pembekuan darah.<br />o Hematom jaringan yg besar akan mengalami hemolisis eritrosit sehingga terbentuk pigmen hematoidin dan hemosiderin.<br />o Pada medulla oblongata, perdarahan kecil dapat menyebabkan kematian<br />o perdarahan otak yg menyebuk ke substansi otak dapat menyebabkan ganguan mekanik.<br />o Hematom subdural menyababkan peningkatan tekanan intracranial.<br />o Perdarahan rongga pleura menyebabkan volume paru berkurang<br />o Pada rongga perikardiak meyebabkan mengganggu pengisian jantung saat diastol maka timbul tamponade jantung.<br />o Jika perdarahan banyak dan tidak diabsorbsi akan timbul jaringan fibrosis.<br /><br /> Efek Sistemik <br /> Perdarahan akit dan besar kolap sistem sirkulasi maka tubuh akan melakukan kompensasi, penurunan tekanan darah menstimulasi : peningkatan denyut jantung, arteri perifer menyempit, adrenalin meningkat. .<br />Adrenalin akan menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bertambah, dan menguncupkan limpa yang dapat memobilisasi cadangan eritrosit ke sirkulasi.<br /> Akibat kontraksi arteriol akan terjadi penurunun tekanan darah kapiler sehingga cairan dari jaringan masuk ke plasma dan volume darah bertambah dan lebih encer (hemodelusi)<br /> Pada anemia hemoragik, sum-sum tulang diaktifkan dan dipacu untuk menghasilkan eritrosit lebih banyak. Hal ini dapat terjadi berlebihan dan hemoglobin yg diperlukan melebihi dari persediaan sehinga dapat timbul hipokromia. <br /> Pada penderta yg mengalami perdarahan yang berulang dan lama akan mengalami anemia hipokrom dan hyperplasia sum-sum tulang. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />EDEMA – TROMBOSIS – EMBOLI<br /><br />A. EDEMA<br /><br />“ Edema adalah timbunan abnormal sejumlah cairan di dalam ruang jaringan intersel atau ruangan tubuh “<br /><br />(Berdasarkan jenis cairan) edema dibagi 2 bagian:<br />1. Edema peradangan atau eksudat<br />Eksudat timbul selama peradangan, BJ nya besar (> 1,20) dan mengandung banyak protein.<br /><br /> 2. Edema transudat, yaitu edema non radang misal akibat ganguan hidrodnamik dimana BJ nya rendah ( < 1,15) dan sedikit protein.<br /><br /> Menurut sifatnya edema tdd :<br />1. Edema umum anarsaka, yaitu edema hebat dan menyeluruh yg menimbulkan pembengkakan jaringan subkutan.<br />2. Edema setempat : edema yg terjadi pd rongga serosa tubuh : (sesuai tempatnya) : hidrothorak, hidroperikardium dan hidroperitonium (ascites)<br /> <br /><br /><br /><br /> Pertukaran cairan normal : <br />Diatur oleh tekanan hydrostatic dan tekanan osmotic di dalam dan diluar intra vascular<br />o Tek. hidrostatik dan osmotic cairan interstisial akan menggerakan cairan keluar melalui dinding kapiler.<br />o Tek. Osmotic intra vascular dan tekanan cairan interstisial akan mengerakan cairan ke intravascular.<br />o Tekanan hirostatik (35 mm Hg) dan sedikit menurun di ujung venula (12 – 15 mm Hg)<br />o Tekanan Osmotik (20 – 25 mmHg)<br /><br /><br /><br />o Cairan akan meninggalkan arteriol dan kembali ke ujung venula<br />o Dan sebagian masuk ke saluran limfe kemudian ke intravaskular<br /><br />Penyebab Edema <br />1. Etiologi edema non radang : <br />a. Peningkatan tekanan hirostatik,<br /> Dimana terjadi Central Venous Pressure (CVP) meningkat ggn aliran balik vena statis darah pada venula dan kapiler peningkatan tekanan intra kapiler mendorong cairan ke interstisial.<br /> Misal: edema ektremitas pd Congetif Heart Failur, edema pulmonal pd Left Ventrikel Failur <br /><br />b. Penurunan tekanan osmotic plasma,<br />Akibat hipoalbuminemia misal pada kerusakan hati (yang menghasilkan/mensintesis albumin) , proteinuria pada kelainan nefrotik syndom, serta pada malnutrisi.<br />Keadaan tersebut dapat menyebabkan pengurangan volume plasma dan perfusi ginjal serta menimbulkan aldesteronisme sekunder yang menyebabkan komplikasi retensi sekunder garam dan air.<br /><br />c. Obstruksi saluran limfe, dimana aliran cairan interstisial melalui saluran limfe akan terganggu akibat adanya obstruksi .Misal pada kanker mamae, fibrosis pasca radiasi, filariasi dan tumor ganas. <br /><br /> ketiganya merupakan penyebab primer.<br /><br />Penyebab lain : Retensi garam dan air oleh ginjal akibat primer penyakit ginjal atau sekunder yang menunjang edema yg sudah ada akibat penyakit lain.<br /><br />2. Etiologi edema radang<br />a. Peningkatan permiabelitas kapiler, <br />Adanya sekresi sitokin oleh sel radang, endotoksin bakteri dan pelepasan histamine permiabelitas meningkat serta vasodilatasi vascular protein keluar ke jaringan interstisial tahanan osmotic jaringan tinggi edema.<br /><br /> <br />Perubahan Morfologi akibat edema :<br />Tempat edema (paling sering) : pada jaringan. Ikat yg longgar : subkutis, ekteremitas dan paru.<br />1. Edema jaringan subkutis, Tampak bengkak dan kulit diatasnya menjadi regang. Misal pada daerah periorbital dan sekitar genetalia.<br />Edema pada bagian bawah tubuh merupakan manifestasi gagal jantung terutama Right Ventrikel Failur (gagal jantung kanan).<br /> Edema paling menonjol yaitu pada ektremitas bawah. Karena edema ini dipengaruhi gravitasi, sehingga keadaan ini disebut edema dependen.<br />Pitting edema cekungan di daerah edema ketika ditekan oleh jari.<br /><br />2. Edema paru, <br />Sering pada bagian lobus bawah, beratnya 2 – 3 kali dari normal, tampak edema cairan mengumpul pada septum yg melebar, dapat ditemukan cairan seperti protein berwarna merah jambu yg tdd: udara, cairan edema dan eritrosit.<br />Edema paru gangguan pertukaran gas <br />Edema paru tampah pada LVF<br /><br />3. Edema otak, akibat trauma, meningitis, ensefalitis, krisis hipertensi.<br />Otak sangat membengkak, penyempitan sulkus dan pembsaran girus, substansia alba tampak lembek seperti gelatin disertai pelebaran substansia grisea.<br /><br /><br />4. Organ-organ padat , seperti hepar dan ginjal<br />Odema pada organ padat terjadi jika edemnya bersifat sistemik. Ditandai hanya dengan pningkatan ringan ukuran dan berat serta berwarna kepucatan. <br /><br />B. TROMBOSIS<br /> Adalah pembentukan masa bekuan darah (trombus) dalam sistem kardiovaskular yang tidak terkendali. atau <br /> Bekuan darah yang terdiri atas unsur-unsur darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah waktu orang masih hidup.<br /><br />Thrombus dapat lepas membentuk embolus dan ikut aliran darah. Trombosis dan embolisme yg terjadi bersamaan disebut tromboembolisme yang cenderung dapat menyebabkan nekrosis iskemik sel dan jaringan dan disebut infark <br /><br />Hemostatis normal :<br /> Proses hemostatis dipengaruhi oleh :<br />1. sel endotel<br />o Memiliki antitrombosit, pada endotel yg utuh mengisolasi trobosit dan protein-protein koaulasi dari komponen2 tromboenik sub endotel terutama kolagen. Serta Memiliki antikoagulan yang kuat.<br />o Menimbulkan fungsi prokoagulan (ketika ada jejas)<br />o Setelah terbentuk bekuan berpartisipasi pada fibrinolisis<br /><br /><br /><br /><br /> “ Sel endotel yang utuh diantranya berperan untuk menghambat perlekatan trombosit dan mengawali pembekuan darah. Sebaliknya jejas pada sel endotel menggambarkan hilangnya menkanisme antipembekuan dan selanjutnya berperan pada hemostatis dan trombosis.”<br /><br />2. Trombosit <br />Berfungsi dalam hemostatis normal.<br />Jejas pembuluh darah elemen dinding pembuluh darah bersentuhan dgn trombosit – kolagen subendotel, lamina basal kapiler, fibroblast dan sel otot polos<br />Perubahan pada trombosit ketika kontak dgn kolagen: yaitu terjadi perlekatan tombosit dgn kolagen , diikuti sekresi (reasi pengeluaran adp dan serotinin). Sekresi ADP menyebabkan terjadinya agregasi trombosit (pelekatan trombosit ke tombosit lain) terjadi reaksi autokatalisis agregasi trombosit bertambah.<br /><br />3. sistem koagulasi.<br />Rangkaian koagulasi terdiri dari pasangan transformasi dari proenzim menjadi enzim aktif yang menimbulkan pembentukan trombin dari protrombin, yang mengubah fibrinogen menjadi protein fibrin fibrosa yg tidak larut.<br />Etiologi Trombosis :<br /> Ada 3 faktor penting dikenal dgn ( triad Virchow) :<br />1. Perubahan dinding pembukuh darah (pada arteri maupun vena) : jejas endotel termasuk perubahan otot dinding jantung.<br />Faktor predisposisi trombosis:<br />- tromboflebitis, zat kimia pada skleroterapi, trauma kateterisasi jantung.<br />- Arterosklerosis yg mengalami ulserasi<br />- Radang pembuluh darah <br />- Tromboangitis obliterans<br />- Endokarditis bakterialis. <br /><br />2. Perubahan aliran darah : statis atau tubulensi alran darah <br />o Vena varikosa<br />o Aneurisma<br />o CHF<br />o Tomor yg mendesak vena<br />o Stenosis mitralis<br /><br />3. Perubahan komposisi darah, <br />• Sering dikaitkan dengan hipervikositas darah seperti pd polisitemia.<br />• Anemia sel sabit dimana eritrosit mudah menggumpal.<br />• Kehamilan dan konsumsi kontrasepsi oral daya gumpal darah meningkat. <br /><br /><br />Patogenesis <br />Endotel yg jejas mengsekresi tromboksan dan prokoagulan proses penggumpalan darah dengan cara mengaktifkan trombosis.<br /> Pada jejas yg luas plasma terpajan ke jaringan ikat mengaktifkan koagulasi ekstrinsik. darah + jaringan perivaskular + tromboplastin jaringan penggumpalan.<br /> Agregasi trombosis sbg langkah pertama pembentukan trombosis menyebabkan lepasan thrombus dan mengaktifkan kaskade koagulasi dan membentuk trobus fibrin.<br /> Fibrin membentuk gumpalan yg terdiri dari : thrombus, eritrosit dan leukosi.<br /> Ujung thrombus melekat dan ujung lainnya mengapung bebas<br /> Akibat adanya turbulensi merabngsasng proses koagulasi sampai pembuluh darah terumbat. Seluruhnya.<br /><br /> Morfologi thrombus<br /> Komposisi, bentuk dan ukuran thromus ditenmtukan oleh tempat asalnya :<br />a. Trombus arteri : bersifat kering, rapuh, masa keabu-abuan tampak garis-garis keabu-abuan.<br />Trombus arteri disebut trobus putih atau thrombus konglutinasi.<br /><br />b. Trombosis Vena disebut flebotombosis, sering membentuk selinder panjang lumen vena , kaya akan campuran eritrosit sehingga disebut thrombus merah, koagulatif atau statis.<br /><br /><br /> Jenis Trombus :<br /> Berdasarkan bentuk <br />1. Trombus oklusi : yg menyebabkan sumbatan lumen vaskular<br />2. Propagating thrombus, yg terbentuk sepanjang pembuluh darah dan merupakan perpanjangan thrombus.<br />3. Saddle / riding thrombus : memanjang dan masuk ke cabang pembuluh.<br />4. mural / parietal / pediculated trombus : sebagian melekat dan sebagian seperti berenang dlm darah, tidak menyebabkan oklusi.<br />5. Ball thrombus, lepas dan hanyut ikut aliran darah. sebenarnya adalah embolus.<br /><br />• Berdasarkan Warna :<br />1. Red thrombus<br />2. White thrombus<br />3. Mixed thrombus<br />• Berdasarkan waktu pembentukan : fress thrombus dan old thromus<br />• Berdasarkan ada tidaknya kuman : septic dan bald (steril) thrombus<br />• Berdasarkan anatomi <br />o Thrombus vena : vena safena magna, vena profunda betis, vena vorta. Tromboflebitis, flebotrombosis.<br />o Thrombus arteri : pada aherosklerotik : a. coronaria, renalis mesentrika , dll.<br /><br />Akibat Thrombus , meliputi <br />1. Statis darah, bendungan pasif, edema, kadang 2 nekrosis<br />2. pada srteri : menyebabkan iskemik, nekrosis dan infark, ganggren<br />3. Kematian jika ball thrombus menyumbat ostium mitralis.<br />4. Peradangan dan infeksi pd thrombus septic.<br /><br />Perjalanan Trombus :<br />1. Lisis jika thrombus kecil akibat enzim fibrinolitik.<br />2. menjadi Tromboembolus, jika lepas dan ikut alran darah<br />3. mengalami kalsifikasi <br /><br /><br />C. EMBOLUS<br />Ialah benda asing yang tersangkut mengikuti aliran darah dari tempat asalnya dan dapat tersangkut pada suatu tempat dan dapat menyebabkan sumbatan aliran darah.<br /><br />Embolisme merupakan oklusi beberapa bagian sistem kardiovaskular oleh suatu massa (embolus) yg tersangkut dalam perjalanannya ke suatu tempat melalui arus darah.<br />Tromboemboli : emboli yg berasal dari thrombus. Sering terjadi.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Akibat Embolus :<br />Tergantung berbagai factor : jenis pembuluh, ukuran dan letak embolus serta kolateral yg terbentuk.<br /> 1. kematian jika pada a. coronaria atau a. pulmonalis <br /> 2. infark<br /> 3. infeksi dan abses paru (pd embolus septic)<br /> 4. metastase (emboli sel Ca)<br /><br />Jenis Embolus / emboli<br />1. Embolus Vena , emboli dapat menyumbat arteri pulmonalis dan embolus pelana dapat mati mendadak.<br /> Efek yg ditimbulkan : bias tdk nyata, hemoragi atau infark, tergantung pd kondisi paru dan kardiovaskular.<br /><br /> 2. Embolus arteri <br />Dapat menyebabkan infark di organ atau ektremitas manapun<br />Emboli dapat berasal dari ventrikel kiri, katup jantung kiri, aorta atau arteri besar.<br />Sering mengenai : ektremitas bawah.otak, ginjal , limpa<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3. Embolisme Lemak, <br />Embolisme yang disebabkan oleh gelembung kecil lemak, ditemukan dalam sirkulasi setelah patah tulang. Di duga lemak ini berasal dari sum-sumt tunag atau jaringan lrmak ygmasuk sirkulasi.<br /><br />4. Embolisme gas, yg disebut penyakit Caisson.<br />Terjadi pada penyelam akibat perubahan tekanan yng mendadak. Akibat perubahan tekanan yang mendadak larutan oksigen, carbon dioksida dan nitrogen keluar dari larutan membentuk gelembung-gelembung kecil .<br /><br />5. Emboli Cairan amnion<br />Emboli yang diduga akibat cairan amnion (misalnya skuama epitel, vernik kaseosa) masuk dalam darah melalui vena endoservikal, , di uteroplasenta.<br />Emboli ini khususnya timbul pada usia tua penderia multipara ditandai dengan sesak mendadak, sianosis, kolap, perdarahan, kejang-kejang diikuti dengan koma.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-49539011488722960772009-02-20T03:03:00.000-08:002009-02-20T03:05:21.367-08:00paradigma baru terapi cairan dan elektrolitJakarta, 28 May 2008<br />Paradigma Baru dalam Terapi Cairan Maintenance<br /> <br />Iyan Darmawan <br />Medical Director CN Division PT Otsuka Indonesia <br />iyan@ho.otsuka.co.id <br /> <br />Abstrak: <br />Terapi cairan Maintenance bisa dianggap sebagai salah satu terapi pendukung yang penting bagi pasien rawat-inap. Jika tujuan terapi cairan resusitasi adalah memperbaiki gangguan hemodinamik, maka tujuan terapi cairan Maintenance adalah memelihara homeostasis pada pasien yang kurang asupan cairan per oral. Jadi, laju dan jenis cairan infus untuk kedua indikasi itu berbeda. Untuk resusitasi digunakan “cairan pengganti” seperti normal saline, ringer asetat/ringer laktat yang bersifat isotonik. Diberikan dengan jumlah besar dan kecepatan tinggi (20 -30 ml/kg/jam) cairan ini digunakan pada keadaan emergensi untuk menggantikan kehilangan akut..Pada keadaan-keadaan tertentu, cairan pengganti bisa juga digunakan untuk Maintenance, khususnya jika didapatkan hiponatremia (kadar Na+ < 135 mmol/L). Untuk pasien-pasien yang hemodinamiknya masih bagus (tidak syok), cairan yang dipilih adalah cairan Maintenance (maintenance). Dulu cairan Maintenance diwakili oleh kombinasi NaCl 0.45% dengan dekstrosa 5% dan ditambahkan 20 mmol of K+ per L. Produk-produk siap-pakai juga sudah lama dikenalkan yakni larutan-larutan KAEN dan Larutan DGAA (larutan setengah Darrow). Larutan KAEN dan DGAA memiliki kandungan kalium yang cukup untuk memelihara kebutuhan homeostasis kalium. Sebagai contoh KAEN 3B (20 mEq/L) dan DGAA (17,5 mEq/L) memenuhi kebutuhan minimum 20-30 mEq/hari untuk pasien dewasa. <br />Belum lama ini dengan dikembangkannya teknik canggih dual chamber oleh Otsuka Japan cairan Maintenance telah berevolusi dari sekedar mengandung elektrolit basal (Na dan K dll) juga dilengkapi dengan mikromineral, asam amino dan glukosa. <br />Pendahuluan <br />Sampai saat ini masih banyak persepsi di antara para klinisi terhadap terapi cairan,antara lain:: <br />1. Terapi cairan yang sebetulnya penting dianggap sebagai pelengkap terapi saja. Jika pasien bisa diselamatkan dari resusitasi, peran produk tersebut tidak terlalu ditonjolkan. Namun jika pasien mengalami penyulit, yang pertama disalahkan adalah produk cairan tersebut. <br />2. RL & Normal saline yang sebenarnya merupakan cairan pengganti, digunakan juga untuk indikasi Maintenance secara luas. <br />3. Memberikan 2 L D5 /hari dianggap wajar-wajar saja. Banyak dokter yang tidak mengetahui bahwa D5 tsb sebenarnya hanya air bebas dan bisa mengakibatkan atau memperberat hiponatremia. <br />4. Hipokalemia lebih mudah diatasi dibandingkan dicegah <br />5. Semua cairan yang mengandung asam amino dan glukosa adalah produk nutrisi. <br />6. Pasien yang terlihat kurus dengan BMI (body mass index) rendah dianggap memerlukan tinggi kalori dan protein, padahal sebelum sakitpun sering pasien sudah berada dalam keadaan homeostasis dengan asupan rendah *BMI = body mass index ( BB [kg] : TB [m]2 (Normal: 20-24) <br /><br />I. RASIONALE UNTUK TERAPI CAIRAN MAINTENANCE <br />Berbagai keadaan bisa dialami oleh pasien rawat-inap dan ini sering tidak disadari oleh dokter: <br />• Mayoritas pasien sudah berada dalam keadaan dehidrasi moderat, namun hemodinamik masih baik. Pasien mungkin sudah berhari-hari di rumah dengan asupan air yang kurang dan ada demam tinggi. Demam tinggi ini menyebabkan peningkatan insensible water loss.. <br />• Cemas, depresi atau takut. Ini cenderung terjadi pada pasien-pasien yang sudah mencoba berobat ke sana kemari dan tidak kunjung sembuh. <br />• Malaise atau letih (fatigue) mungkin merupakan alsan pasien dibawa ke rumah sakit. <br />• Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah sakit <br />• Asupan oral kurang karena pasien terlalu lemah untuk mengunyah dan lidah terasa pahit karena kering <br />• Jam makan yang kaku <br />• Anorexia (tidak napsu makan), nausea (mual), atau stres <br />• Kesadaran menurun. <br /><br />Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien memerlukan dukungan meintenance untuk keadaan-keadaan tsb. <br />Tujuan terapi Maintenance bisa dirangkum sbb: <br />1. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian untuk homeostasis. <br />2. Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa. <br />3. Mendukung terapi primer. <br />4. Membantu proses enzimatik & sintesis protein. <br />5. Memacu penyembuhan. <br />Apa ciri-ciri larutan maintenance yang unggul ? <br />• Praktis, mudah dan aman diberikan <br />• DI samping elektrolit basal (Na+,K+,Cl-) juga mengandung mikromineral (Mg++,Ca++,P) yang dibutuhkan untuk metabolisme sel <br />• Adanya zinc membantu penyembuhan jaringan. Karena zinc memacu deposisi kolagen pada jaringan yang rusak <br />• Mengandung asam amino kualitas tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA) untuk memacu sintesis protein <br />• Glukosa untuk mempertahankan kadar gula normal( euglycemia) <br />Produk yang bisa memenuhi kriteria tersebut adalah Aminofluid®. Komposisi Aminofluid dan larutan Maintenance lain (KAEN3B) serta Ringer laktat diberikan di bawah: <br /><br />Tabel 1. Komposisi Aminofluid dibandingkan RL dan KAEN3B <br /> <br />Komposisi Aminofluid® KAEN3B® Ringer’s lactate ASPEN guideline(2) <br />Air 2000 2000 2000 30-40 ml/kg/hari <br />Na+ 70 100 260 1-2 mEq/kg/hari <br />K+ 40 40 8 1-2 mEq/kg*/hari <br />Cl- 70 100 218 sesuai kebutuhan <br />Mg++ 10 - - 8-20 mEq/hari <br />Ca++ 10 - - 10-15 mEq/hari <br />P 20 - - 20-40 mEq/hari <br />Zn 10 µmol - - 2.5-5 g <br />Asam amino AA 60 g - - 0.8 g/kg/hariØ <br />Glukosa 150 g ¥ 54 g - <br />* kebutuhan basal untuk homeostasis K+ adalah 20-30 mEq/hari (10); Økebutuhan basal asam-aminopada pasien nonstressed; ¥ protein-sparing effect <br />Mengapa perlu mikromineral ? <br />Di samping elektrolit basal, seperti natrium, kalium,klor. larutan maintenance masa kini harus mengandung mikromineral yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Peran dan dosis anjuran diberikan pada Tabel 2: <br />Table 2.Fungsi dan dosis anjuran air dan elektrolit <br /> Fungsi (3) ASPEN* (2) Aminofluid <br />Air(ml) Komponen sel dan kompartemen cairan tubuh lain, pengaturan suhu, pelarut,pelumas 30-40 ml/kg 2000 <br />Na+(mEq) Bersama klorida mempertahankan volume dan osmolaritas darah, mengatur muatan listrik di neuromuscular junction,dan mempengaruhi asam-basa 1-2 mEq/kg 70 <br />K+(mEq) Kepekaan neuromuskular (Neuromuscular excitability), sintesis protein dan kolagen, proses enzimatik dalam produksi energi sel. Bersama natrium dan kalsium memelihara irama jantung. Bagian dari sistem dapar tubuh untuk mengatur asam-basa 1-2 mEq/kg 40 <br />Cl-(mEq) Bersama natrium memelihara osmolaritas cairan ekstrasel( ECF). Memelihara imbang cairan. Memelihara asam-basa. Pertukaran oksigen dan CO2 di sel darah merah, komponen getah lambung sesuai kebutuhan untuk memelihara asam-basa 70 <br />Mg++(mEq) Sangat penting untuk sistem enzim. Aktivitas neuromuskular. Esensial untuk metabolisme ATP, Na+-K+ pump. Sekresi hormon paratiroid dan fungsi jantung. 8-20 10 <br />Ca++(mEq) Pertumbuhan gigi dan tulang, fungsi neuromuskular, pembekuan darah, asam-basa dan aktivasi enzim tertentu 10-15 10 <br />P(mmol) Esensial untuk metabolisme nutrien.Ko-faktor dalam berbagai sistem enzim. Komponen ATP.. 20-40 20 <br /><br />Zinc merupakan trace element yang dikandung dalam Aminofluid <br /> Fungsi Ekskresi urin Aminofluid <br />Zinc Memacu penyembuhan jaringan. Zinc perlu untuk pembentukan kolagen, yang merupakan bahan penting untuk penyembuhan dan perbaikan jaringan. Zinc juga memiliki aktivitas imunitas seluler.<br />Dibutuhkan untuk metabolisme nutrien dan sintesis asam nukleat (DNA and RNA) 7.6 micromol/hari 10 micromol/L <br /><br />Mengapa dalam larutan Maintenance ada BCAA (branch-chained amino acids) ? <br />Leucine, isoleucine dan valine merupakan asam amino rantai cabang dan merupakan asam amino yang terbanyak diteliti, dan dibuktikan memiliki efek farmakologis (4,5,6,7,8): <br />1. Prekursor (zat pendahulu) dalam sintesis glutamine dan alanine pada otot rangka. <br />2. Pada banyak penyakit konsumsi BCAA meningkat. <br />3. Leucine paling jelas efeknya dan berguna untuk sintesis protein. Ini telah diteliti pada sepsis dan luka bakar. <br />4. BCAA meningkatkan napsu makan dengan menghambat masuknya triptofan (prekursor serotonin) ke dalam susunan saraf pusat. Dengan berkurangnya kadar serotonin, maka perangsangan sistem melanokortin akan berkurang di hipotalamus. Ini diikuti dengan peningkatan napsu makan (diperlihatkan pada gambar C di bawah). <br /> <br /> <br />Gb A. Ada dua sistem di hipotalamus. Melanocortin (Pro-opiomelanocortin) merupakan sistem saraf serotoninergik. Jika melanocortin dirangsang maka akan terjadi anorexia (tidak napsu makan. Kebalikannya, NPY bersifat prophagic., artinya jika dirangsang maka napsu makan akan meningkat. Interaksi kedua sistem inilah yang mengatur imbang asupan dan pemakaian energi. <br /> <br /> <br />Gb B. Pada banyak penyakit sistemik, sitokin akan diproduksi oleh sel darah putih, dan ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang melanocortin. Efek perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan. Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA. Jadi triptofan bersaing dengan BCAA. Ada bukti bahwa peningkatan tgriptofan di otak akan menyebabkan rasa letih( central fatigue). <br /> <br /> <br />Gambar C. Pemberian BCAA (leucine, isoleucine,valine) akan memblok masuknya triptofan, disusul dengan penurunan serotonin. Kemudian napsu makan akan meningkat. <br />5. Pada sepsis rasio BCAA(Branched chain amino acids) : AAA (aromatic amino acids) akan menurun<br />6. Pasien yang selamat dari sepsis ternyata memiliki kandungan BCAA lebih tinggi daripada yang meninggal <br />7. BCAA memacu aliran darah ke otak <br />II. BAGAIMANA LARUTAN MAINTENANCE BERBEDA DENGAN NUTRISI PARENTERAL ? <br /> <br />Walaupun tidak ada definisi yang tegas di dalam kepustakaan, berdasarkan kepentingan dari konstituen larutan infus, kita bisa mengkategorikan suatu produk sebagai larutan maintenance, jika komponen air dan elektrolit (dalam konsentrasi moderat) sebagai unsur dominan sedangkan kandungan asam amino dan glukosa menyediakan sekedar kebutuhan basal untuk homeostasis dan bukan untuk replesi protein dan energi. Sebaliknya kandungan yang menjadi prioritas dari nutrisi parenteral adalah kandungan asam amino atau NPC (nonprotein calories baik sebagai karbohidrat atau lipid). <br /> <br /> <br /> <br />III. CARA MEMBERIKAN LARUTAN MAINTENANCE <br /> <br />• Tempat kanula: larutan yang mengandung osmolaritas kurang dari 900 mOsm/L bisa diberikan melalui vena tepi. Namun sebaiknya dipilih vena yang lebih proksimal (basilica,cephalic atau median cubital) karena tingginya insiden flebitis jika digunakan vena punggung tangan. Pasien usia lanjut lebih rentan terhadap flebitis dibandingkan dewasa muda. <br />• Laju pemberian umumnya 20 tetes per menit (drip makro). Namun perlu diperhatikan kandungan glukosa dan kalium dari setiap larutan infus. Pada dewasa laju maksimum pemberian glukosa adalah 4 mg/kg/minute (9), dan kalium 10 mEq per jam. Walaupun anjuran asupan kalium harian adalah 1-2 mEq/kg, dosis maintenance minimum dewasa untuk homeostasis bisa dipenuhi dengan 20-30 mEq hari. (10) <br />• Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam Aminofluid karena bisa meningkatkan osmolaritas dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat suntik bisa diberikan dengan piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork (jika bolus) sementara aliran infus primer dihentikan. <br /> <br /><br />IV. CARA MENILAI MANFAAT TERAPI SUPORTIF <br />Keberhasilan dan kegagalan terapi tidak bisa dilakukan oleh suatu terapi tunggal. terapi pendukung sifatnya adalah membantu terapi primer. Untuk mengevaluasi manfaat terapi secara holistik, bisa digunakan sistem skoring untuk gejala-gejala subyektif yaitu skor fatigue, napsu makan dan aktivitas sehari-hari (lihat lampiran) <br /><br />V. MONITORING DAN KOMPLIKASI POTENTIAL <br />Monitoring adalah hal terpenting dalam terapi cairan MAINTENANCE. Bila tersedia fasilitas lab, idealnya diperiksa panel elektrolit dan metabolik (Na+,K+,Cl-,HCO3-, BUN, glucose, creatinine) (11) sebelum memberikan cairan. Pada kasus yang cukup serius atau berat paling tidak harus diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk memberikan cairan natrium rendah (hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia (1). Di lain pihak, tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi (misal NS) diberikan kepada pasien dengan hipernatremia (12). Bilamana perlu, larutan Maintenance bisa digabung dengan larutan pengganti (Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi parenteral. <br />Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawat-inap dan bisa dicegah. Pentingnya kalium terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di beberapa rumah sakit, di mana pasien-pasien hanya diberikan larutan pengganti selama perawatan. Larutan pengganti mengandung 4 mEq/L of K+ (Ringer’s lactate) or 0 mEq of K+ (Normal Saline) <br /> <br />Chief Investigator Centre No of patients % hypokalemia on admission % hypokalemia on Discharge <br />Untung Sudomo (13) RSPAD 100 28 45 <br />Djoko Widodo (14) RSCM 105 22.9 52.4 <br />Nasronudin (15) RS Sutomo 110 36.36 50.91 <br /> <br />Hiperkalemia bisa diinduksi dan atau diperberat jika larutan yang mengandung kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine < 400 ml/24 jam) atau anuria (<100 ml/24 jam). <br /> <br />VI. KESIMPULAN <br />• Terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien <br />• Terapi cairan Maintenance telah berevolusi dari sekedar memberikan air dan elektrolit basal dalam kemasan tunggal, menjadi formulasi praktis,lengkap elektrolit,asam,amino,glukosa dan mikromineral dalam kemasan canggih dual-chamber <br />• Tujuan terpenting dari terapi cairan Maintenance adalah mengoreksi homeostasis, memperbaiki KU, melawan letih dan meningkatkan napsu makan, serta memacu penyembuhan <br />• Peranan BCAA (Leucine, Isoleucine dan Valine) semakin banyak diketahui <br />• Temuan terakhir mengesankan bahwa BCAA bisa meningkatkan napsu makan dan memacu sintesis protein di otot rangka <br />• Aminofluid tidak ditujukan untuk replesi energi dan protein <br />• Aminofluid adalah larutan Maintenance masa kini, bukan produk nutrisi parenteral atau hypocaloric feeding <br />• Bila dipandang perlu Aminofluid bisa dikombinasi dengan larutan elektrolit lain (RA, RL, NS, KAEN) atau produk nutrisi parenteral. <br /><br />References: <br /> <br />1. Shafiee M.A.S., Bohn D, Hoorn EJ and Halperin ML. How to select optimal maintenance intravenous fluid therapy. Q J Med 2003; 96: 601-610 <br />2. ASPEN Board of Directors and the Clinical Guidelines Task Force. Guidelines for the use of parenteral and enteral nutrition in adult and pediatric patients. JPEN Vol 26, No1 Suppl Jan-Feb 2002. <br />3. Lee, Carla A.B. Fluids and Electrolytes: a practical approach. 4 ed. FA Davis Philadelphia. <br />4. Alessandro Laviano; Michael M Meguid; Akio Inui; Maurizio Muscaritoli; Filippo Rossi-Fanelli. Therapy Insight: Cancer Anorexia−Cachexia Syndrome-When All You Can Eat Is Yourself. Nat Clin Pract Oncol. 2005;2(3):158-165. <br />5. Rossi-Fanelli et al. Branched Chain Amino Acids: The best compromise to achieve anabolism. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 8:408-414. 2005 Lippincott Williams & Wilkins. <br />6. Jean-Pascal De Bandt and Luc Cynober Therapeutic Use of Branched-Chain Amino Acids in Burn, Trauma, and Sepsis.J. Nutr. 2006 136: 308S-313S <br />7. Samuel N. Cheuvront, Robert Carter, III, Margaret A. Kolka, Harris R. Lieberman, Mark D. Kellogg, and Michael N. Sawka.Branched-chain amino acid supplementation and human performance when hypohydrated in the heat J Appl Physiol, Oct 2004; 97: 1275 - 1282. <br />8. Calder PC. Branched-chain amino acids and immunity.J Nutr. 2006 Jan;136(1 Suppl <br />9. Mizock BA, Troglia S. Nutritional support of the hospitalized patient. Mosby Vol 53, No 6, 1997, p 367 <br />10. Tannen RL. Potassium Disorders. In Kokko & Tannen : Fluids and Electrolytes. 3rd Edition WB Saunders 1996. p 114 <br />11. Mark Graber. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia, 2003. p 95 <br />12. Fiona REID*, Dileep N. LOBO*, Robert N. WILLIAMS*, Brian J. ROWLANDS* and Simon P. ALLISON†(Ab)normal saline and physiological Hartmann's solution: a randomized double-blind crossover study.Clinical Science (2003) 104, (17–24) <br />13. Sudomo, Untung. Marissa Ira. Gastroenterogy hepatoloy and digestive endoscopy vol.5. Ed: Dec 2004. Page: 115-120 <br />14. Widodo D, Setiawan B, Khie Chen. The prevalence of hypokalemia in hospitalized patients with infectious diseases problems at Ciptomangun-kusumo Hospital Jakarta. Acta Med Indones, 2006;38(4):202-5 <br />15. Nasronudin et al. The Prevalence of hypokalemia and Hyponatremia in Infectious Diseases Hospitalized Patients. Medika 2006 Vol XXXII,No 12, p 732-734 <br /> <br /> <br /> <br /> Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-35612079263721239062009-02-20T03:01:00.000-08:002009-02-20T03:02:59.291-08:00etika pergaulan mahasiswaEtika Pergaulan Mahasiswa<br />Etika pergaulan mahasiswa di Universitas Gunadarma yang sesuai dengan PP 60 tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Tinggi, diwujudkan dengan diberlakukannya tata tertib kehidupan kampus, tata tertib ujian, ketentuan-ketentuan pemilihan lembaga kemahaiswaan yang prinsipnya mengatur tentang perilaku mahasiswa guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan tinggi seperti yang diisyaratkan di dalam PP 60 tahun 1999 tersebut.<br />1. Faktor Kunci Keberhasilan Mahasiswa dalam Belajar<br />Perlu diingat bahwa tugas mahasiswa adalah belajar. Untuk mencapai keberhasilan, maka perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi kunci yakni :<br />1). Atribut Individu<br />Atribut individu / mahasiswa adalah karekteristik yang dimiliki oleh setiap mahasiswa yang menjadi<br />salah satu faktor kunci keberhasilan mahasiswa dalam belajar. Ada tiga karakteristik yang melekat<br />dalam setiap mahasiswa dengan proporsi yang berbeda-beda yakni :<br />a. Karakteristik Demografi seperti umur dan jenis kelamin;<br />b. Karakteristik Kompetensi seperti kecerdasan dan kemampuan;<br />c. Karakteristik Psikologi seperti nilai, perilaku dan kepribadian.<br />2). Keinginan Kerja<br />Keinginan kerja ini artinya keinginan untuk belajar, karena tugas mahasiswa adalah belajar. Selain itu juga harus ada motivasi, baik dari dalam maupun dari luar. Motivasi dari dalam berasal dari diri sendiri untuk berhasil dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih baik. Motivasi dari luar berasal dari luar diri sendiri baik berasal dari orang tua atau dari pihak lain.<br />3). Dukungan Organisasi<br />Dukungan organisasi adalah segala sesuatu yang mendukung kepada mahasiswa untuk memaksimalkan hasil dari belajar.<br />Untuk mencapai hasil yang optimal, maka ketiga faktor tersebut harus dimaksimalkan. Kehilangan salah satu faktor saja, maka hasilnya tidak dapat optimal.<br />Berdasarkan pengamatan terhadap para alumni yang sukses meniti karier di tempatnya bekerja, maka berikut ini saran-saran yang perlu dikemukakan agar saudara juga dapat meraih kesuksesan di masa depan :<br />a. Perbanyak Menggunakan Komputer<br />Komputer adalah benda mati yang diciptakan oleh daya nalar (logika) manusia, karenanya, prinsip kerja komputer sama dengan cara kerja nalar manusia..Komputer tak ubahnya sebagai "pembantu" kerja yang dapat diperintah dengan perintah yang sesuai dengan logika atau nalar. Karenanya, diharapkan mahasiswa untuk sering menggunakan komputer agar lebih mengenal "sifat" komputer. Semakin sering menggunakannya, maka kesalahan-kesalahan perintah yang mungkin terjadi akan semakin berkurang atau sama sekali tidak akan ada kesalahan. Untuk sering menggunakannya, maka alangkah baiknya jika setiap mahasiswa memiliki komputer pribadi.<br />b. Memilih Teman<br />Penyesalan biasanya datang terlambat. Ini banyak dialami mahasiswa yang merasa "tertipu" oleh dirinya sendiri karena salah memilih teman bergaul. Kesenangan sesaat justru menjerumuskan mereka ke kepedihan yang berkepanjangan. Jangan sampai saudara mengalami hal ini.<br />Pilihlah teman, dan bentuklah kelompok-kelompok belajar yang memiliki jiwa inovatif. Artinya, tidak hanya mengulang pelajaran yang sudah diberikan oleh dosen, melainkan mencari referensi lain yang mendukung pelajaran tersebut, dan kuasai materi berikutnya yang akan diajarkan dosen di kelas. Ingat, masa depan saudara tergantung saudara sendiri, dan mulailah dengan bekerja keras dalam belajar sejak dini untuk meraih masa depan.<br />c. Jangan Mudah Mengeluh<br />Orang yang sering berkeluh-kesah menandakan kurang memiliki kemampuan. Dalam ilmu psikologi, ada satu alat ukur kemampuan seorang manusia yang disebut dengan adversity quotient (AQ), yaitu daya ketahanmalangan seseorang, yang nilainya di atas IQ (kecerdasan otak) dan EQ (kecerdasan emosi).<br />Orang yang memiliki nilai AQ tinggi, maka ia tidak mudah mengeluh dan tidak mudah berputus asa walau pada kondisi seburuk apapun. Justru sebaliknya, dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, ia mampu berpikir dan bertindak mensiasati diri untuk dapat terus maju. Hal ini terjadi atau dapat dilihat para pengusaha ekonomi lemah yang tetap survive dan maju meskipun krisis ekonomi melanda negara kita.<br />d. Kembangkan Gairah Membaca dan Menulis<br />Gunakan waktu-waktu senggang untuk membaca dan menulis yang berkaitan dengan tugas belajar. Keengganan membeli buku dan membaca buku yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dijalaninya akan menghambat proses belajar. Mahasiswa pada umumnya sangat gemar meng-copy transparansi dosen, padahal, transparansi itu adalah sarana untuk mengajar, bukan sarana untuk belajar.<br />Pada semester 6, setiap mahasiswa diwajibkan untuk menulis sebuah penulisan ilmiah, yang setiap kata, setiap kalimat, dan setiap alineanya diperiksa oleh dosen pembimbing dan dosen penguji. Kesalahan dalam memilih kata, mengungkapkan ide dalam kalimat, dan ketidakkesinambungan antara satu kalimat dengan kalimat lain di dalam sebuah alinea, merupakan kesalahan yang cukup fatal.<br />e. Jauhkan Sifat Sombong<br />Tidak ada satupun manusia yang segala kemampuannya melebihi orang lain. Kesombongan hanya akan menjauhkan diri kita pada kesempatan baik yang semestinya dapat kita raih. Bisa saja, karena sifat sombong kita, teman kita yang tadinya mau mengajak bekerja di perusahaan besar menjadi enggan, teman-teman yang tadinya simpati karena kepintaran kita, menjadi antipati.<br />Seorang professor, yang sangat ahli dan sangat menguasai bidangnya, ia tetap tidak bisa sombong, karena, ilmu terus berkembang, dan suatu saat apa yang telah dikuasainya ternyata belum apa-apa, karenanya ia harus terus belajar. Konsep belajar adalah long-life education (belajar seumur hidup), tidak ada hentinya.<br /><br />f. Miliki Target - target Pribadi<br />Biasakan memiliki target-target pribadi, misalkan, di semester depan IPK saya harus naik, di tahun kelima saya harus bisa membuka usaha di bidang informatika, dan sebagainya. Untuk mencapai target-target tersebut, maka kita harus memiliki strategi atau siasat-siasat yang mungkin dapat kita kerjakan. Kita harus dapat menilai tentang kemampuan diri kita (apa yang kita miliki, apa kelebihan kita, apa kekurangan kita), selanjutnya kita harus dapat memandang masa depan (apa peluang yang bisa kita raih, apa tantangan yang bakal kita hadapi), dan dari sana kita dapat melakukan manajemen diri (mengatur waktu, mengatasi kekurangan, memilih teman, dan sebagainya).<br />Dengan memiliki target-target pribadi, maka, jalan hidup kita menjadi lebih terarah, dan kita tahu prioritas apa yang harus dikerjakan terlebih dulu. Bila target itu tidak terpenuhi, maka susun target baru sambil mengintrospeksi diri, mengapa target tersebut tidak tercapai, dan benahi.<br />2. Etika dalam Berperilaku Mahasiswa<br />Dalam rangka menciptakan kehidupan ilmiah yang kondusif di dalam dan di luar lingkungan kampus Universitas Gunadarma, maka perlu diketahui etika perilaku sebagai mahasiswa adalah sebagai berikut :<br />1). Etika Pergaulan di Lingkungan Kampus<br />a. Berpakaian dan bersepatu rapi di lingkungan kampus;<br />b. Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah;<br />c. Mengetahui, memahami dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan kampus dan berusaha tidak melanggar;<br />d. Memberi contoh yang baik dalam berperilaku kepada adik tingkat, teman setingkat dan kakak tingkat;<br />e. Saling menghormati dan menghargai terhadap sesama mahasiswa;<br />f. Berperilaku dan bertutur kata yang sopan, baik di dalam kelas dan di luar kelas yang mencerminkan perilaku sebagai mahasiswa dan dijiwai oleh nilai-nilai agama / kepercayaan yang dianut;<br />g. Tidak berperilaku asusila atau tidak bermoral;<br />h. Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Gunadarma atas pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku sebagai bagian dari pendidikan disiplin.<br />2). Etika Pergaulan di Luar Kampus<br />a. Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada;<br />b. Berperilaku dan bertutur kata yang baik yang mencerminkan sebagai mahasiswa;<br />c. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajarinya di masyarakat sebagai wujud pengabdian;<br />d. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar kampus.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-17007902583462375972009-02-20T02:56:00.000-08:002009-02-20T03:01:44.307-08:00tuhan sembilan sentiTuhan Sembilan Senti<br />Oleh Taufiq Ismail<br /><br />Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,<br /><br />Di sawah petani merokok,di pabrik pekerja merokok,di kantor pegawai merokok,di kabinet menteri merokok,di reses parlemen anggota DPR merokok,di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,di perkebunan pemetik buah kopi merokok,di perahu nelayan penjaring ikan merokok,di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,<br />di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,<br /><br />Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’imsangat ramah bagi perokok,<br />tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,<br /><br />Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,di ruang kepala sekolah ada guru merokok,di kampus mahasiswa merokok,di ruang kuliah dosen merokok,di rapat POMG orang tua murid merokok,di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanyaapakah ada buku tuntunan cara merokok,<br /><br />Di angkot Kijang penumpang merokok,di bis kota sumpek yang berdiri yang dudukorang bertanding merokok,di loket penjualan karcis orang merokok,di kereta api penuh sesak orang festival merokok,di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,di andong Yogya kusirnya merokok,sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,<br /><br />Negeri kita ini sungguh nirwanakayangan para dewa-dewa bagi perokok,tapi tempat cobaan sangat beratbagi orang yang tak merokok,<br /><br />Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,diam-diam menguasai kita,<br /><br />Di pasar orang merokok,di warung Tegal pengunjung merokok,di restoran di toko buku orang merokok,di kafe di diskotik para pengunjung merokok,<br /><br />Bercakap-cakap kita jarak setengah metertak tertahankan asap rokok,bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahunmenderita di kamar tidurketika melayani para suami yang bau mulutdan hidungnya mirip asbak rokok,<br /><br /><br />Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumulsaling menularkan HIV-AIDS sesamanya,tapi kita tidak ketularan penyakitnya.Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknyamengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,kita ketularan penyakitnya.Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,<br /><br />Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, Bisa ketularan kena,<br /><br />Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,di apotik yang antri obat merokok,di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,di ruang tunggu dokter pasien merokok,dan ada juga dokter-dokter merokok,<br /><br />Istirahat main tenis orang merokok,di pinggir lapangan voli orang merokok,menyandang raket badminton orang merokok,pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,panitia pertandingan balap mobil,pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbolamengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,<br /><br />Di kamar kecil 12 meter kubik,sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,di dalam lift gedung 15 tingkatdengan tak acuh orang goblok merokok,di ruang sidang ber-AC penuh,dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,<br /><br />Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,<br /><br />Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,diam-diam menguasai kita,<br /><br />Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujukkitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka<br />terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,<br /><br />Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan<br />Pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?<br /><br /><br />Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.<br />Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, Di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.<br /><br />Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?<br /><br />Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.<br /><br />Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,<br /><br />Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,<br /><br />Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,<br />cuma setingkat di bawah korban narkoba, <br /><br />Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,<br /><br />Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,<br /><br />Rabbana,<br />beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-79307012169526485732009-02-20T02:52:00.001-08:002009-02-20T02:56:32.471-08:00askep diabetes1.Pengertian diabetes mellitus<br /><br />- Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)<br />- Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)<br />- Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).<br />- Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).<br />2.Etiologi<br /><br />Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.<br /><br />Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :<br />a.Faktor genetik<br />Riwayat keluarga dengan diabetes :<br />Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.<br />b.Faktor non genetik<br />1.)Infeksi<br />Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.<br />2.)Nutrisi<br />a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.<br />b.)Malnutrisi protein<br />c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.<br />3.)Stres<br />Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.<br />4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat<br /><br />3.Klasifikasi<br /><br />Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :<br />a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.<br />b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :<br />1.)Non obesitas<br />2.)Obesitas<br />Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.<br />Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.<br />c.Diabetes mellitus type lain<br />1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.<br />2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :<br />Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik<br />3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.<br /><br />4.Patofisiologi<br /><br />Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.<br />Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.<br />Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.<br /><br />5.Gambaran Klinik<br /><br />Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :<br />Pada tahap awal sering ditemukan :<br />a.Poliuri (banyak kencing)<br />Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.<br />b.Polidipsi (banyak minum)<br />Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.<br />c.Polipagi (banyak makan)<br />Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.<br />d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus<br />e.Mata kabur<br />Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.<br />6.Diagnosis<br /><br />Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa<br /><br />7.Penatalaksanaan<br /><br />Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.<br />Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :<br />J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.<br />J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.<br />J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).<br />Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :<br />a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.<br />b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.<br />c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.<br />d.Diet B1 dan B¬2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.<br />Indikasi diet A :<br />Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.<br />Indikasi diet B :<br />Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :<br />a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.<br />b.Mempunyai hyperkolestonemia.<br />c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.<br />d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.<br />e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun<br />Indikasi diet B1<br />Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :<br />a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.<br />b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.<br />c.Masih muda perlu pertumbuhan.<br />d.Mengalami patah tulang.<br />e.Hamil dan menyusui.<br />f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.<br />g.Menderita tuberkulosis paru.<br />h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).<br />i.Menderita selulitis.<br />j.Dalam keadaan pasca bedah.<br />Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.<br />Indikasi B2 dan B3<br />Diet B2<br />Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.<br />Sifat-sifat diet B2<br />a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.<br />b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.<br />c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.<br />Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.<br />Diet B3<br />Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt<br />Sifat diet B3<br />a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).<br />b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.<br />c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).<br />d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.<br />e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.<br />Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.<br />Penyuluhan kesehatan.<br />Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.<br />8.Komplikasi<br /><br />a.Akut<br />1.)Hypoglikemia<br />2.)Ketoasidosis<br />3.)Diabetik<br />b.Kronik<br />1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.<br />2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.<br />3.)Neuropati diabetic.<br />B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan<br /><br />Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.<br />Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.<br /><br />1.Pengkajian<br />Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.<br />Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :<br />a.Aktivitas dan istirahat :<br />Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.<br />b.Sirkulasi<br />Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.<br />c.Eliminasi<br />Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.<br />d.Nutrisi<br />Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.<br />e.Neurosensori<br />Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.<br />f.Nyeri<br />Pembengkakan perut, meringis.<br />g.Respirasi<br />Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.<br />h.Keamanan<br />Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.<br />i.Seksualitas<br />Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.<br />2.Diagnosa Keperawatan<br />Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :<br />a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.<br />c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.<br />3.Rencana Keperawatan<br />a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />Tujuan :<br />Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.<br />Intervensi :<br />1.)Pantau tanda-tanda vital.<br />Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.<br />2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.<br />Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.<br />3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.<br />Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.<br />4.)Timbang berat badan setiap hari.<br />Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.<br />5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.<br />Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.<br /><br />b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.<br />Tujuan :<br />Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat<br />Menunjukkan tingkat energi biasanya<br />Berat badan stabil atau bertambah.<br />Intervensi :<br />1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.<br />Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.<br />2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.<br />Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).<br />3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.<br />Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.<br />4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.<br />Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.<br />5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.<br />Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.<br /><br />c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />Tujuan :<br />Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.<br />Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.<br />Intervensi :<br />1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.<br />Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.<br />2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.<br />Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.<br />3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.<br />Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.<br />4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.<br />Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.<br />5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.<br />Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.<br /><br />d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />Tujuan :<br />Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.<br />Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.<br />Intervensi :<br />1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.<br />Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal<br />2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.<br />Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.<br />3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.<br />Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.<br />4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.<br />Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.<br /><br />e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />Tujuan :<br />Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.<br />Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.<br />Intervensi :<br />1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.<br />Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.<br />2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.<br />Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.<br />3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.<br />Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.<br />4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.<br />Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.<br /><br />f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />Tujuan :<br />Mengakui perasaan putus asa<br />Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.<br />Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.<br />Intervensi :<br />1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.<br />Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.<br />2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.<br />Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.<br />3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.<br />Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.<br />4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.<br />Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.<br /><br />g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.<br />Tujuan :<br />Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.<br />Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.<br />Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.<br />Intervensi :<br />1.)Ciptakan lingkungan saling percaya<br />Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.<br />2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.<br />Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.<br />3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.<br />Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.<br />4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.<br />Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketatNersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-53178185651112233762009-02-20T02:52:00.000-08:002009-02-20T02:56:01.986-08:001.Pengertian diabetes mellitus<br /><br />- Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)<br />- Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)<br />- Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).<br />- Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).<br />2.Etiologi<br /><br />Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.<br /><br />Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :<br />a.Faktor genetik<br />Riwayat keluarga dengan diabetes :<br />Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.<br />b.Faktor non genetik<br />1.)Infeksi<br />Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.<br />2.)Nutrisi<br />a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.<br />b.)Malnutrisi protein<br />c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.<br />3.)Stres<br />Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.<br />4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat<br /><br />3.Klasifikasi<br /><br />Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :<br />a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.<br />b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :<br />1.)Non obesitas<br />2.)Obesitas<br />Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.<br />Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.<br />c.Diabetes mellitus type lain<br />1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.<br />2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :<br />Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik<br />3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.<br /><br />4.Patofisiologi<br /><br />Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.<br />Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.<br />Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.<br /><br />5.Gambaran Klinik<br /><br />Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :<br />Pada tahap awal sering ditemukan :<br />a.Poliuri (banyak kencing)<br />Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.<br />b.Polidipsi (banyak minum)<br />Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.<br />c.Polipagi (banyak makan)<br />Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.<br />d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus<br />e.Mata kabur<br />Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.<br />6.Diagnosis<br /><br />Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa<br /><br />7.Penatalaksanaan<br /><br />Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.<br />Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :<br />J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.<br />J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.<br />J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).<br />Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :<br />a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.<br />b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.<br />c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.<br />d.Diet B1 dan B¬2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.<br />Indikasi diet A :<br />Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.<br />Indikasi diet B :<br />Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :<br />a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.<br />b.Mempunyai hyperkolestonemia.<br />c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.<br />d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.<br />e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun<br />Indikasi diet B1<br />Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :<br />a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.<br />b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.<br />c.Masih muda perlu pertumbuhan.<br />d.Mengalami patah tulang.<br />e.Hamil dan menyusui.<br />f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.<br />g.Menderita tuberkulosis paru.<br />h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).<br />i.Menderita selulitis.<br />j.Dalam keadaan pasca bedah.<br />Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.<br />Indikasi B2 dan B3<br />Diet B2<br />Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.<br />Sifat-sifat diet B2<br />a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.<br />b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.<br />c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.<br />Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.<br />Diet B3<br />Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt<br />Sifat diet B3<br />a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).<br />b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.<br />c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).<br />d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.<br />e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.<br />Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.<br />Penyuluhan kesehatan.<br />Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.<br />8.Komplikasi<br /><br />a.Akut<br />1.)Hypoglikemia<br />2.)Ketoasidosis<br />3.)Diabetik<br />b.Kronik<br />1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.<br />2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.<br />3.)Neuropati diabetic.<br />B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan<br /><br />Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.<br />Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.<br /><br />1.Pengkajian<br />Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.<br />Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :<br />a.Aktivitas dan istirahat :<br />Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.<br />b.Sirkulasi<br />Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.<br />c.Eliminasi<br />Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.<br />d.Nutrisi<br />Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.<br />e.Neurosensori<br />Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.<br />f.Nyeri<br />Pembengkakan perut, meringis.<br />g.Respirasi<br />Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.<br />h.Keamanan<br />Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.<br />i.Seksualitas<br />Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.<br />2.Diagnosa Keperawatan<br />Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :<br />a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.<br />c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.<br />3.Rencana Keperawatan<br />a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />Tujuan :<br />Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.<br />Intervensi :<br />1.)Pantau tanda-tanda vital.<br />Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.<br />2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.<br />Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.<br />3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.<br />Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.<br />4.)Timbang berat badan setiap hari.<br />Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.<br />5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.<br />Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.<br /><br />b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.<br />Tujuan :<br />Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat<br />Menunjukkan tingkat energi biasanya<br />Berat badan stabil atau bertambah.<br />Intervensi :<br />1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.<br />Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.<br />2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.<br />Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).<br />3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.<br />Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.<br />4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.<br />Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.<br />5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.<br />Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.<br /><br />c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />Tujuan :<br />Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.<br />Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.<br />Intervensi :<br />1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.<br />Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.<br />2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.<br />Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.<br />3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.<br />Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.<br />4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.<br />Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.<br />5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.<br />Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.<br /><br />d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />Tujuan :<br />Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.<br />Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.<br />Intervensi :<br />1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.<br />Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal<br />2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.<br />Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.<br />3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.<br />Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.<br />4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.<br />Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.<br /><br />e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />Tujuan :<br />Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.<br />Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.<br />Intervensi :<br />1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.<br />Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.<br />2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.<br />Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.<br />3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.<br />Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.<br />4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.<br />Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.<br /><br />f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />Tujuan :<br />Mengakui perasaan putus asa<br />Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.<br />Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.<br />Intervensi :<br />1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.<br />Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.<br />2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.<br />Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.<br />3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.<br />Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.<br />4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.<br />Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.<br /><br />g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.<br />Tujuan :<br />Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.<br />Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.<br />Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.<br />Intervensi :<br />1.)Ciptakan lingkungan saling percaya<br />Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.<br />2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.<br />Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.<br />3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.<br />Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.<br />4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.<br />Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketatNersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-78016880553601490602009-02-20T02:50:00.000-08:002009-02-20T02:52:19.577-08:00 <br />KONSEP KELUARGA<br /><br />TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:<br />Mahasiswa akan dapat :<br />• Definisi keluarga<br />• Tipe-tipe keluarga<br />• Struktur dan fungsi keluarga<br />• Tumbuh kembang keluarga<br />• Tugas perkembangan keluarga<br />• Keperawatan kesehatan keluarga<br />• Tugas kesehatan keluarga<br />• Peran perawat keluarga<br /><br /> Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat. Dalam keperawatan, keluarga merupakan salah satu sasaran asuhan keperawatan. Keluarga memegang peranan penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya. Nilai yang dianut keluarga dan latar belakang etnik/kultur yang berasal dari nenek moyang akan mempengaruhi interpretasi keluarga terhadap suatu penyakit. Masalah kesehatan dan adanya krisis perkembangan dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain karena keluarga merupakan satu kesatuan (unit).<br /><br />1. Definisi Keluarga<br />Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :<br />a. Reisner (1980)<br />Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.<br />b. Logan’s (1979)<br />Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.<br />c. Gillis (1983)<br />Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu.<br />d. Duvall<br />Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.<br /><br />e. Bailon dan Maglaya<br />Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.<br />f. Johnson’s (1992)<br />Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya.<br />g. Lancester dan Stanhope (1992)<br />Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya.<br />h. Jonasik and Green (1992)<br />Keluarga adalah sebuah sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat (keanggotaan dalam keluarga dan berinteraksi dengan anggota yang lainnya).<br />i. Bentler et. Al (1989)<br />Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang.<br />j. National Center for Statistic (1990)<br />Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.<br />k. Spradley dan Allender (1996)<br />Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.<br />l. BKKBN (1992)<br />Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.<br /><br /> Istilah-istilah dalam keluarga:<br />• Keluarga Sejahtera<br />Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.<br /><br />• Keluarga Berencana<br />Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.<br />• Kualitas keluarga<br />Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.<br />• Kemandirian keluarga<br />Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.<br />• Ketahanan Keluarga<br />Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.<br />• NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)<br />Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.<br /><br />Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga sejahtera terdiri dari:<br />• Prasejahtera<br />Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB<br />• Sejahtera I<br />Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.<br />• Sejahtera II<br />Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi<br />• Sejahtera III<br />Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat<br />• Sejahtera III plus<br />Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi. <br /><br />Dari beberapa pengertian tentang keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:<br />• Terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, adopsi<br />• Biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain<br />• Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri<br />• Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota)<br /><br />Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (1995):<br />• Diikat dalam suatu tali perkawinan<br />• Ada hubungan darah<br />• Ada ikata batin<br />• Ada tanggung jawab masing-masing anggota<br />• Ada pengambilan keputusan<br />• Kerjasama diantara anggota keluarga<br />• Komunikasi interaksi antar anggota keluarga<br />• Tinggal dalam satu rumah<br /> <br />2. Tipe/Bentuk Keluarga<br />Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada..<br />A. Tradisional <br />• The Nuclear family (keluarga inti)<br />Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak<br />• The dyad family<br />Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.<br />• Keluarga usila<br />Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.<br />• The childless family<br />Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.<br />• The extended family<br />Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan<br />• The single parent family<br />Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)<br />• Commuter family<br />Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”<br />• Multigenerational family<br />Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.<br />• Kin-network family<br />Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)<br />• Blended family<br />Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.<br />• The single adult living alone/single adult family<br />Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)<br /><br />B. Non-Tradisional<br />• The unmarried teenage mother<br />Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah<br />• The stepparent family<br />Keluarga dengan orang tua tiri<br />• Commune family<br />Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.<br />• The nonmarital heterosexsual cohabiting family<br />Keluarga yan ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan<br />• Gay and lesbian families<br />Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”<br />• Cohabitating couple<br />Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu<br />• Group-marriage family<br />Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.<br />• Group network family<br />Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya<br />• Foster family<br />Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.<br />• Homeless family<br />Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.<br />• Gang <br />Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.<br /><br />3. Struktur dan Fungsi Keluarga<br />A. Struktur Keluarga<br />Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.<br /><br />Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:<br />a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)<br />b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi<br />c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity)<br />d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan<br />e. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)<br />f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)<br />g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)<br />h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)<br /><br />Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:<br />a.Pola dan Proses Komunikasi <br /> Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.<br /> Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah: <br /> 1). Karakteristik pengirim yang berfungsi<br />• Yakin ketika menyampaikan pendapat<br />• Jelas dan berkualitas<br />• Meminta feedback<br />• Menerima feedback<br /> 2). Pengirim yang tidak berfungsi<br />• Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)<br />• Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)<br />• Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”<br />• Tidak mampu mengemukakan kebutuhan<br />• Komunikasi yang tidak sesuai<br /> 3). Karakteristik penerima yang berfungsi<br />• Mendengar<br />• Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)<br />• Memvalidasi <br /> 4). Penerima yang tidak berfungsi<br />• Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar<br />• Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”<br />• Offensive (menyerang bersifat negatif)<br />• Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)<br />• Kurang memvalidasi<br /> 5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi<br />• Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira<br />• Komunikasi terbuka dan jujur<br />• Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga<br />• Konflik keluarga dan penyelesaiannya<br /> 6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi<br />• Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)<br />• Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi<br />• Kurang empati<br />• Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri<br />• Tidak mampu memfokuskan pada satu isu<br />• Komunikasi tertutup<br />• Bersifat negatif<br />• Mengembangkan gosip<br />b. Struktur peran<br />Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> Perilaku peran<br />Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.<br />Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.<br />Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual<br />c. Struktur kekuatan<br />Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.<br />Tipe struktur kekuatan:<br />• Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)<br />• Referent power (seseorang yang ditiru)<br />• Resource or expert power (pendapat ahli)<br />• Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)<br />• Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)<br />• Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)<br />• Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)<br />Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti::<br />• Konsensus<br />• Tawar menawar atau akomodasi<br />• Kompromi atau de facto<br />• Paksaan<br />d. Nilai-nilai keluarga<br />Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.<br /><br />B. Fungsi Keluarga<br />Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal<br />Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang<br />Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.<br /><br /><br />Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:<br />• Fungsi afektif dan koping<br />Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.<br />• Fungsi sosialisasi<br />Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.<br />• Fungsi reproduksi<br />Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.<br />• Fungsi ekonomi<br />Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat<br />• Fungsi fisik<br />Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.<br /> <br /> Fungsi keluarga menurut Allender (1998):<br />• Affection<br />1). Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan<br />2). Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual<br />3). Menambah anggota baru<br />• Security and acceptance<br />1). Mempertahankan kebutuhan fisik<br />2). Menerima individu sebagai anggota<br />• Identity and satisfaction<br />1). Mempertahankan motivasi<br />2). Mengembangkan peran dan self image<br />3). Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas<br />• Affiliation and companionship<br />1). Mengembangkan pola komunikasi<br />2). Mempertahankan hubungan yang harmonis<br />• Socialization<br />1). Mengenal kultur (nilai dan perilaku)<br />2). Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal<br />3). Melepas anggota<br />• Controls<br />1). Mempertahankan kontrol sosial<br />2). Adanya pembagian kerja<br />3). Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada<br /><br /> Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992):<br />• Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.<br />• Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.<br />• Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga<br />• Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman<br />• Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga<br />• Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik<br />• Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang<br />• Fungsi pembinaan lingkungan<br /><br />Fungsi keluarga dengan usila:<br />Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada usila dan memfokuskan pada:<br />• Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh<br />• Memberikan kenyamanan dan support <br />• Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat<br />• Menanamkan perasaan pengertian hidup<br />• Manajemen krisis<br /><br />4. Sistem Keluarga<br />Keluarga dipandang sebagai system sosial terbuka yang ada dan berinteraksi dengan sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misal: plitik, agama, sekolah dan pemberian pelayanan kesehatan). System keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai dua tujuan baik impisit maupun eksplisit, yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual anggota keluarga.<br /><br />Karakteristik dari sistem keluarga (sistem terbuka):<br />a. Komponen: dalam suatu keluarga masing-masing anggota mempunyai sifat interdependensi, interaktif dan mutual.<br />b. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang digunakan untuk menyeleksi informasi yang masuk dan keluar. Batasan masing-masing keluarga akan berbeda tergantung dari beberapa faktor seperti : sosial, budaya, ekonomi,dll.<br />c. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yaitu masyarakat<br />d. Terbuka (batas yang permeable) dimana di dalam keluarga terjadi pertukaran antar sistem<br />e. Mempunyai : masing-masing keluarga mempunyai organisasi/struktur yang akan berpengaruh di dalam fungsi yang ada dari anggotanya.<br /><br /><br />keterangan :<br />I : individu<br />K: keluarga<br />M: masyarakat <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />5. Tumbuh Kembang Keluarga<br />Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-masing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang selanjutnya.<br /><br />Menurut Duval tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut: <br />• Tahap pembentukan keluarga<br />Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga<br />• Tahap menjelang kelahiran anak<br />Tugas utama untuk mendapat kan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan<br />• Tahap menghadapi bayi<br />Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua orangtuanya.<br />• Tahap menghadapi anak prasekolah<br />Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya.<br />• Tahap menghadapi anak sekolah<br />Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.<br />• Tahap menghadapi anak remaja<br />Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.<br />• Tahap melepas anak ke masyarakat<br />Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga<br />• Tahap berdua kembali<br />Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.<br />• Tahap masa tua<br />Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia fana ini.<br /> <br />Mc Goldrick dan Carter (1985) mengembangkan model tahap kehidupan keluarga yang didasari oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali (realigment) dari hubungan keluarga yang memberikan support terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga. Model ini diberikan dengan menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan dan tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga.<br /><br /><br /><br />Tahap lingkaran kehidupan keluarga<br />Tahap lingkaran kehidupan keluarga Proses emosional transisi Perubahan status keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan<br />Keluarga dengan anak dewasa yang belum menikah Menerima pemisahan dengan orang tua • Mengembangkan hubungan saudara yang intim<br />• Pemisahan dengan keluarga<br />• Mampu bekerja sendiri<br />Keluarga yang baru menikah Komitmen dengan sistem baru • Membentuk sistem keluarga<br />• Menyusun kembali hubungan dengan ekstended family dan teman-teman<br />Keluarga dengan anak muda/anak yang masih kecil Menerima generasi baru dari anggota yang ada dalam sistem • Mengambil peran orangtua<br />• Menyusun kembali hubungan dengan ekstended family terhadap peran orangtua dan kakek nenek<br />• Menyediakan tempat untuk anaknya<br />Keluarga dengan anak remaja Meningkatkan fleksibilitas keluarga dari ketergantunga anak • Perubahan hubungan orang tua-anak dari masuk remaja ke arah dewasa<br />• Memfokuskan kembali pada masa mencari teman dekat dan karir<br />• Memulai perubahan perhatian untuk generasi yang lebih tua<br />Keluar dan pindahnya anak-anak Menerima sistem yang keluar dan masukj dalam jumlah yang banyak ke dalam kelurga • Membicarakan kembali sistem perkawinan sebagai keluarga dyad<br />• Mengembangkan hubungan orang dewasa ke orang dewasa diantara anak-anak yang sudah besar dengan orang tua<br />• Menyesuaikan hubungan termasuk kepada menantu dan cucu<br />• Menerima ketidakmampuan dan kematian dari orang tua (kakek/nenek)<br />Keluarga lansia Menerima perubahan dari peran generasi • Mempertahankan diri sendiri dan atau pasangan dalam fungsi dan minat dalam menghadapi penurunan fisiologis, eksplorasi terhdap keluarga baru dan pilihan peran sosial<br />• Mendukung lebih banyak peran sentral untuk generasi pertengahan<br />• Membuat ruang sistem untuk hal-hal yang bijaksana dan pengalaman pada saat dewasa akhir, mendukung generasi yang lebih tua tanpa memberikan fungsi yang berlebihan kepada mereka<br />• Menerima kehilangan pasangan, sibling, dan teman sebaya dan mempersiapkan untuk kematian diri sendiri, menerima dengan pandangan dan keutuhan<br /><br />Tahap perkembangan keluarga menurut Spradley:<br />a. Pasangan baru (keluarga baru)<br />• Membina hubungan dan kepuasan bersama<br />• Menetapkan tujuan bersama<br />• Mengembangkan keakraban<br />• Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial<br />• Diskusi tentang anak yang diharapkan<br /><br />b. Child bearing (menanti kelahiran)<br />• Persiapan untuk bayi<br />• Role masing-masing dan tanggung jawab<br />• Persiapan biaya<br />• Adaptasi dengan pola hubungan seksual<br />• Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua<br />c. Keluarga dengan anak pra-remaja<br />• Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga<br />• Merencanakan kelahiran anak kemudian<br />• Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga<br />d. Keluarga dengan anak sekolah<br />• Menyediakan aktivitas untuk anak<br />• Biaya yang diperlukan semakin meningkat<br />• Kerjasama dengan penyelenggara kerja<br />• Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan<br />• Sistem komunikasi keluarga<br />e. Keluarga dengan anak remaja<br />• Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda<br />• Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga<br />• Mencegah adanya gap komunikasi<br />• Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga<br />f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)<br />• Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber<br />• Penataan kembali tanggung jawab antar anak<br />• Kembali suasana suami istri<br />• Mempertahankan komunikasi terbuka<br />• Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu<br />g. Keluarga dengan usia pertengahan<br />• Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan<br />• Tanggung jawab semua tugas rumah tangga<br />• Keakraban pasangan<br />• Mempertahankan kontak dengan anak<br />• Partisipasi aktivitas sosial<br />h. Keluarga dengan usia lanjut<br />• Persiapan dan menghadapi masa pensiun<br />• Kesadaran untuk saling merawat<br />• Persiapan suasana kesepian dan perpisahan<br />• Pertahankan kontak dengan anak cucu<br />• Menemukan arti hidup<br />• Mempertahankan kontak dengan masyarakat<br /><br />6. Keperawatan Kesehatan Keluarga<br />Health care activities, health beliefs, and health values merupakan bagian yang dipelajari dari sebuah keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan, perilaku individu menunjukkan sebagaimana anggota keluarga yang harus dipelajari. Friedman (1992) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada keluarga (family-centered nursing care), yaitu:<br />• Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit.<br />• Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status kesehatan anggotanya, maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan<br />• Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikant dengan aktivitas di dalam promosi kesehatannya<br />• Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi problem yang sama di dalam anggota yang lainnya<br /><br />Pada spesialisasi sekarang ini, pelayanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan, pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim kesehatan makin menjadi kewajiban perawat. Sehubungan dengan adanya spesialisasi dan superspesialisasi dalam pengobatan, maka orientasi pelayanan kesehatan serta cara-cara penyampaian berubah dari orientasi rumah sakit ke masyarakat, dari orientasi penyakit ke kesehatan dan dari orientasi pengobatan ke pencegahan dan peningkatan kesehatan.<br />Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sarannya. Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan perawatan dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family atau keluarga dan tingkat community atau masyarakat.<br /><br />Tingkat individu<br />Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus tertentu, pasien dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan sebagainya yang mereka jumpai di poliklinik. Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan memperhatikan atau tanpa memberi perhatian kepada keluarga atau masyarakat dimana pasien ini adalah anggotanya. Individu yang menjadi sasaran perawatan dan yang menjadi pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan masalah.<br /><br />Tingkat keluarga<br />Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga. Yang dimaksud keluarga di sini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat sebagai anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dll.<br /><br />Tingkat masyarakat<br />Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat mengandung arti geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek perawatan adalah kelompok masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan kesehatan, misalnya masyarakat dengan kejadian demam berdarah atau cholera<br /><br />7. Beban kasus keluarga<br />Beban kasus keluarga (family case load) adalah jumlah macam kasus dalam keluarga yang dipelihara/dibina oleh seorang perawat dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya keluarga yang ditangani oleh perawat adalah keluarga-keluarga yang mempunyai masalah dan kebanyakan keluarga ini adalah keluarga dengan penghasilan yang rendah. Hal ini akan dimengerti karena kebutuhan akan pelayanan dan bimbingan perawatan lebih tinggi pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah,.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap pada keluarga. Perawat hanya membantu keluarga dalam mendapatkan keterangan dan pandangan yang realistik terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan yang mereka hadapi. Sehingga semua penentuan kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga, dimana perawat hanya memfasilitasinya.<br /><br />8. Tugas kesehatan keluarga<br />Seperti individu, keluargapun mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi masalah kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit atau sakit terus menerus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu kesatuan akan berkurang. Dalam perawatan kesehatan keluarga, kata-kata ”mengatasi dengan baik”, diartikan sebagai kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatannya sendiri. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman adalah:<br />• Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga.<br />• Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat<br />• Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat membantu diri karena cacat atau usianya terlalu muda<br />• Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga<br />• Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan. Ini menunjukkan pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas kesehatan<br /><br />9. Peran perawat keluarga<br />Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:<br />• Pendidik <br />• Koordinator<br />• Pelaksana<br />• Pengawas kesehatan<br />• Konsultan<br />• Kolaborasi <br />• Fasilitator<br />• Penemu kasus<br />• Modifikasi lingkungan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Daftar pustaka<br /><br />Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP College on Nursing Diliman<br />Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC<br />Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research. Philadelphia : F. A Davis CompanyNersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-38179521722727458872009-02-18T03:12:00.000-08:002009-02-18T03:13:25.185-08:00etika keperawatanBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /><br />A. Latar Belakang<br /><br />Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.<br /><br />Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982).<br /><br />Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.<br /><br />Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)<br /><br />Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997). Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.<br /><br />Eutanasia merupakan <br /><br />Dari uraian diatas kelompok merasa tertarik untuk menguraikan konsep penanganan masalah bioetik disertai dngan studi kasus.<br /><br />B. Tujuan<br />Makalah ini memberikan gambaran tentang dilema etik dan cara penganannya menurut konsep llmu. <br /><br />C. Sistematika Penulisan<br />BAB I PENDAHULUAN<br />BAB II TINJAUAN TEORITIS<br />BAB III TINJAUAN KASUS<br />BAB IV PEMBAHASAN<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi ( catalano, 1991). <br /><br /><br />Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)<br /><br />Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. <br />Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI. <br /><br />Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal<br /><br />Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek profesional<br /><br />Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan<br /><br />Pendekatan berdasarkan prinsip<br /><br />Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang: (2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi<br /><br />Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam etika.<br /><br /><br />Terutama kemajuan di bidang biologi dan kedokteran, telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (cakalano, 1991). Kemajuan teknologi kesehatan saat ini telah meningkatkan kemampuan bidang kesehatan dalam mengatasi kesehatan dan memperpanjang usia. Jumlah golongan usia lanjut yang semakin banyak, keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin mahal, dan keterbatasan sarana kesehatan, telah menimbulkan etika keperawatan bagi individu perawat atau persatuan perawat ( Mc. Croskey, 1990 )<br /><br />A. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik<br />1. Etik<br />Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 )<br />2. Etik Keperawatan<br />Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.<br />3. Kode Etik Keperawatan<br />Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk<br />• Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan.<br />• Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan<br />• Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan.<br />• Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier & Erb, 1989 )<br />4. Dilema Etik<br />Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.<br /><br />B. Prinsip-Prinsip Moral Dalam Praktek Keperawatan<br />Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. ( John Stone, 1989 )<br />1. Autonomi<br />Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.<br />2. Benefesience<br />Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.<br />3. Justice<br />Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap individu mendapat pperlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang <br />4. Veracity<br />Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu tentang hal yang sebenarnya.<br />5. Avoiding Killing<br />Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan (Benefisience ) haruskah perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya ( misalnya akibat kanker ) dengan mempercepat kematian ? Kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara.<br />6. Fedelity<br />Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan rahasia dan “caring “<br /><br />C. Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik<br />Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :<br />1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )<br />Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.<br />a. Mengkaji situasi<br />b. Mendiagnosa masalah etik moral<br />c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan<br />d. Melaksanakan rencana<br />e. Mengevaluasi hasil<br />2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 1989 )<br />a. Mengembangkan data dasar.<br />Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :<br />• Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya<br />• Apa tindakan yang diusulkan<br />• Apa maksud dari tindakan yang diusulkan<br />• Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.<br />b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut<br />c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut<br />d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat<br />e. Mengidentifikasi kewajiban perawat<br />f. Membuat keputusan<br /><br />3. Model Murphy dan Murphy<br />a. Mengidentifikasi masalah kesehatan<br />b. Mengidentifikasi masalah etik<br />c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan<br />d. Mengidentifikasi peran perawat<br />e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan<br />f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan<br />g. Memberi keputusan<br />h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien<br />i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.<br /><br />4. Model Curtin<br />a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan masalah<br />b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan.<br />c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan.<br />d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu.<br />e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.<br />f. Memecahkan dilema<br />g. Melaksanakan keputusan<br /><br />5. Model Levine – Ariff dan Gron<br />a. Mendefinisikan dilema<br />b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan.<br />c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayana<br />• Pasien dan keluarga<br />• Faktor-faktor eksternal<br />d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu<br />e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi<br />f. Identifikasi pengambil keputusan<br />g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik<br />h. Tentukan alternatif-alternatif<br />i. Menindaklanjuti<br /><br />6. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)<br />Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik<br />a. Mengumpulkan data yang relevan<br />b. Mengidentifikasi dilema<br />c. Memutuskan apa yang harus dilakukan<br />d. Melengkapi tindakan<br /><br />7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981) mengusulkan 10 langkah model keputusan bioetis<br />a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.<br />b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi<br />c. Mengidentifikasi Issue etik<br />d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional<br />e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.<br />f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada<br /><br />D. Strategi Penyelesaian Masalah Etik<br />Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988)<br />Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde ( Bioetics Rounds ) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br />Eutanasia.<br />Kata eutanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu "eu" (= baik) and "thanatos" (maut, kematian) yang apabila digabungkan berarti "kematian yang baik". Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300 SM.<br />Sumpah tersebut berbunyi: "Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu".<br />Dalam sejarah hukum Inggris yaitu common law sejak tahun 1300 hingga saat "bunuh diri" ataupun "membantu pelaksanaan bunuh diri" tidak diperbolehkan<br />Ditinjau dari sudut maknanya maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu eutanasia pasif, eutanasia agresif dan eutanasia non agresif<br />Eutanasia agresif : atau suatu tindakan eutanasia aktif yaitu suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien. Misalnya dengan memberikan obat-obatan yang mematikan seperti misalnya pemberian tablet sianida atau menyuntikkan zat-zat yang mematikan ke dalam tubuh pasien.<br />Eutanasia non agresif : atau kadang juga disebut autoeuthanasia (eutanasia otomatis)yang termasuk kategori eutanasia negatif yaitu dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan sipasien mengetahui bahwa penolakannya tersebut akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut ia membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Autoeutanasia pada dasarnya adalah suatu praktek eutanasia pasif atas permintaan<br /><br />Eutanasia pasif : juga bisa dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif dimana tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit. Tindakan pada eutanasia pasif ini adalah dengan secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien. Misalnya tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan atau tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat ataupun meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun dengan cara pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin walaupun disadari bahwa pemberian morfin ini juga dapat berakibat ganda yaitu mengakibatkan kematian. Eutanasia pasif ini seringkali secara terselubung dilakukan oleh kebanyakan rumah sakit.<br />Penyalahgunaan eutanasia pasif bisa dilakukan oleh tenaga medis, maupun pihak keluarga yang menghendaki kematian seseorang atau keputusasaan keluargan karena ketidak sanggupan menanggung beban biaya pengobatan. Ini biasanya terjadi pada keluarga pasien yang tidak mungkin untuk membayar biaya pengobatannya, dan pihak rumah sakit akan meminta untuk dibuat "pernyataan pulang paksa". Bila meninggal pun pasien diharapkan mati secara alamiah. Ini sebagai upaya defensif medis.<br />Ditinjau dari sudut pemberian izin maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :<br />• Eutanasia diluar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan eutanasia yang bertentangan dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam ini dapat disamakan dengan pembunuhan.<br />• Eutanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini adalah yang seringkali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang wali dari si pasien (seperti pada kasus Terri Schiavo). Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa orang wali mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien.<br />• Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal ini juga masih merupakan hal kontroversial.<br />Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :<br />• Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)<br />• Eutanasia hewan<br />• Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif secara sukarela<br />Eutanasia di berbagai Negara<br />1. Amerika<br />Eutanasia agresif dinyatakan ilegal dibanyak negara bagian di Amerika. Saat ini satu-satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya secara eksplisit mengizinkan pasien terminal ( pasien yang tidak mungkin lagi disembuhkan) mengakhiri hidupnya adalah negara bagian Oregon, yang pada tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia dengan memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death with Dignity Act)[8]. Tetapi undang-undang ini hanya menyangkut bunuh diri berbantuan, bukan euthanasia. Syarat-syarat yang diwajibkan cukup ketat, dimana pasien terminal berusia 18 tahun ke atas boleh minta bantuan untuk bunuh diri, jika mereka diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali pasien, dimana dua kali secara lisan (dengan tenggang waktu 15 hari di antaranya) dan sekali secara tertulis (dihadiri dua saksi dimana salah satu saksi tidak boleh memiliki hubungan keluarga dengan pasien). Dokter kedua harus mengkonfirmasikan diagnosis penyakit dan prognosis serta memastikan bahwa pasien dalam mengambil keputusan itu tidak berada dalam keadaan gangguan mental.Hukum juga mengatur secara tegas bahwa keputusan pasien untuk mengakhiri hidupnya tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi yang dimilikinya baik asuransi kesehatan, jiwa maupun kecelakaan ataupun juga simpanan hari tuanya.<br />Belum jelas apakah undang-undang Oregon ini bisa dipertahankan di masa depan, sebab dalam Senat AS pun ada usaha untuk meniadakan UU negara bagian ini. Mungkin saja nanti nasibnya sama dengan UU Northern Territory di Australia. Bulan Februari lalu sebuah studi terbit tentang pelaksanaan UU Oregon selama tahun 1999.<br />Sebuah lembaga jajak pendapat terkenal yaitu Poling Gallup (Gallup Poll) menunjukkan bahwa 60% orang Amerika mendukung dilakukannya eutanasi<br />2. Belanda<br />Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-undang yang mengizinkan eutanasia, undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April 2002 , yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melegalisasi praktik eutanasia. Pasien-pasien yang mengalami sakit menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri penderitaannya.<br />Tetapi perlu ditekankan, bahwa dalam Kitab Hukum Pidana Belanda secara formal euthanasia dan bunuh diri berbantuan masih dipertahankan sebagai perbuatan kriminal.<br />Sebuah karangan berjudul "The Slippery Slope of Dutch Euthanasia" dalam majalah Human Life International Special Report Nomor 67, November 1998, halaman 3 melaporkan bahwa sejak tahun 1994 setiap dokter di Belanda dimungkinkan melakukan eutanasia dan tidak akan dituntut di pengadilan asalkan mengikuti beberapa prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut adalah mengadakan konsultasi dengan rekan sejawat (tidak harus seorang spesialis) dan membuat laporan dengan menjawab sekitar 50 pertanyaan.<br />Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter untuk melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi kehakiman selalu akan menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun 2002, sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh undang-undang belanda, dimana seorang dokter yang melakukan eutanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum<br /><br />3. Belgia<br />Parlemen Belgia telah melegalisasi tindakan eutanasia pada akhir September 2002. Para pendukung eutanasia menyatakan bahwa ribuan tindakan eutanasia setiap tahunnya telah dilakukan sejak dilegalisasikannya tindakan eutanasia dinegara ini, namun mereka juga mengkritik sulitnya prosedur pelaksanaan eutanasia ini sehingga timbul suatu kesan adaya upaya untuk menciptakan "birokrasi kematian".<br />Belgia kini menjadi negara ketiga yang melegalisasi eutanasia ( setelah Belanda dan negara bagian Oregon di Amerika ).<br />Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis yang merupakan salah satu penyusun rancangan undang-undang tersebut menyatakan bahwa seorang pasien yang menderita secara jasmani dan psikologis adalah merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan kelangsungan hidupnya dan penentuan saat-saat akhir hidupnya<br />4. Inggris<br />Pada tanggal 5 November 2006, Kolese Kebidanan dan Kandungan Britania Raya (Britain's Royal College of Obstetricians and Gynaecologists) mengajukan sebuah proposal kepada Dewan Bioetik Nuffield (Nuffield Council on Bioethics) agar dipertimbangkannya izin untuk melakukan eutanasia terhadap bayi-bayi yang lahir cacat (disabled newborns). Proposal tersebut bukanlah ditujukan untuk melegalisasi eutanasia di Inggris melainkan semata guna memohon dipertimbangkannya secara saksama dari sisi faktor "kemungkinan hidup si bayi" sebagai suatu legitimasi praktek kedokteran.<br />Namun hingga saat ini eutanasia masih merupakan suatu tindakan melawan hukum di kerajaan Inggris demikian juga di Eropa (selain daripada Belanda).<br />Demikian pula kebijakan resmi dari Asosiasi Kedokteran Inggris (British Medical Association-BMA) yang secara tegas menentang eutanasia dalam bentuk apapun juga<br />5. Indonesia<br />Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa ”Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun”. Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.<br />Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP<br />Eutanasia menuruit pandangan agama<br />1. Agama Islam<br />Seperti dalam agama-agama Ibrahim lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan." Dengan demikian, seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.[25]<br />Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.<br />Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga<br />Ketua Komisi Fatwa MUI mengeluarkan fatwa yang haram tindakan Euthanasia (tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat). "Euthanasia itu kan pembunuhan," kata KH Ma`ruf Amin <br />Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan MUI telah lama mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dilakukannya tindakan Euthanasia (tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat). "Euthanasia, menurut fatwa kita tidak diperkenankan, karena itu kan melakukan pembunuhan," kata KH Ma`ruf Amin di Jakarta, Jumat (22/10). <br />Euthanasia dalam keadaan aktif maupun dalam keadaan pasif, menurut fatwa MUI, tidak diperkenankan karena berarti melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Lebih lanjut, KH Ma'ruf Amin mengatakan, euthanasia boleh dilakukan dalam kondisi pasif yang sangat khusus. <br /><br />Kondisi pasif tersebut, dimana seseorang yang tergantung oleh alat penunjang kehidupan tetapi ternyata alat tersebut lebih dibutuhkan oleh orang lain atau pasien lain yang memiliki tingkat peluang hidupnya lebih besar, dan pasien tersebut keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan, kondisi aktif adalah kondisi orang yang tidak akan mati bila hanya dicabut alat medis perawatan, tetapi memang harus dimatikan. <br /><br />Mengenai dalil atau dasar fatwa MUI tentang pelarangan "euthanasia", dia menjelaskan dalilnya secara umum yaitu tindakan membunuh orang dan karena faktor keputusasaan yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Dia mengungkapkan, dasar pelarangan euthanasia memang tidak terdapat secara spesifik dalam Al Quran maupun Sunnah Nabi. "Hak untuk mematikan seseorang ada pada Allah SWT," ujarnya menambahkan. <br /><br />Ketua komisi fatwa MUI itu mengatakan, MUI akan menjelaskan dan mengeluarkan fatwa pelarangan euthanasia tersebut, apabila Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau institusi lainnya menanyakan kepada MUI. Dia menjelaskan, kasus permohonan euthanasia memang belum pernah terjadi di Indonesia, tetapi MUI telah menetapkan fatwa pelarangan tersebut setelah melakukan diskusi dan pembahasan tentang permasalahan euthanasia yang terjadi di luar negeri. <br />2. Kristen<br />Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang yang membantu pelaksanaan eutanasia.<br />Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya :[33]<br />• Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan bahwa : " penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal membutuhkan suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah peralatan penyokong kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas akhir kesempatan hidup tersebut".<br />• Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu perawatan medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan atau dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.<br />Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.<br />Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan.<br />Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah "bunuh diri" dan "pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut "kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />TINJAUAN KASUS<br /><br /><br />Illustrasi kasus<br />Seorang wanita berusia 40 tahun menderita tumor dia menolak untuk di obati di karenakan biaya yang kurang mencukupi, namun dia pernah mendatangi puskesmas terdekat untuk berobat dan konsultasi untuk menyelamatkan hidup nya, maka di perlukan suatu operasi dengan segera. Tetapi dia tetap saja menolak untuk dioperasi dengan alas an tidak adanya biaya, tidak inggin orang lain (anak-anak nya) susah akan keberadaannya seperti itu dan membiarkan tumor itu menjadi besar hingga ia meninggal.<br />Anak-anak nya pun tidak bisa berbuat apa-apa, dan mereka menghargai keputusan ibunya walaupun dengan berat hati. Begitu pula suaminya dia bekerja hanya sebagai kuli yang hanya cukup untuk keperluan sehari-hari saja.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />PEMBAHASAN<br /><br /><br /><br />A. Penyelesaian Dilema Etik<br />Kerangka pemecahan dilema etik, menurut kozier and Erb (1989)<br />1. Mengembangkan Data Dasar<br />a. Orang-orang yang terlibat dalam dilema etik tersebut : klien, suami, anak, perawat, rohaniawan<br />b. Tindakan yang diusulkan<br />Sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan hal itu yang di inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi asuhan keperawatan, peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor yaitu membela dan melindungi ibu tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.<br />c. Maksud dari tindakan<br />Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi di harapkan klien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi.<br />d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan<br />1) Operasi dilaksanakan<br />• Biaya <br />Biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk dilaksanakannya operasi<br />• Psikososial<br />Pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang (bila operasi itu lancar dan baik) namun klien juga dihadapkan pada kecemasan akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal serta biaya-biaya yang akan di keluarkan.<br />• Fisik <br />Klien mempunyai bentuk tubuh yang normal tidak terdapat pembesaran dalam tubuhnya (perut) dan bila dibiarkan begitu saja cepat atau lambat akan terjadilah kematian<br />2) Bila operasi tidak dilaksanakan<br />• Biaya<br />Tidak mengeluarkan biaya apa-apa<br />• Psikososial<br />Klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian terjadi kecemasan dan rasa sedih dalam hatinya<br />• Fisik <br />Timbulnya pembesaran di daerah abdomen<br /><br /><br />2. Identifikasi Komplik Akibat Situasi Tersebut<br />a. Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien<br />b. Apabila tindakan operasi tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik :<br />1. tidak melaksanakan sumpah profesi<br />2. tidak melaksanakan kode etik profesi dan prinsip-prinsip moral : advokasi,benefesience, justice, avoiding, killing.<br />3. tidak melaksanakan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan<br />4. perasaan bersalah (quilty) akibat tidak melaksanakan tindakan operasi yang memungkinkan timbulnya kematian.<br />3. Tindakan Alternatif Terhadap Tindakan Yang Diusulkan<br />a. mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah klien untuk dilakukannya operasi, konsekuensi :<br />1. usul diterima atau ditolak aleh tim dan pihak yang terlibat dalam penanganan klien<br />2. mungkin klien secara psikologis akan menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan akan kehidupan ini<br />3. resiko pengeluaran biaya yang tak terduga/ tidak dapat diprediksi<br />b. mengangkat dilema etik ini kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggi untuk mempertimbangkan apakah operasi ini dilakukan atau tidak konsekuensi :<br />1. mungkin memperoleh tanggapan yang memuaskan<br />2. mungkin memperoleh tanggapan yang kurang memuaskan<br />3. tidak tertutup kemungkinan untuk tidak di tanggapi sama sekali<br />c. meminta izin kepada pimpinan lembaga pelayanan kesehatan (klinik kesehatan) untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi klien yang sebenarnya. Konsekuensi :<br />1. koordinator lembaga pelayanan menyetujui atau menolak<br />2. klien meperoleh informasi dan dapat memahami kondisinya, serta dapat mengambil sikap untuk memutuskan tindakan yang terbaik untuk dirinya.<br />3. kondisi psikologis klien lebih baik atau bertambah buruk karena responnya terhadap informasi yang diperoleh<br />4. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan<br /> Pada kasus wanita tersebut merupakan masalah yang komplek dan rumit, membuat keputusan dilakukan operasi atau tidak dapat diputuskan oleh pihak tertentu saja tetapi harus diputuskan secara bersama-sama.<br />a. pengambilan keputusan harus melibatkan tim yang terkait dan klien<br />b. keputusan dibuat untuk :<br />1. pihak yang terkait dengan wanita tersebut untuk melakukan operasi atau tidak<br />2. klien, keputusan yang dibuat dapat memperoleh kepastian apakah dilakukan operasi atau tidak.<br />c. kriteria penetapan siapa pembuat keputusan<br />1. Tim<br />Kumpulan dari beberapa pihak yang berkepentingan dan yang paling memahami kondisi fisik dan psikologis klien. Masalah yang dihadapi Sangay komplek dan rumit yang tidak hanya memerlukan pertimbangan ilmiah, tetapi juga pertimbangan etik sehingga pembuat keputusan akan lebih bijaksana dilakukan oleh tim.<br />2. klien<br />klien ádalah orang yang paling berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang dibuat oleh klien bisa berubah secara tiba-tiba yang akan mempengaruhi keputusan tim<br />3. keluarga<br />keterlibatan keluarga dalam upaya penyelesaian masalah cukup menentukan mengingat secara ekonomis klien masih Belem mendapatkan biaya diperoleh darimana sehingga keluarga mempunyai peranan yang cukup menemtukan masalah<br />d. prinsip moral yang ditekankan berdasarkan prioritas dalam kasus ini :<br />1. otonomi<br />2. benefesiensi<br />3. justice<br />4. avoiding killing<br />5. Mengidentifikasi Kewajiban Perawat<br />a. menghindari klien dari ancaman kematian<br />b. menghargai otonomi klien dan berusaha menyeimbangkan dengan tanggung jawab pemberi pelayanan kesehatan<br />c. menghindarkan klien dari tindakan yang tidak menguntungkan bagi dirinya<br />d. melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan<br />e. membantu sistem pendukung yang terlibat<br />6. Membuat keputusan <br />Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan dari pertimbangan tim kesehatan, sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaik adalah dilakukan operasi berhasil atau tidak itu adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia setidaknya kita telah berusaha.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-73216950570047002132009-02-18T03:04:00.001-08:002009-02-18T03:07:59.826-08:00askep nipasBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /><br />1.1. Latar belakang<br />Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)<br />Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik inu maupun bayinya. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamlan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematia masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dalam kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa-masa nifas dapat mencegah kematian tersebut.<br />Tujuan dari perawatan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikilogis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.<br /><br /><br />1.2. Tujuan<br /><br />Makalah ini disusun untuk bahan referensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan post partum / masa nipas.<br /><br />1.3. sistematika penulisan<br /><br />BAB I PENDAHULUAN<br />BAB II TINJAUAN PUSTAKA<br />BAB III ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM<br />BAB IV KESIMPULAN<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br /><br />2.1. Pengertian<br /><br />Postnatal (Latin for 'after birth', from post meaning "after" and natalis meaning "of birth") is the period beginning immediately after the birth of a child and extending for about six weeks. The period is sometimes incorrectly called the postpartum period, which refers to the mother and, less commonly, puerperium (www.wikipedia.com)<br />Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)<br />Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar,1998 )<br />Nifas dibagi dalam 3 periode <br />1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.<br />2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.<br />3. Remote puerperium, waktui yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.<br />2.2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas<br />a. Sistem reproduksi<br />1. Uterus<br />Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil<br />Tabel 1. Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi<br />Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus<br />Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram<br />Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram<br />1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram<br />2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram<br />6 minggu Bertambah kecil 50 gram<br />8 minggu Sebesar normal 30 gram<br />2. Servik<br />Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.<br /><br /><br />3. Lochia<br />Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas<br />Macam – macam Lochia<br />a. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.<br />b. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.<br />c. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum<br />d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu <br />e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk<br />f. Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya.<br />4. Vulva dan Vagina<br />Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.<br /><br />5. Bekas implantasi uri<br />Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.<br />6. Perineum<br />Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan<br />7. Payudara<br />Perubahan pada payudara dapat meliputi :<br />a. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.<br />b. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.<br />c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi<br /><br /><br />b. Sistem Perkemihan<br />Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratama kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.<br />Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.<br />c. Sistem gastrointestinal<br />Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.<br /><br /><br /><br />d. Sistem kardiovaskuler<br />Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.<br />Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.<br />e. Sistem endokrin<br />1. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.<br />2. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang<br />f. Sistem muskulosketal<br />Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.<br />f. Sistem integumen<br />1. Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. <br />2. Striae pada abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna tetapi dapat berubah menjadi garis putih keperakan yang halus setelah periode beberapa bulan<br />3. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.<br />2.3. Adaptasi Psikologis Post Partum<br /><br />Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat sangat dibutuhkan .Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu dan harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan dapat mempengaruhi psikologis ibu . <br />Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :<br />a. Taking in period<br /><br />Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat<br /><br />b. Taking hold periode<br />Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.<br /><br />c. Letting go period<br />Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.<br />d. Honneymoon<br />Fase dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi serta saling memperhatikan bayi mereka dan menciptakan sesuatu yang baru<br /><br />2.4. Perawatan Pasca Persalinan<br /><br />a. Mobilisasi<br />Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.<br /><br />b. Diet <br />Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, tinggi serat ,sayur-sayuran dan buah-buahan.<br /><br /><br /><br />c. Miksi<br />Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.<br /><br />d. Defekasi<br />Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.<br /><br />e. Perawatan Payudara<br />Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali ibu untuk meyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi dan ibunya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :<br />1. Pembalutan mamma sampai tertekan.<br />2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel<br /><br />f. Laktasi<br />Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :<br />1. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.<br />2. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.<br />3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.<br />4. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan<br />g. Perawatan perineum<br />h. Senam nifas<br />Ibu yang baru melahirkan mungkin enggang banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. <br />Tujuan :<br />1. Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung<br />2. berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.<br />3. memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh.<br />Adapun cara senam nifas adalah :<br />1. Baringkan pada punggung, kedua lutut ditekuk. Letakkan kedua belah tangan pada perut dibawah bagian iga. Tarik nafas perlahan-lahan dan dalam lewat hidung, kemudian keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut untuk membantu mengosongkan paru-paru.<br />2. Berbaring pada punggung, kedualengan diluruskan di atas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas. Kendurkan sedikit lengan kiri dan kencangkan tungkai kanan sehingga seluruh sisi tubuh yang kiri menjadi kencang sepenuhnya. Ulangi hal yang sama pada sisi tubuh yang kanan.<br />3. kontraksi vagina<br /> berbaring pada punggung atau jika terdapat luka jahitan. Pada oerut-karena posisi ini lebig nyaman. Kedua tungkai sedikit dijauhkan. Kencangkan dasar panggul, pertahankan selama 3 detik dan kemudian lemaskan. Teruskan gerakan ini dengan berdiri dan duduk.<br />4. Memiringkan panggul<br /> Berbaring pada punggung dengan kedua lutut ditekuk. Kontraksikan otot-otot perut untuk membuat tulang belakang menjadi datar. Dan otot-otot pantat menjadi kencang-pertahankan selama 3 detik dan kemudian lemaskan.<br />5. Sesudah hari ketiga<br /> Berbaring pada punggung, kedua lutut ditekuk dan kedua lengan direntangkan. Angkat kepala dan bahu hingga sudut sekitar 45 derajat, pertahankan selama 3 detik dan kemudian perlahan-lahan lemaskan. letakkan kedua lengan disebelah luar lutut kanan.<br /><br /><br />2.5. Post Partum Patologis<br />a. Post Partum Blues<br /><br />Fenomena post partum blum merupakan sekuel umum kelahilan bayi dan terjadi hinggga 70 % wanita melahirkan. Berbagai penyebab telah diteliti termasuk lingkungan kelahiran yang tidak mendukung, perubahan hormin yang cepat atau keraguan terhadap pran yang baru. Namun, tak satupun dari dari hal tersebut tampak sebagai latar belakang penyebab yang konsisten.<br /><br />Post partum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah kelahiran dan selesai 10-14 hari. Karakterisik post partum bluesmeliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, agitasi atau gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri dan reaksi negatif dari terhadap anak atau keluarga. <br /><br />Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah dukungan yang konsisten dari keluarga dan pemberi perawatan, meyakinkan kembali bahwa ia ”tidak gila” dan memberkan kesempatan untuk meningkatkan istirahat. Selain itu, dukungan positif terhadap keberhasilannya dalam menjadi orang tua bayi yang baru lahir dapat membgantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.<br /><br />b. Perdarahan Post Partum<br /><br />Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar,MPH,1998).<br /><br />Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)<br />HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). <br /><br />Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:<br />- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir<br />- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir<br /><br />Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :<br />1. Menghentikan perdarahan.<br />2. Mencegah timbulnya syok.<br />3. Mengganti darah yang hilang.<br /><br />Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :<br />1. Atoni uteri (50-60%).<br />2. Retensio plasenta (16-17%).<br />3. Sisa plasenta (23-24%).<br />4. Laserasi jalan lahir (4-5%).<br />5. Kelainan darah (0,5-0,8%).<br />Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.<br />Tanda yang sering dijumpai :<br />- Perdarahan yang banyak.<br />- Solusio plasenta.<br />- Kematian janin yang lama dalam kandungan.<br />- Pre eklampsia dan eklampsia.<br />- Infeksi, hepatitis dan syok septik.<br />6. Hematoma<br />7. Inversi Uterus<br />8. Subinvolusi Uterus<br /><br />Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;<br />• Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:<br />1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.<br />2. Grande multipara (lebih dari empat anak).<br />3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).<br />4. Bekas operasi Caesar.<br />5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.<br />• Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:<br />1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.<br />2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.<br />3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.<br />4. Uterus yang lembek akibat narkosa.<br />5. Inversi uteri primer dan sekunder.<br /><br /><br />Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.<br /><br />Gejala Klinis berdasarkan penyebab:<br />a. AtoniaUteri:<br />Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)<br /><br />b. Robekan jalan lahir<br />Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.<br /><br />c. Retensio plasenta<br />Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan<br /><br />d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)<br />Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.<br /><br />e. Inversio uterus<br />Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat<br /><br />Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragi<br /><br />Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :<br />- Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.<br /><br />- Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.<br /><br />- Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.<br /><br />- Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.<br /><br />- Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.<br /><br />- Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif<br /><br />Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.<br /><br />- Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.<br />• Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM<br /><br />3.1. Pengkajian<br />Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik<br />Pengkajian terhadap klien post meliputi :<br />a. Identitas klien<br />Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain<br />b. Riwayat kesehatan<br />1. Riwayat kesehatan dahulu<br />riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta<br />2. Riwayat kesehatan sekarang<br />Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual<br />3. Riwayat kesehatan keluarga<br />Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.<br /><br /><br />d. Riwayat obstetri dan ginekologi<br />1. Riwayat obstetri<br />- Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT<br />- Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil<br />- Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu<br />2. Riwayat kehamilan sekarang<br />- Hamil muda, keluhan selama hamil muda<br />- Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain<br />- Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat<br /><br />f. Pola aktifitas sehari-hari<br />Meliputi kebiasaan makan, istirahat, eliminasi, kegiatan-kegiatan aktifitas fisik terutama selama hamil<br />g. Pemeriksaan Fisik<br />Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dengan pendekaran pendokumentasian secara sistematis.<br />h. Pemeriksaan Psikososial<br />i. Pemerilsaan Penunjang<br /><br />3.2. Diagnosa Keperawatan<br />Diagnosa yang mungkin timbul diantaranya :<br />a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post partum<br />b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan <br />c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual<br />d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan<br />e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum<br />f. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi<br /><br /><br /><br /><br />3.3. Intervensi<br />a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post partum<br />- Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.<br />- Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter<br />- Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis<br />- Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.<br />- Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal secara berkala.<br />- cek kadar hemoglobin dan hematokrit darah dan segera lakukan koreksi jika terjadi penurunan<br /><br />b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan <br /> - Kaji ulang dan catat tingkat kemampuan aktifitas klien<br /> - Bantu pemenuhan aktifitas sehari-hari<br /> - Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien<br /><br /> c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual<br />- kaji ulang kebutuhan nutrisi klien<br />- berikan makan porsi sedikit tapi sering<br />- berikan kesempatan untuk memilih makanan/ kudapan untuk memenuhi kebutuhan<br />- Timbang berat badan setiap minggu<br />- tinjau ulang nilai labolatorium misalnya glukosa, albumi serun dan elektrolit<br />- Kolaborasi untuk mendapat obat anti mual<br /><br />d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan<br /> - Kaji ulang tingkat nyeri dihubungkan dengan aktifitas klien.<br /> - Ajarkan klien reknik untuk mengontrol nyeri seperti teknik relaksasi dan distraksi.<br /> - Kolaborasi pemberian analgetik<br /><br />e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum<br /> - Observasi tanda- tanda vital<br /> - Lakukan perawatan luka dan perawatan perinium secara berkala<br /> - lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan anti septik<br /> - Pantau hasil labilatorium terutama leukosit<br /> - Ciptakan lingkungan yang sehat<br /><br />g. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi<br /> - Dorong perasaan klien untuk mengungkapkan perasaannya<br /> - bantu klien dan orang terdekat untuk mengklarifikasi rasa takutnya <br /> - Berikan informasi yang akurat dan jelas tentang kebutuhan eliminasi.<br /><br />3.4. Implementasi<br /> Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat sesuai dengan kondisi pasien.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />KESIMPULAN <br /><br /><br />Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)<br />Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamlan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematia masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama<br />Tujuan dari perawatan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikilogis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-14328436705084959432009-02-18T03:04:00.000-08:002009-02-18T03:07:58.352-08:00askep nipasBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /><br />1.1. Latar belakang<br />Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)<br />Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik inu maupun bayinya. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamlan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematia masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dalam kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa-masa nifas dapat mencegah kematian tersebut.<br />Tujuan dari perawatan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikilogis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.<br /><br /><br />1.2. Tujuan<br /><br />Makalah ini disusun untuk bahan referensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan post partum / masa nipas.<br /><br />1.3. sistematika penulisan<br /><br />BAB I PENDAHULUAN<br />BAB II TINJAUAN PUSTAKA<br />BAB III ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM<br />BAB IV KESIMPULAN<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br /><br />2.1. Pengertian<br /><br />Postnatal (Latin for 'after birth', from post meaning "after" and natalis meaning "of birth") is the period beginning immediately after the birth of a child and extending for about six weeks. The period is sometimes incorrectly called the postpartum period, which refers to the mother and, less commonly, puerperium (www.wikipedia.com)<br />Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)<br />Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar,1998 )<br />Nifas dibagi dalam 3 periode <br />1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.<br />2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.<br />3. Remote puerperium, waktui yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.<br />2.2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas<br />a. Sistem reproduksi<br />1. Uterus<br />Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil<br />Tabel 1. Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi<br />Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus<br />Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram<br />Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram<br />1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram<br />2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram<br />6 minggu Bertambah kecil 50 gram<br />8 minggu Sebesar normal 30 gram<br />2. Servik<br />Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.<br /><br /><br />3. Lochia<br />Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas<br />Macam – macam Lochia<br />a. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.<br />b. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.<br />c. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum<br />d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu <br />e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk<br />f. Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya.<br />4. Vulva dan Vagina<br />Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.<br /><br />5. Bekas implantasi uri<br />Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.<br />6. Perineum<br />Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan<br />7. Payudara<br />Perubahan pada payudara dapat meliputi :<br />a. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.<br />b. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.<br />c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi<br /><br /><br />b. Sistem Perkemihan<br />Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratama kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.<br />Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.<br />c. Sistem gastrointestinal<br />Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.<br /><br /><br /><br />d. Sistem kardiovaskuler<br />Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.<br />Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.<br />e. Sistem endokrin<br />1. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.<br />2. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang<br />f. Sistem muskulosketal<br />Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.<br />f. Sistem integumen<br />1. Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. <br />2. Striae pada abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna tetapi dapat berubah menjadi garis putih keperakan yang halus setelah periode beberapa bulan<br />3. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.<br />2.3. Adaptasi Psikologis Post Partum<br /><br />Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat sangat dibutuhkan .Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu dan harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan dapat mempengaruhi psikologis ibu . <br />Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :<br />a. Taking in period<br /><br />Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat<br /><br />b. Taking hold periode<br />Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.<br /><br />c. Letting go period<br />Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.<br />d. Honneymoon<br />Fase dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi serta saling memperhatikan bayi mereka dan menciptakan sesuatu yang baru<br /><br />2.4. Perawatan Pasca Persalinan<br /><br />a. Mobilisasi<br />Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.<br /><br />b. Diet <br />Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, tinggi serat ,sayur-sayuran dan buah-buahan.<br /><br /><br /><br />c. Miksi<br />Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.<br /><br />d. Defekasi<br />Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.<br /><br />e. Perawatan Payudara<br />Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali ibu untuk meyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi dan ibunya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :<br />1. Pembalutan mamma sampai tertekan.<br />2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel<br /><br />f. Laktasi<br />Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :<br />1. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.<br />2. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.<br />3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.<br />4. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan<br />g. Perawatan perineum<br />h. Senam nifas<br />Ibu yang baru melahirkan mungkin enggang banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. <br />Tujuan :<br />1. Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung<br />2. berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.<br />3. memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh.<br />Adapun cara senam nifas adalah :<br />1. Baringkan pada punggung, kedua lutut ditekuk. Letakkan kedua belah tangan pada perut dibawah bagian iga. Tarik nafas perlahan-lahan dan dalam lewat hidung, kemudian keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut untuk membantu mengosongkan paru-paru.<br />2. Berbaring pada punggung, kedualengan diluruskan di atas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas. Kendurkan sedikit lengan kiri dan kencangkan tungkai kanan sehingga seluruh sisi tubuh yang kiri menjadi kencang sepenuhnya. Ulangi hal yang sama pada sisi tubuh yang kanan.<br />3. kontraksi vagina<br /> berbaring pada punggung atau jika terdapat luka jahitan. Pada oerut-karena posisi ini lebig nyaman. Kedua tungkai sedikit dijauhkan. Kencangkan dasar panggul, pertahankan selama 3 detik dan kemudian lemaskan. Teruskan gerakan ini dengan berdiri dan duduk.<br />4. Memiringkan panggul<br /> Berbaring pada punggung dengan kedua lutut ditekuk. Kontraksikan otot-otot perut untuk membuat tulang belakang menjadi datar. Dan otot-otot pantat menjadi kencang-pertahankan selama 3 detik dan kemudian lemaskan.<br />5. Sesudah hari ketiga<br /> Berbaring pada punggung, kedua lutut ditekuk dan kedua lengan direntangkan. Angkat kepala dan bahu hingga sudut sekitar 45 derajat, pertahankan selama 3 detik dan kemudian perlahan-lahan lemaskan. letakkan kedua lengan disebelah luar lutut kanan.<br /><br /><br />2.5. Post Partum Patologis<br />a. Post Partum Blues<br /><br />Fenomena post partum blum merupakan sekuel umum kelahilan bayi dan terjadi hinggga 70 % wanita melahirkan. Berbagai penyebab telah diteliti termasuk lingkungan kelahiran yang tidak mendukung, perubahan hormin yang cepat atau keraguan terhadap pran yang baru. Namun, tak satupun dari dari hal tersebut tampak sebagai latar belakang penyebab yang konsisten.<br /><br />Post partum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah kelahiran dan selesai 10-14 hari. Karakterisik post partum bluesmeliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, agitasi atau gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri dan reaksi negatif dari terhadap anak atau keluarga. <br /><br />Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah dukungan yang konsisten dari keluarga dan pemberi perawatan, meyakinkan kembali bahwa ia ”tidak gila” dan memberkan kesempatan untuk meningkatkan istirahat. Selain itu, dukungan positif terhadap keberhasilannya dalam menjadi orang tua bayi yang baru lahir dapat membgantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.<br /><br />b. Perdarahan Post Partum<br /><br />Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar,MPH,1998).<br /><br />Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)<br />HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). <br /><br />Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:<br />- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir<br />- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir<br /><br />Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :<br />1. Menghentikan perdarahan.<br />2. Mencegah timbulnya syok.<br />3. Mengganti darah yang hilang.<br /><br />Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :<br />1. Atoni uteri (50-60%).<br />2. Retensio plasenta (16-17%).<br />3. Sisa plasenta (23-24%).<br />4. Laserasi jalan lahir (4-5%).<br />5. Kelainan darah (0,5-0,8%).<br />Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.<br />Tanda yang sering dijumpai :<br />- Perdarahan yang banyak.<br />- Solusio plasenta.<br />- Kematian janin yang lama dalam kandungan.<br />- Pre eklampsia dan eklampsia.<br />- Infeksi, hepatitis dan syok septik.<br />6. Hematoma<br />7. Inversi Uterus<br />8. Subinvolusi Uterus<br /><br />Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;<br />• Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:<br />1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.<br />2. Grande multipara (lebih dari empat anak).<br />3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).<br />4. Bekas operasi Caesar.<br />5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.<br />• Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:<br />1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.<br />2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.<br />3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.<br />4. Uterus yang lembek akibat narkosa.<br />5. Inversi uteri primer dan sekunder.<br /><br /><br />Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.<br /><br />Gejala Klinis berdasarkan penyebab:<br />a. AtoniaUteri:<br />Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)<br /><br />b. Robekan jalan lahir<br />Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.<br /><br />c. Retensio plasenta<br />Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan<br /><br />d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)<br />Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.<br /><br />e. Inversio uterus<br />Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.<br />Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat<br /><br />Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragi<br /><br />Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :<br />- Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.<br /><br />- Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.<br /><br />- Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.<br /><br />- Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.<br /><br />- Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.<br /><br />- Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif<br /><br />Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.<br /><br />- Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.<br />• Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM<br /><br />3.1. Pengkajian<br />Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik<br />Pengkajian terhadap klien post meliputi :<br />a. Identitas klien<br />Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain<br />b. Riwayat kesehatan<br />1. Riwayat kesehatan dahulu<br />riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta<br />2. Riwayat kesehatan sekarang<br />Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual<br />3. Riwayat kesehatan keluarga<br />Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.<br /><br /><br />d. Riwayat obstetri dan ginekologi<br />1. Riwayat obstetri<br />- Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT<br />- Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil<br />- Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu<br />2. Riwayat kehamilan sekarang<br />- Hamil muda, keluhan selama hamil muda<br />- Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain<br />- Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat<br /><br />f. Pola aktifitas sehari-hari<br />Meliputi kebiasaan makan, istirahat, eliminasi, kegiatan-kegiatan aktifitas fisik terutama selama hamil<br />g. Pemeriksaan Fisik<br />Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dengan pendekaran pendokumentasian secara sistematis.<br />h. Pemeriksaan Psikososial<br />i. Pemerilsaan Penunjang<br /><br />3.2. Diagnosa Keperawatan<br />Diagnosa yang mungkin timbul diantaranya :<br />a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post partum<br />b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan <br />c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual<br />d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan<br />e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum<br />f. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi<br /><br /><br /><br /><br />3.3. Intervensi<br />a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post partum<br />- Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.<br />- Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter<br />- Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis<br />- Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.<br />- Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal secara berkala.<br />- cek kadar hemoglobin dan hematokrit darah dan segera lakukan koreksi jika terjadi penurunan<br /><br />b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan <br /> - Kaji ulang dan catat tingkat kemampuan aktifitas klien<br /> - Bantu pemenuhan aktifitas sehari-hari<br /> - Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien<br /><br /> c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual<br />- kaji ulang kebutuhan nutrisi klien<br />- berikan makan porsi sedikit tapi sering<br />- berikan kesempatan untuk memilih makanan/ kudapan untuk memenuhi kebutuhan<br />- Timbang berat badan setiap minggu<br />- tinjau ulang nilai labolatorium misalnya glukosa, albumi serun dan elektrolit<br />- Kolaborasi untuk mendapat obat anti mual<br /><br />d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan<br /> - Kaji ulang tingkat nyeri dihubungkan dengan aktifitas klien.<br /> - Ajarkan klien reknik untuk mengontrol nyeri seperti teknik relaksasi dan distraksi.<br /> - Kolaborasi pemberian analgetik<br /><br />e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum<br /> - Observasi tanda- tanda vital<br /> - Lakukan perawatan luka dan perawatan perinium secara berkala<br /> - lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan anti septik<br /> - Pantau hasil labilatorium terutama leukosit<br /> - Ciptakan lingkungan yang sehat<br /><br />g. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi<br /> - Dorong perasaan klien untuk mengungkapkan perasaannya<br /> - bantu klien dan orang terdekat untuk mengklarifikasi rasa takutnya <br /> - Berikan informasi yang akurat dan jelas tentang kebutuhan eliminasi.<br /><br />3.4. Implementasi<br /> Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat sesuai dengan kondisi pasien.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />KESIMPULAN <br /><br /><br />Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)<br />Asuhan keperawatan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamlan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematia masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama<br />Tujuan dari perawatan masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikilogis, melaksanakan skrining komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-31215068729653750692009-02-18T03:03:00.000-08:002009-02-18T03:04:08.927-08:00askep meningitisBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis purulenta yang juga merupakan penyakit infeksi perlu perhatian kita.<br />Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Sedang yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.<br />Disamping angka kematiannya yang masih tinggi. Banyak penderita yang menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Pemberian antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat. <br />Biarpun kuman mikrobakterium tuberkulosa paling sering menyebabkan infeksi paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah yang paling berbahaya. Kekerapan meningitis tuberkulosa sebanding dengan prevalensi infeksi dengan mikrobakterium tuberkulosa pada umumnya, jadi bergantung pada keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat.<br />Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan. Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.<br />Pada anak, meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Pada orang dewasa penyakit ini dapat merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan tuberkulosis ditempat lain. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan terlambat.<br />Dalam bukunya Brunner & Sudart, Meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis dan tuberkulosa. Meningitis aseptik mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis limfoma, leukemia, atau darah diruang subarakhnoid. Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza. Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.<br />Infeksi meningeal umunya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif (seperti fungsi lumbal) atau alat-alat infasif (seperti alat pantau TIK).<br /><br /> <br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />“MENINGITIS”<br /><br />A. PENGERTIAN<br />- Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175).<br />- Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis (Harsono 2003).<br /><br />B. ETIOLOGI<br />Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri, dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis. <br />Adapun klasifikasi dari meningitis menurut Brunner & Suddath. 2002 yaitu: asepsis, sepsis dan tuberkulosa.<br />- Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah diruang sub arachnoid.<br />- Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.<br />- Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.<br />Sedangkan menurut Ronny Yoes meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu Meningitis Serosa/ Tuberkulosa dan Meningitis Purulenta.<br />- Meningitis Serosa/Tuberkulosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Myobakterium Tuberculosa. Penyebab lain seperti Virus, Toxoplasma gondhi, Ricketsia.<br />- Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebanya antara lain: diplococus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococcus haemolytiicus, Staphylococcus aureus,haemophilus influenzae, esherchia coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa<br /><br />Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur:<br />1. neonatus : Escheria colli<br /> Streptokokus beta hemolitikus<br /> Listeria monositogenes.<br />2. anak dibawah 4 thn : Hemofilus influenza<br /> Meningokokus<br /> Pneumokokus<br />3. anak diatas 4 thn & org dewasa: Meningokokus<br /> Pneumokokus<br /><br />Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis. <br />Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.<br /><br />C. PATOGENESIS<br />Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:<br />1. Luka terbuka dikepala.<br />2. Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan sinus paranasalis.<br />3. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.<br />4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.<br />5. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.<br />6. Penyebaran dari radang paru.<br />7. Penyebarn dari infeksi kulit.<br /><br />D. PATOFISIOLOGI<br /><br />Organisme (Bakteri, Virus, Jamur dll)<br /><br />Saluran pernapasan, saluran yang menghubung ke otak. <br /><br />Melalui aliran darah (Hematogen) menyebar ke bagian meningen<br /><br />Menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral<br /><br />Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. <br /><br />Meningitis<br /><br />E. MANIFESTASI KLINIS<br />Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial. Berupa :<br />• Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.<br />• Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi perilaku juga umum terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsi, dan koma.<br />• Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe menngitis.<br />• Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.<br />• Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.<br />• Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.<br />• Fotophobia(respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi syaraf-syaraf kranialis.<br />• Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.<br />• Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.<br />• Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.<br />• Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.<br /><br />F. EVALUASI DIAGNOSTIK<br />Pada meningitis perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :<br />Kultur darah/hidung/tenggorok/urine : Dapat mengindikasikan daerah ”pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.<br /><br />Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak : <br />MRI/skan CT : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.<br />Ronsen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial.<br /> <br />Pemeriksaan cairan otak<br />a. Cairan otak pada meningitis purulenta<br />- Tekanan : Tekanan cairan otak meningkat diatas 180 mm H2O.<br />- Warna : Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen bergantung pada jumlah selnya.<br />- Sel : Jumlah leukosit meningkat. Biasanya berjumlah 200-10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN. Setelah pengobatan dengan antibiotika perbandingan jumlah sel MN (Mononuklear) terhadap sel PMN meningkat.<br />- Protein : Kadar protein meningkat, biasanya diatas 75 mg/100 ml.<br />- Klorida : Kadar klorida menurun. Kurang dari 700 mg/100 ml.<br />- Gula : Kadar gula menurun. Biasanya kurang dari 40 mg% atau kurang dari 40% kadar gula darah yang diambil pada saat yang bersamaan.<br /><br />b. Cairan otak pada meningitis tuberkulosa.<br />- Warna : Jernih atau santokrom.<br />- Sel : Jumlah sel meningkat, biasanya tidak melebihi 500/mm3 dan sel mononuklear lebih banyak.<br />- Kadar protein meningkat.<br />- Kadar gula menurun.<br />- Kadar klorida menurun.<br />- Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang labah-labah.<br />- Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman tuberkulosis.<br /><br />c. Cairan otak pada meningitis karena virus.<br />- Warna : jernih.<br />- Sel : Jumlah sel meningkat antara 10-1000/mm3 .<br />- Kadar protein normal atau naik sedikit.<br />- Kadar gula normal.<br />- Kadar klorida normal.<br /><br />G. POTENSIAL KOMPLIKASI<br />- Edema serebri<br />- Hidrosefalus.<br />- Abses otak.<br />- Koma.<br />- Kejang.<br />- Kehilangan fungsi saraf: perubahan tingkah laku dan perkembangan motorik.<br />- Kehilangan pendengaran dan penglihatan.<br />- SIADH<br />- Syok<br />- KID<br />- Henti nafas.<br />- Kematian.<br /><br />H. PENATALAKSANAAN MEDIS<br />o Tentukan organisme penyebab. <br />o Isolasi pernapasan atau ketat tegantung pada organisme.<br />o Cairan parenteral diberikan untuk mempertahankan kebutuhan sampai masalah SIADH teratasi. Puasakan, selanjutnya beri diet dari cairan jernih sampai diet yang sesuai usia dan toleransi pasien: cairan dapat dibatasi saat diet mulai diberikan: cairan parenteral diturunkan sesuai peningkatan cairan peroral. <br />o Masukan dan haluaran: antibiotik dosis tinggi diberikan melalui intravena untuk mengisolasi organisme (antibiotik yang mencakup spektrum luas sampai organisme dapat diisolasi).<br />o Antipiretik<br />o Antikonvulsan<br />o Steroid dapat diberikan dengan maksud untuk mereduksi faktor penyebab ketulian.<br />o Ulangi fungsi lumbal untuk mengkaji efektivitas terapi<br /><br />1. Pengobatan Umum : tirah baring total, 5 B (Breathing, blood, braind, bowel, bladder).<br />2. Pengobatan Spesifik : pemberian antibiotik spektrum luas, segera dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial beberapa jenis meningitis diharuskan pasien di isolasi di rumah.<br /> <br />I. PENCEGAHAN<br />1. Penderita diisolasi<br />2. Vaksinasi, seperti; <br />- Vaksi meningokokus yang telah diizinkan di AS mencakup polisakarida grup A, C, W153 dan Y, dan digunakan terutama perekrutan militer. Vaksin ini mungkin menguntungkan bagi beberapa orang yang mengunjungi daerah yang mengalami epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga harus dipertimbangkan sebagai tambahan antibiotik kemoprofilaksis untuk beberapa orang yang tinggal dengan pasien yang mengalami infeksi meningokokus.<br />- Vaksin polisakarida (Haemophilus b polysaccharide vaccine) melawan masuknya Haemophilus influenzae tipe b yang telah diizinkan penggunaannya di AS dan sekarang digunakan rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik.<br />3. Diberi obat-obatan<br />– Untuk meningokokus diberi obat Rifampisin, sulfadiazine.<br />– Untuk Hemofilus influenza diberi obat, Rifampisin<br /><br />J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN<br />Adapun penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddath yaitu; <br />- Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas. Penemuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrake (trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik.<br />- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, uang mendahului gagal jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak.<br />- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.<br />- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).<br />- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.<br />- Rabas dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi pernapasan dianjurkan sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotik.<br /><br /><br />ASUHAN KEPERAWATAN<br /><br /><br />A. PENGKAJIAN<br />Pemeriksaan fisik<br />Riwayat infeksi terdahulu.<br />- Sistem kardiovaskuler<br />Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.<br />Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubung dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor). Trikardia, distrimia (pada pase akut), seperti distrimia sinus.<br /><br />- Sistem persarafan<br />Sakit kepala, parestesia (terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena), kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). Hipergesia (meningkatnya sensitivitas pada nyeri, timbul kejang, gangguan pada penglihatan, seperti diplopia, fotofobia, ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan, adanya halusinasi penciuman/sentuhan.<br />Status mental/tingkat kesadaran; letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi. Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan, afasia ( kesulitan dalam berkomunikasi).<br />Mata (ukuran/reaksi pupil); unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya, nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus). Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah):; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena).<br />Kejang umum, kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia/flaksid paralisis(pada fase akut meningitis). Hemiparese atau hemiplegia. Tanda brudzinski positif dan tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).<br />Refleks tendon dalam; terganggu, babinski positif. Refleks abdominal menurun/tidak ada, refleks kremastetik hilang pada laki-laki. <br /><br />- Sistem pernafasan<br />Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas.<br />Adanya ronki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan<br /><br />- Sistem muskuloskeletal<br />Fraktur pada tengkorak/cedera kepala.<br /><br /><br />B. DIAGNOSA KEPERAWATAN<br /> Menurut Susan Martin Tucker yaitu sebagai berikut:<br />- Ketidakefektifan termolegulasi b.d proses infeksi<br />- Nyeri: Sakit kepala b.d iritasi jaringan serebral.<br />- Terhadap ketidakefektifan pernafasan b.d peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) dan depresi fungsi serebral.<br />- Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir di Rumah<br />Sebagai tambahan diagnosa keperawatan pada meningitis menurut Donggoes, Morhouse dan Geissler yaitu<br />- Risiko tinggi terhadap infeksi b.d pemajanan orang lain terhadap pathogen.<br /><br />C. INTERVENSI<br />Menurut Susan Martin Tucker <br />No. Dx Intervensi Rasional<br />1 Ketidakefektifan termolegulasi b.d proses infeksi - kaji suhu tubuh setiap 4-8 jam sesuai indikasi.<br />- Gunakan selimut Hipotermia.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />- Pertahankan suhu ruangan, lakukan tindakan pendinginan, berikan mandi kompres hangat dan singkirkan peralatan tenun tempat tidur yang berlebih.<br /><br /><br /><br /><br /><br />- Perbanyak masukan cairan. - untuk mengidentifikasi pola demam pasien.<br />- Untuk membantu dalam mengontrol /menstabilkan peningkatan suhu eksterm. Menurunkan kebutuhan metabolit/resiko kejang dan meningkatkan keamanan pasien.<br />- Demam biasanya berhubungan dengan proses imflamasi tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan hipotalamus. Terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi oksigen (trauma dengan menggigil), yang dapat meningkatkan TIK.<br />- Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak<br />2 Nyeri: Sakit kepala b.d iritasi jaringan serebral - Kaji tingkat kesadaran.<br /><br /><br />- Pertahankan lingkungan yang tenang, gelapkan ruangan bila terjadi fotofibia.<br />- Pertahankan tirah baring, bantu pasien dalam mencari posisi yang memberikan rasa nyaman.<br /><br />- Tinggikan kepala sampai 300.<br /><br /><br /><br />- Letakkan kain yang dingin diatas mata dan Pasang kap es dikepala. - untuk mengetahui perubahan tingkat kesadaran.<br />- Untuk mengurangi stimuli nyeri akibat gangguan dari luar dan menghindari nyeri akibat rangsangan cahaya.<br />- untuk memberikan rasa aman pada pasien dan untuk menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.<br />- Untuk menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.<br />- Untuk meningkatkan vasokontriksi. Penumpulkan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.<br />3 Terhadap ketidakefektifan pernafasan b.d peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) dan depresi fungsi serebral.<br /> - Observasi TTV.<br /><br /><br /><br />- Kaji dan pantau pernapasan: frekuensi, kedalaman, dan pola pernafasan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />- Kaji status pernafasan setiap 1-2 jam sesuai indikasi, auskultasi bunyi nafas.<br /><br /><br /><br /><br />- Baringkan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang optimal.<br />- Bantu dan Intruksi pasien untuk berbalik dan napas setiap 2-4 jam.<br />- Berikan bantuan O2 bila diperlukan. - Untuk mengidentifikasi kemajuan/penyimpangan dari hasil yang diharapkan.<br />- Tipe dari pola pernapasan merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral yang terkena dan mungkin merupakan indikasi perlunya untuk melakukan instubasi dengan disertai pemasangan ventilator mekanik. <br />- Adanya ronki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan risiko terjadinya infeksi pernapasan.<br />- Memobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.<br /><br />- Terjadinya asidosis dapat menghambat oksigen pada tingkat sel yang memperburuk/meningkatkan iskemik serebral.<br />4 Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir di Rumah<br /> - Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.<br /><br />- Jelaskan pada keluarga perlunya memberikan dorongan, pengungkapan; bantu pasien memahami sifat dari kelainan.<br />- Jelaskan pentingnya aktivitas fisik sesuai toleransi<br />- Jelaskan perlunya merencanakan waktu istirahat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />- Diskusikan tentang tanda dan gejala kondisi yang harus dilaporkan pada dokter.<br /><br />- Jelaskan pentingnya rawat jalan yang berkelanjutan.<br /> - Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan.<br />- Membantu ningkatkan perasaan pasien, yang dapat neringankan rasa takut akan penyakitnya<br /><br /><br />- Membantu dalam menemukan fungsi/kekuatan otot.<br />- Kelelahan sering timbul melebihi apa yang diharapkan pasien/keluarga. Istirahat tambahan diperlukan untuk membantu proses penyembuhan dan meningkatkan kemampuan koping.<br />- Evaluasi dan intervensi awal dapat mencegah kambuhnya penyakit/berkembangnya komplikasi.<br />- Penting sekali untuk mengetahui perkembangan penyembuhan/mengubah terapi yang diberikan dan untuk menentukan adanya penurunan fungsi neurologis.<br />5. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d pemajanan orang lain terhadap pathogen.<br /><br /> - Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />- Pertahankan teknik septik dan teknik cuci tangan yang tepat baik pasien, pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan.<br /><br /><br />- Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi - Pada fase awal meningitis meningokokus atau infeksi ensefalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan risiko penyebaran pada orang lain.<br />- Menurunkan risiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (mis, individu yang mengalami infeksi saluran napas atas.<br />- Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu/berbulan-bulan atau terjadi penyebaran patogen secara hematogen/sepsis. <br />D. IMPLEMENTASI<br />Mengkaji suhu tubuh setiap 4-8 jam sesuai indikasi.<br />Mengobservasi TTV setiap 3 jam atau lebih sering.<br />Menggunakan selimut Hipotermia.<br />Mertahankan lingkungan yang tenang, gelapkan ruangan bila terjadi fotofibia.<br />Mempertahankan tirah baring, bantu pasien dalam mencari posisi yang memberikan rasa nyaman.<br />Meninggikan kepala sampai 300.<br />Meletakkan kain yang dingin diatas mata.<br />Memasang kap es dikepala.<br />Memperbanyak masukan cairan.<br />Mengkaji dan pantau pernapasan: frekuensi, kedalaman, dan pola pernafasan.<br />Mengkaji status pernafasan setiap 1-2 jam sesuai indikasi.<br />Mengauskultasi bunyi nafas.<br /><br /><br />E. EVALUASI<br />Evaluasi yang diharapkan :<br />• Pasien dalam keadaan normotermia, suhu tubuhnya beerkisar pada 370 <br />• Pasien mengungkapkan tidak adanya atau sakit kepalanya mulai membaik.<br />• Pasien memperlihatkan pola pernafasan ynag efektif, ekspansi dada simetris, bunyi nafas jelas ketika di auskultasi, TTV dalam batasan normal, dan tidak terdapat tanda distress pernafasan.<br />• Pasien atau orang terdekat dapat mengetahui penyakit yang diderita pasien dan pengertian mengenai penatalaksanaan perawatan di rumah.<br />• Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.<br /> <br />BAB III<br />KESIMPULAN<br /><br />Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya meningitis diakibatkan karena adanya infeksi atau peradangan pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur. Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis. <br />Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.<br />Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan. Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Perawatan yang intensif dan pemberian antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang memadai penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat serta kematian.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3276433324395155457.post-85479073012255874002009-02-18T02:49:00.000-08:002009-02-18T02:52:03.335-08:00kepuasan pasienBAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />A. KEPUASAN KLIEN<br />1. Pengertian Kepuasan Klien<br /> Menurut Philip Kotler (Wijono 1999, Rangkuti, 2006) Kepuasan pelanggan/klien : “a person’s feeling of pleasure or disappointment resulting from comparinga product’s received performance (or outcome) in relations to the person expectation” (perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkan). Sejalan dengan Irawan (2003) yang mengatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya.<br />Menurut Oliver (1997) dalam Irawan (2003), mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen. Respon ini sebagai hasil dari penilaian konsumen bahwa produk/pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan. Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang. <br />Menurut Tjiptono (2006) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan. Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau keyakinan klien tertang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil kinerja akan dipersepsikan oleh klien.<br /> Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan pandangan bahwa kepuasan pelanggan/klien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima kenyataan / pengalaman pelayanan memenuhi harapan klien. Hal ini akan menciptakan loyalitas atau citra yang tinggi.<br />2. Pemahaman Kepuasan Klien<br />Menurut Yoeti (2000) dalam Setiawati (2005 : 21) ada tiga hal yang diinginkan oleh klien , yaitu : ingin merasa bahagia, tidak mau kalau dibebani macam-macam baik dalam bertuk uang maupun waktu dan menginginkan bahwa suatu bisnis harus dapat dilakukan setiap waktu, terjadi berulangkali, sehingga terjadi peningkatan usaha. Ada dua macam pelanggan, yaitu internal customer dan external customer. Internal customer adalah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi yaitu produk dan jasa yang kita hasilkan. Yang dimaksud internal customer adalah jajaran direksi, kepala divisi, kepala bagian, atau karyawan lainnya. Sedangkan yang dimaksud external customer adalah orang yang berada di luar organisasi suatu perusahaan yang menerima jasa-jasa dari perusahaan. <br />Mengingat fokus pelayanan adalah kepuasan klien maka perlu diketahui karakteristik produk yang diinginkan pelanggan. Karakteristik yang diinginkan pelanggan (Gaspersz, 2005:37) lebih cepat (faster) berkaitan dengan waktu yang menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau kenyamanan untuk memperoleh produk tersebut; lebih murah (cheaper) yang menggambarkan biaya atau ongkos dari suatu produk yang dibayar oleh pelanggan; dan lebih baik (better) berkaitan dengan dimensi kualitas produk.<br /> Selain itu Supranto (2006) untuk menentukan kepuasan pelanggan dapat menggunakan diagram kartesius yaitu suatu bangun yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik X1 , Y1 seperti di bawah ini :<br />Diagram 2.1<br />Diagram Kartesius<br /><br /> <br /> Pengalaman<br /><br /><br /> <br /> Harapan<br />Keterangan: <br />X1 = rata-rata skor nilai pengalaman pasien terhadap pelayan<br />Y1 = rata-rata skor nilai harapan pasien terhadap pelayanan<br />a. Kuadran I : <br />Menunjukan faktor/atribut yang dianggap dapat mempengaruhi kepuasan klien, termasuk jasa yang dianggap penting tetapi belum dilaksanakan sesuai keinginan klien sehingga klien merasa kecewa dan tidak puas.<br />b. Kuadran II : <br />Menunjukan jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan dan harus dipertahankan karena memuaskan klien. Dianggap penting karena memuaskan klien.<br /><br />c. Kuadran III :<br />Menunjukan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi klien, karena pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting karena kurang memuaskan.<br />d. Kuadran IV : <br />Menunjukan faktor yang mempengaruhi pelanggan, kurang penting tetapi pelaksanaannya inefisiensi/berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.<br /> Masyarakat sendiri menginginkan pelayanan yang mudah, nyaman dan dapat memberikan kepuasan dalam arti penyakit sembuh dalam waktu relative cepat dengan pelayanan yang berkualitas (Wijono, 1999). Memahami apa yang menjadi harapan pelanggan menjadi hal yang sangat penting bagi rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan jasa untuk terus menerus memperhatikan kepuasan pelanggan. Pelanggan/klien akan dapat mempertahankan kesetiaannya karena terpenuhinya harapan dan persepsi terhadap kinerja pelayanan <br /> <br />3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Klien<br />Menurut Kotler and Amstrong (2001) dalam Huriyati (2005) dan Rangkuti (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah laku konsumen yaitu faktor budaya, faktorsocial, faktor pribadi dan faktor psikologi <br />a. Faktor Kebudayaan <br />Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu budaya , sub-budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan orang. Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras, dan daerah geografi. Sedangkan kelas sosial menurut Rangkuti (2006) adalah sebuah kelompok yang relatif homogen mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku. Huriyati (2005) menambahkan kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,dan variabel lainnya <br />b. Faktor Sosial<br />Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang yang berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang yang mempunyai karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.<br />c. Faktor Pribadi<br />Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri. Usia mempunya dimensi kronologis dan intelektual. Dikatakan berdimensi kronologis karena bersifat progres berjalan terus dan tidak akan kembali sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang melalui pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangan kematangan/kedewasaan seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit misal penyakit kardio vaskuler dengan peningkatan usia. <br />Jenis kelamin merupakan sifat jasmani/fisik seseorang dan berkaitan dengan sistem reproduksi yaitu : laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin juga berhubungan dengan emosi. Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang dialami seseorang. Hasilnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam mendewasakan diri. Pendidkan berkaitan dengan harapan. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi. Pekerjaan merupakan aktifitas jasa seseorang untuk mendapat imbalan berupa materi dan non materi. Pekerjaan dapat mejadi faktor risiko kesehatan seseorang dan berdampak pada sistem imunitas tubuh. Pekerjaan ada hubungannya dengan penghasilan seseorang untuk berperilaku dalam menentukan pelayanan yang diinginkan. Status perkawinan sementara diduga ada kaitannya dengan gaya hidup dan kepribadian . <br />d. Faktor Psikologi <br />Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar dan haus. Ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Persepsi klien terhadap kualitas sebelum membeli produk dipengaruhi oleh citra merek dan pengalaman masa lalu (Sutojo ; 2003) . <br /> Tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan juga dipengaruhi penilaian klien terhadap kuantitas rasa sakit yang diderita klien saat ini. Semakin berat rasa sakit semakin besar harapan klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan untuk dapat membantu mengurangi rasa sakit yang dideritanya.<br /> David Garvin (1987) dalam Gaspersz (2005) menganalisis delapan karakteristik kualitas produk sebagai berikut: 1) Performance merupakan karateristik utama yang menjadi pertimbangan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2) Features merupakan karakteristik yang menunjang fungsi dasar yang berhubungan dengan pilihan-pilihan sebelum mengambil keputusan. 3) Reliability (keandalan)merupakan karakteristik yang memungkinkan terjadinya tingkat keberhasilan dalam memasarkan suatu produk. 4) Confirmance (Konformansi) merupakan katakteristik yang mendasarkan pada keinginan pelanggan dan produk tersebut telah memenuhi standar. 5) Durability merupakan karakteristik yang berhubungan dengan daya tahan atau lama masa pakai produk tersebut. 6) Serviceability (Kemampuan pelanggan) merupakan karakteristik yang berhubungan dengan kecepatan, keramahan, kompetensi dan kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7)Aesthetics (estetika) merupakan karakteristik yang bersifat subjektif dan individual yang berhubungan dengan pertimbangan pribadi. 8) Perceived quality (kualitas yang dirasakan) merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengacu pada perasaan pelanggan yang berhubungan dengan reputasi <br /> Menurut Philip Kotler dalam Wijono (1999) Kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan kepuasan klien dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang. Mutu informasi yang diterima. Outcomes pengobatan dan perawatan yang diterima. Prosedur perjanjian. Waktu tunggu. Fasilitas untuk klien seperti mutu makanan, privacy, dan pengaturan kunjungan serta fasilitas umum yang tersedia. Oleh karena itu kepuasan pelanggan/klien merupakan respon kebutuhan pelanggan/klien terhadap keistimewaan suatu kualitas produk. <br /><br />B. PROSES PRAKTIK KEPERAWATAN<br /> 1. Pengetian Praktik Keperawatan<br /> Wawasan ilmu keperawatan menurut WHO Expert Committee on Nursing (1996; dalam Aditama 2004:81) bahwa keperawatan adalah ilmu, kiat dan seni.<br /> Proses keperawatan menurut Lokakarya Nasional Kelompok Kerja Keperawatan – Konsorsium Ilmu Kesehatan (1991; dalam Aditama 2004:82 ) adalah mencakup ilmu-ilmu dasar, ilmu biomedik, ilmu keperawatan komunitas, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan dan ilmu dasar klinik dengan aplikasi menggunakan perdekatan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia.<br /> Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan mendiagnosis status kesehatan klien, merumuskan hasil yang dicapai, menentukan intervensi, dan mengevaluasi mutu dan hasil yang dilakukan terhadap klien (Herber dalam Ali 2002 : 69). Sedangkan menurut Ali (1997) Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan klien, dimulai dan pengkajian (pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan penilaian tindakan keperawatan<br />Menilik pengertian-pengertian keperawatan di atas dapat disimpulkan bahwa proses keperawatan mendasarkan pelayanan kepada ilmu, kiat dan seni. Dengan sasaran asuhan keperawatan adalah klien baik individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Cara memberikan asuhan keperawatan ini dilakukan secara sistematis dimulai dan mengkaji, mendiagnosis, membuat rencana tindakan dan melukakan tindakan serta mengevaluasi untuk melihat hasil strategi kerja.<br />2. Kegunaan Standar Praktek Keperawatan<br />Menurut Kawonal ( 2007) tujuan utama standar memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir sehingga standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan. Kriteria kualitas asuhan keperawatan mencakup : aman, akurasi, kontuinitas, efektif biaya, manusiawi dan memberi harapan. <br />Dengan demikian standar praktik keperawatan diharapkan dapat menjadi acuan rumah sakit dalam menentukan standar asuhan keperawatan.<br /><br /> <br />3. Standar Praktik Keperawatan<br />Standar adalah tatanan kinerja (performance) yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kinerja aktual dapat dibandingkan (Suza ; 2003) Standar merupakan nilai atau acuan yang menentukan tatanan praktik terhadap suatu keadaan dimana sistem telah ditetapkan untuk dapat diterima. Sedangkan praktik keperawatan ditentukan oleh standar organisasi profesi dan sistem pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu berada (PPNI, 2000).<br />Standar Proses Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur , proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan kepada klien. (Kawonal ; 2007). Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikualifikasikan sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk.<br />Mengingat tekanan dan tuntutan profesi terhadap kualitas asuhan keperawatan saat ini makin tinggi , maka PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) mempunyai tanggung jawab menyusun dan mengembangkan standar praktik keperawatan.<br />Berikut adalah standar praktik keperawatan yang disususn POKJA – standar praktik keperawatan (PPNI ;2005).<br />a. Standar I : Pengkajian Keperawatan<br />Perawat mengumpulkan data tentang status klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Rasionalnya pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.<br /> Pengkajian mempunyai kriteria struktur, kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria struktur yaitu: Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin bahwa pengumpulan data yang sistematis dan lengkap, diperbaharui dalam pencatatan yang ada, kemudahan memperoleh data dan terjaganya kerahasiaan. Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari sistem pencatatan pengumpulan data klien. Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan. Singkat, menyeluruh, akurat, dan berkesinambungan. Sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari sistem pencatatan kesehatan klien. Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan klien. Ditatanan praktek tersedia sistem penyimpanan data yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan. Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.<br />Kriteria proses yaitu: Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain. Klien berpartisipasi dalam pengumpulan data. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasikan status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu, status biologis-psikologis-sosial-cultural-spiritual, respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal dan resiko masalah potensial.<br />Kriteria hasil yaitu: Data dicatat dan dianalisis sesuai standard dan format yang ada. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien. <br />b. Standar II : Diagnosa Keperawatan<br />Perawat menerapkan keilmuannya dalam menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Rasionalnya diagnosis keperawatan adalah sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien.<br />Diagnosa keperawatan mempunyai kriteria struktur, kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria struktur yaitu: Tatanan/institusi tempat praktik memberi kesempatan kepada teman sejawat dan klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan. Adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosis keperawatan yang tepat untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan professional yang terkait. Adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.<br />Kriteria proses yaitu: Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/tanda (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab (P, E). Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.<br />Kriteria hasil yaitu: Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan. Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang relevan dan signifikan. Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanaan, implementasi, evaluasi dan penelitian.<br />c. Standar III ; Perencanaan (Intervensi)<br />Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Rasionalnya perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan. Perencanaan keperawatan mempunyai kriteria struktur, kriteria proses dan kriteria hasil.<br />Kriteria struktur yaitu: Tatanan/institusi tempat praktik menyediakan : sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan. Tersedia mekanisme pencatatan, sehingga perencanaan dapat digunakan kembali. <br />Perencanaan keperawatan mempunyai kriteria struktur, kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria proses yaitu: perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. Perencanaan bersifat individual (sebagai individu, kelompok dan masyarakat) sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. Mendokumentasikan rencana keperawatan.<br />Kriteria hasil yaitu: tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien. Mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan. Tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapat. Menunjukan bukti adanya revisi pencapaian tujuan.<br />d. Standar III : Pelaksana Tindakan (Implementasi)<br />Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Rasionalnya perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan<br />Pelaksanaan keperawatan mempunyai kriteria struktur, kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria struktur yaitu dimana tatanan/institusi tempat praktik menyediakan: Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan. Pola merevisi ketenagaan yang sesuai kebutuhan. Ada mekanisme untuk mengkaji dan pola ketenagaan secara periodik. Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis dan sistem konsultasi keperawatan.<br />Kriteria proses yaitu: Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatsi masalah klien. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.<br />Kriteria hasil yaitu: Didokumentasikannya tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali . Tindakan keperwatan dapat diterima oleh kilen dan keluarga. Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.<br />e. Standar V : Evaluasi<br />Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan, merevisi data dasar dan perencanaan. Rasionalnya praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup berbagai perubahan data, diagnosa atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang guna mengevaluasi tindakan keperwawatan. <br />Evaluasi keperawatan mempunyai kriteria struktur, kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria struktur yaitu: Tatanan/institusi tempat praktik menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi. Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan. Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi secara efektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.<br />Kriteria proses yaitu: Menyusun evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien. Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.<br />Kriteria hasil yaitu: Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi. Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan. Hasil evaluais digunakan untuk mengambil keputusan. Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.<br />4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Asuhan Keperawatan<br /> Dalam menjaga kualitas menurut Wijono (1999) ada dua pendekatan yang saling melengkapi yaitu: 1) Pendekatan structural, yaitu menjaga kualitas dengan memperhatikan pendidikan tenaga profesi untuk menjaga kualitas pendidikan tenaga profesi yang dapat dipertanggungjawabkan agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas ,baik pengetahuan, ketrampilan dan perilaku. Perijinan merupakan suatu bukti yang menyatakan bahwa kualitas yang bersangkutan telah terjaga. Sertifikasi sebagai pengakuan bahwa yang bersangkutan adalah ahli / kompeten dan sesuai dengan sertifikatnya. Akreditasi adalah suatu pengakuan bahwa instansi / rumah sakita tersebut sudah memenuhi standar–standar yang ditentukan oleh yang berwenang. 2) Pendekatan Proses dan Outcomes yaitu pendekatan berdasarkan pada penampilan (performance). Yang dinilai dari performance ini adalah jasa pelayanan terhadap proses dan hasil. Kegiatan penilaian ini meliputi Utilization Review, yaitu upaya menjaga kualitas agar pelayanan yang diberikan kepada pelanggan memang diperlukan oleh pelanggan , wajar dan tidak berlebihan. Peer Review yaitu menilai aspek-aspek yang spesifik dari kualitas perawatan yang dilaksanakan bersama teman seprofesi tentang masalah perawatan dengan tujuan untuk memecahkan masalah tersebut. Case Review yaitu salah satu teknik menjaga kualitas yang bertujuan untuk mengkaji kualitas pelayanan tentang kelayakan pemberian pelayanan kepada klien. Fokus pengkajian adalah interaksi antara klien dengan pemberi jasa pelayanan di rumah sakit. Quality Assesment yaitu kegiatan menilai diri sendiri dari aspek pelayanan. Tujuannya adalah untuk menemukan kelemahan dari pelayanan. Quality Assurance yaitu kegiatan menyeluruh dalam rumah sakit tersebut.<br /> Tujuan menjaga kualitas pelayanan asuhan keperawatan adalah memantau dan menilai asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis agar efektif dan efisien. Meningkatkan tanggung gugat professional secara individu. Membina hubungan kerjasama interdisiplin tim kesehatan dalam proses menjaga kualitas. Mengatur alokasi sumber daya di bidang keperawatan secara efektif dan efisien. Membina perubahan untuk pengembangan praktek profesi dan sistem pelayanan.<br /> Jadi, kualitas pelayanan keperawatan dapat dinilai dari standar praktik keperawatan, efektif dan efisien, kualitas sumber daya, mengikuti perkembangan keilmuan dan teknologi, kemauan dan keselamatan klien. tingkat kepuasan klien, norma dan tata nilai, etika dan hukum yang sesuai.Nersguidehttp://www.blogger.com/profile/11639920763845328879noreply@blogger.com0